REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Pandemi Covid-19 turut memukul industri konstruksi, di mana pada pertengahan tahun emiten konstruksi rata-rata memangkas target perolehan kontrak baru.
Seiring berjalannya waktu, bahkan di sisa tahun 2020 ini pun beberapa emiten konstruksi juga belum mendekati target yang telah dikoreksi.
Misalnya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang telah menggenggam kontrak baru hingga pertengahan November 2020 sebesar Rp 18 triliun dari target akhir tahun sebesar Rp 21,3 triliun.
Capaian WIKA sebenarnya paling dekat dengan target yaitu setara 84,5% dari target. Sedangkan emiten konstruksi pelat merah lain seperti PT PP Tbk (PTPP) yang menggenggam kontrak baru sebesar Rp 12,57 triliun baru mencapai setengah dari target Rp 25,53 triliun.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang menggenggam kontrak Rp 15,6 triliun dari target Rp 26 triliun, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang menggenggam kontrak baru sebesar Rp 16,8 triliun dari target Rp 27,5 triliun.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan saat ini Wijaya Karya tengah mengikuti tender dengan total nilai sebesar Rp 7 triliun. Ini menjadi salah satu katalis positif yang membuat WIKA optimistis bisa mencapai target kontrak baru.
Baca Juga: Banyak tawaran proyek, PTPP optimistis dapat raih peningkatkan kontrak baru di 2021
"Untuk target perolehan kontrak baru sampai dengan akhir tahun kita masih optimistis bisa mencapai target RKAP revisi sebesar Rp 21,3 triliun, karena masih ada tender-tender yang akan diumumkan keputusannya di bulan Desember 2020 ini," jelasnya.
Sedangkan emiten swasta, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) sudah mencapai target minimal kontrak baru sebesar Rp 500 miliar. Per November 2020 TOTL membukukan kontrak baru sebesar Rp 830 miliar. Per Desember 2020 ada 15 proyek tender yang diikuti, nilainya sekitar Rp 6,4 triliun
"Untuk yang bisa digenggam belum dapat dipastikan berapa lagi proyek yang akan didapat dalam bulan ini, karena kondisi tender sangat dinamis," jelas Sekretaris perusahaan TOTL Mahmilan Sugiyo kepada Kontan, Selasa (1/12).
Sedangkan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) melalui anak usahanya PT Nusa Cipta Raya Tbk (NRCA) menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 2 triliun. Adapun perolehan hingga Oktober 2020 sebesar Rp 821 miliar.
Investor Relation SSIA Erlin Budiman juga menyampaikan hal yang sama, potensi kontrak yang akan didapatkan di sisa tahun ini belum dapat dipastikan.
"Kita masih mengikuti proses tender, belum dapat dipastikan. Banyak ketidakpastian dalam masa Covid-19 ini, semoga tantangan dari pandemi segera teratasi dan berlalu," imbuhnya.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Johan Trihantoro menjelaskan wabah Covid-19 turut mengubah tatatan kinerja perusahaan yang sudah dibangun selama ini.
Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan di saat menghadapi ketidakpastian kapan wabah ini akan berakhir, hal ini juga dirasakan oleh perusahaan kontruksi.
Dampak pandemi Covid-19 dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) di sejumlah daerah tentunya memberikan implikasi pada penundaan pryeksi kontruksi begitu juga proses tender.
"Hal ini dikarenakan dampak pandemi membuat kondisi makro dan mikro turut terkena imbas. Di tengah kondisi tersebut, kita perlu mengapresiasi pencapian dalam mendapatkan kontrak baru meskipun belum mencapai 100% dari target yang direncanakan," jelas Johan.
Meskipun di tahun ini tidak begitu mengembiran bagi sektor kontruksi, lanjut Johan, ke depan dengan asumsi rendahnya angka kasus pandemi Covid-19 dan dipangkasnya suku bunga acuan menjadi 3,75% dan menjadi level terendah sepanjang sejarahnya akan mengerek kembali sektor-sektor yang berkaitan dengan konstruksi.
Baca Juga: Pemerintah akan tawarkan PSN di tahun depan, ini respons pengusaha
Selanjutnya Peraturan Presiden nomor 109/2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN), yang terdiri dari 201 proyek dan 10 program dengan nilai total Rp 4.809,7 triliun, dan disahkannya Omnibus law dapat memberikan pendorong struktural untuk jangka menengah-panjang.
Keberadaan omnibus law tentunya akan memangkas peraturan yang tumpang tindih dan dengan harapan dapat mendongkrak masuknya arus dana asing, dan juga Pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan datang juga merupakan perkembangan positif untuk dalam pendanaan.
"Berbagai sentimen positif tersebut tentunya berpotensi menopang sektor konstruksi," imbuhnya.
Johan masih merekomendasikan beli untuk saham PTPP dengan target harga Rp 1.600, WIKA dengan target harga Rp 1.900 dan WSKT dengan target harga Rp 1.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News