EMITEN - JAKARTA. Tahun ini, PT Indofarma Tbk (INAF) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 96 miliar. Anggaran belanja modal tersebut berasal dari kas internal Rp 28 miliar plus Rp 68 miliar dari dana Penyertaan Modal Negara (PMN).
Direktur Indofarma Ariesta Krisnawan mengatakan, dana belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis alat kesehatan dan pengembangan fasilitas produksi atau manufaktur.
“Mudah-mudahan dapat merealisasikan belanja modal itu dengan lebih baik lagi,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (31/5).
Adapun belanja modal berasal dari kas internal sebesar Rp 28 miliar merupakan belanja modal rutin yang dianggarkan setiap tahunnya untuk pengembangan bisnis INAF. Di antaranya untuk produk natural ekstrak hingga perawatan mesin.
Tahun ini, Indofarma menargetkan pendapatan Rp 1,86 triliun atau tumbuh 63,36% dari realisasi pendapatan 2022. INAF juga menargetkan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,1 miliar di 2023.
Baca Juga: Indofarma (INAF) Targetkan Pendapatan Rp 1,86 Triliun Tahun Ini
Untuk mencapai target tersebut, Indofarma akan melakukan perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran.
Sebagai informasi, Indofarma sempat memperoleh dana PMN sebesar Rp 199,86 miliar pada akhir 2021. Dana tersebut digunakan untuk penyediaan alat kesehatan dan obat-obatan ini akan melibatkan kerja sama operasi (KSO) dengan rumah sakit.
Selain itu, Indofarma meminta pinjaman kepada entitas induk PT Biofarma sebesar Rp 157 miliar sesuai dengan rencana untuk restrukturisasi BUMN farmasi.
Aries mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk penyelesaian kewajiban yang sudah lama, pendanaan Indofarma. Seperti pengelolaan utilisasi aset dan produksi, serta perubahan portofolio dari model bisnis serta untuk kewajiban pajak dan juga kewajiban karyawan.
“Adanya penyelesaian kewajiban tersebut kami berharap terhindar dari beberapa risiko. Kedua adalah kesempatan untuk mendapatkan suplai barang dimana utilitas masih kurang baik,” jelasnya.
Selain itu, Indofarma fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan. Lalu, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik INAF untuk produksi natural extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.
"Kami melihat Indofarma memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kami punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan memperkuat kekuatan di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono.
Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), di antaranya melalui penandatanganan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK), perjanjian kerja sama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional,
Kemudian, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.
Baca Juga: Perkuat Distribusi, Indofarma (INAF) Bekerja Sama Dengan Bintang Kencana Artha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News