REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Sejalan dengan pemulihan ekonomi dan terkendalinya pandemi Covid-19, mayoritas emiten yang bergelut di bisnis ritel mampu mencetak perbaikan kinerja. Namun, laju positif itu bisa teradang lonjakan inflasi yang kembali menekan daya beli masyarakat.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Cindy Alicia Ramadhania menyebutkan, raihan positif sektor ritel bisa tergambar dari laporan kinerja paruh pertama 2022 yang secara umum membukukan pertumbuhan. Contohnya pada PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Sepanjang semester pertama 2022, pendapatan MAPI tumbuh 34,1% secara year on year menjadi Rp 12,24 triliun dan laba bersihnya melesat 279,5% menjadi Rp 1,03 triliun. Sedangkan, pendapatan RALS naik 8,18% menjadi Rp 1,85 triliun dan laba bersihnya melonjak 107,5% ke Rp 286,03 miliar di semester I 2022.
Menurut Cindy, kinerja emiten ritel ditopang kembali pulihnya mobilitas masyarakat. Sehingga tingkat kunjungan di pusat perbelanjaan (mal) pun terdongkrak. "Juga ada momentum lebaran, yang turut memberikan sentimen positif pada kinerja emiten ritel," ujar Cindy kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10).
Baca Juga: Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Lanjutkan Ekspansi, Simak Rekomendasi Sahamnya
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Edo Ardiansyah punya pandangan serupa. Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membawa angin segar bagi emiten di sektor ritel. Hingga memasuki kuartal IV-2022 ini, Edo melihat, sektor ritel masih cukup menarik untuk dilirik.
Optimisme terhadap berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menjadi katalis positif. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan menyentuh 5,6%, dan meningkat menjadi 5,8% pada tahun depan.
"Selain itu, IKK (Indeks Kepercayaan Konsumen) & IPR (Indeks Penjualan Riil) juga diperkirakan turut meningkat di kuartal lV 2022," ujar Edo.
Wait and See Inflasi
Cindy juga punya optimisme yang sama. Ditambah lagi, pada akhir tahun kinerja emiten ritel biasanya terdorong oleh momentum natal dan pergantian tahun yang dapat meningkatkan minat belanja konsumen.
Meski begitu, Cindy punya catatan. "Perlu diperhatikan bahwa tantangan emiten ritel kali ini merupakan inflasi yang ditakutkan akan kembali melemahkan daya beli masyarakat," ujarnya.
Menimbang kondisi perekonomian belakangan ini, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menyarankan agar wait and see terlebih dulu terhadap sektor ritel. Efek dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi masih perlu diukur.
Apalagi, di tengah pelemahan harga minyak global, penurunan kembali harga BBM juga menjadi opsi yang terbuka. "Sehingga pasar masih adaptasi dan mencermati kebijakan pemerintah berikutnya," kata Cheril.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah yang menunda rencana tarif listrik hingga akhir tahun 2022 juga menjadi sentimen positif. Ditambah dengan bantuan yang diberikan pemerintah bisa menjadi pengganjal merosotnya daya beli masyarakat.
Cheril menilai emiten ritel yang menyasar pangsa pasar menengah ke bawah punya peluang untuk tumbuh.
"Dengan kenaikan harga BBM, yang paling terpukul adalah kelas menengah yang pendapatan tetap, tapi pengeluaran naik. Sedangkan menengah bawah ada bantuan subsidi dari pemerintah," ujar Cheril.
Dalam hal ini, Cheril menjagokan RALS yang masih akan ekspansi membuka gerai-gerai baru. Cheril memberikan rekomendasi hold terhadap saham RALS untuk target harga di Rp 580.
Sedangkan Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menyodorkan MAPI dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang dinilai masih menarik sebagai pilihan investasi.
Menurut Christine, kuatnya pertumbuhan kinerja MAPI didorong kemampuan dalam mempertahankan pangsa pasar serta ekspansi gerai maupun portofolio merek. Kemudian, efisiensi biaya menopang peningkatan marjin di semua divisi, terutama di department store dan gerai khusus.
Christine pun mempertahankan rekomendasi buy saham MAPI dengan target harga di Rp 1.400. "Saham MAPI masih menarik," ujarnya.
Selanjutnya, Christine menyoroti kuatnya rantai pasok LPPF. Dengan posisi rantai pasok lokal sebanyak 94%, LPPF bisa menjaga inventory yang sehat dibandingkan dengan sejumlah emiten ritel lainnya yang menghadapi persoalan tarif maupun gangguan rantai pasok eksternal.
Selain itu, Christine memprediksi LPPF bisa mengatasi efek inflasi, seiring dengan "flight to value" konsumen yang melaju ke pasar kelas menengah. Secara historis, pada periode inflasi tinggi di 2012-2014, LPPF mampu menekan biaya operasional, sehingga bisa mempertahankan marjn bersihnya.
Dengan kampanye pemasaran yang kuat pasca lebaran, LPPF diperkirakan bisa membukukan pendapatan senilai Rp 1,5 triliun atau tumbuh 191% YoY pada kuartal III-2022. Chrisnine pun mempertahankan rekomendasi beli saham LPPF untuk proyeksi 2022 dan 2023 dengan target harga di Rp 5.650 per saham.
Senada, Edo juga menjagokan saham MAPI dan LPPF. Target harga untuk saham MAPI ada di Rp 1.400 dan LPPF pada Rp 4.500. Selain MAPI dan LPPF, Edo juga merekomendasikan saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target Rp 2.500.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Bisa Tembus 7.400 di Akhir Tahun, Saham-Saham Ini Bisa Jadi Buruan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News