Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MDKA, Ini Alasannya

Selasa, 14 Februari 2023 | 07:15 WIB   Reporter: Akmalal Hamdhi
Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MDKA, Ini Alasannya


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Kinerja PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) masih akan ditopang oleh cerahnya prospek pertambangan metal. Rencana MDKA membawa anak usahanya yakni PT Merdeka Battery Material (MBM) untuk melantai di pasal modal, turut memoles bisnis jadi lebih menarik.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan dalam riset 25 Januari 2023 mengatakan bahwa komoditas pertambangan metal masih prospektif seiring pelonggaran mobilitas di China. Seperti diketahui, China merupakan konsumen metal based terbesar di dunia.

Tren harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) juga berpeluang naik karena pembukaan kembali ekonomi China, terutama bagi emas. Ini juga tidak terlepas dari agresivitas The Fed yang berkurang karena suku bunga mulai melambat seiring tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang melandai.

Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan menilai posisi emas diuntungkan dari potensi resesi, dengan asumsi The Fed akan mengambil sikap dovish tahun ini. Pasalnya, kurva imbal hasil terbalik dalam lebih dari 6 bulan memberikan sinyal kemungkinan resesi AS.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat Pekan Ini, Cek Rekomendasi Saham Indo Premier Sekuritas

Dengan implementasi ulang pelonggaran kuantitatif untuk melawan resesi, Sucor Sekuritas memproyeksikan harga emas akan memuncak pada US$ 2.300 per ons. Nilai tersebut 28% lebih tinggi dibanding rata-rata harga emas sekitar US$ 1,300 per ons - US$ 800 per ons pada tahun 2022.

"Potensi kenaikan plafon utang AS memberikan katalis positif lainnya untuk emas karena jumlah uang beredar AS meningkat," ujar Andreas dalam riset 31 Januari 2023.

Dengan asumsi harga emas rata-rata US$ 2.100 per ons, maka proyek emas Tujuh Bukit milik MDKA diproyeksikan bisa menghasilkan pendapatan US$ 275 juta, naik 22% yoy di tahun 2023.

Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya sepakat bahwa prospek bisnis MDKA masih cerah terkhususnya penjualan emas. Meskipun kadar emas yang digali menurun pada kuartal III-2022, sehingga All in Sustainable Cost (AISC) meningkat.

Per kuartal III-2022, emiten tambang ini mencatat AISC emas sedikit lebih tinggi di level US$ 1.026 per ons karena penurunan tingkat emas di tambang dan peningkatan harga bahan bakar energi.

Namun, Felix menilai bahwa AISC emas tersebut masih di dalam rentang yang wajar di US$ 1.000 per ons - US$ 1.200 per ons. Apalagi, AISC berpotensi mengalami penurunan karena harga energi mengalami penurunan dan dinamisnya kadar emas dan tembaga yang ditambang.

Efisiensi pada AISC tersebut penting agar menghindari penurunan laba bersih. Hal itu mengingat, MDKA membukukan rugi bersih sebesar US$ 28 juta pada kuartal III-2022 akibat peningkatan dari beban keuangan sebesar US$ 12,4 juta atau melesat 164,3% QoQ, serta peningkatan utang berbunga menjadi US$ 1,2 miliar, naik tinggi 281,6% YoY.

Meskipun, dalam periode Januari-September 2022, laba bersih kumulatif masih positif di US$ 69 juta atau melonjak 229% YoY. Sementara, pendapatan MDKA sebesar US$ 626 juta, naik 139,7% YoY dalam periode 9 bulan.

Baca Juga: Emiten Sektor Rokok Didukung Kuatnya Daya Beli, Cek Rekomendasi Sahamnya

Felix memandang positif prospek MDKA karena adanya target untuk perampungan proyek strategis seperti pabrik pengolahan (smelter) Zhao Hui Nickel (ZHN) dan Acid Iron Metal (AIM).

Terlebih, MDKA mempunyai posisi strategis dalam menguasai mayoritas bisnis nikel yang bakal didukung langkah Initial Public Offering (IPO) Merdeka Battery Materials (MBM). Rencananya MBM bakal bergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I-2023.

Saat ini, MBM memiliki berbagai proyek seperti tambang Surya Cahaya Mineral (SCM) nikel yang merupakan salah satu tambang nikel pra-produksi dengan sumber daya terbesar di dunia. 

Lalu, proyek AIM dapat memenuhi permintaan untuk acid seiring peningkatan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia. Progres konstruksi AIM telah mencapai 75% dan ditargetkan berproduksi pada semester pertama 2023.

Smelter ketiga (ZHN) dengan kapasitas produksi 50 ribu ton ditargetkan terlaksana pada paruh pertama 2023 dan mendapatkan suplai bahan baku dari tambang SCM. Serta, adanya pengembangan nickel industrial park seluas 3.600 hektare (ha) yang berlokasi di dalam area konsesi tambang SCM bekerja sama dengan Tshingsan. 

 

 

Panin Sekuritas melihat rencana IPO MBM tersebut dapat menopang kebutuhan modal (capex) yang mayoritas digunakan untuk pembangunan HPAL. Selain itu, dana yang bakal dihimpun MBM bisa membantu MDKA untuk memfokuskan pada proyek lainnya.

Menurut Cheril, prospek bisnis anak usaha MDKA terkait baterai dan mineral itu sangat menarik. Apalagi perekonomian China sudah semakin meluas sehingga permintaan akan tinggi.

"Seiring perkembangan kendaraan listrik permintaan baterai dan perlengkapannya tentu akan meningkat," imbuh Cheril kepada Kontan.co.id, Senin (13/2).

Menurut Andreas, langkah bergabungnya MBM di pasar modal tersebut akan memberi manfaat yang baik untuk MDKA ataupun MBM sendiri.

Bagi MBM, potensi IPO akan menghasilkan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan aset dan memungkinkan penggalangan dana yang lebih mudah di masa depan. Sementara, bagi MDKA langkah IPO akan membuka valuasi MBM serta membawa lebih banyak arus kas dari pengembangan MBM di masa depan. Pada akhirnya, kas segar akan mengalir ke MDKA.

Baca Juga: Laba Unilever Indonesia (UNVR) Tergerus pada 2022, Berikut Rekomendasi Analis

Andreas mencermati bisnis nikel MDKA akan terserap dengan baik karena pemulihan permintaan nikel dari China. Selain pelonggaran kebijakan covid-19, China juga terus memberikan dukungan kuat kepada sektor real estate-nya.

Marjin untuk smelter nikel pada tahun 2023 juga diperkirakan lebih tinggi karena harga batu bara diperkirakan turun. Sekedar informasi, harga bahan bakar Fas (seperti batu bara dan solar) mencapai 30-40% bagi biaya smelter.

Harga batu bara diproyeksikan sebesar US$ 280 per ton atau lebih rendah 22% dibandingkan rata-rata US$ 360 per ton pada tahun 2022.

Adapun, Andreas mempertahankan buy untuk MDKA dengan target harga sebesar Rp 6.550 per saham. Felix menyarankan buy MDKA dengan target harga di level Rp 5.500 per saham. Setali tiga uang, Cheril merekomendasikan buy saham MDKA namun dengan target harga di Rp 5.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru