Harga minyak melonjak, bursa Asia cenderung hati-hati di awal perdagangan hari ini

Senin, 27 September 2021 | 09:00 WIB   Reporter: Anna Suci Perwitasari
Harga minyak melonjak, bursa Asia cenderung hati-hati di awal perdagangan hari ini


BURSA ASIA -  JAKARTA. Bursa Asia cenderung berhati-hati pada awal perdagangan hari ini. Senin (27/9) pukul 08.21 WIB, indeks Nikkei 225 terlihat naik tipis 0,08% ke 30.274,01. Berbeda, indeks Hang Seng justru turun 0,25% ke 24.131,42.

Indeks Taiex menguat 0,09% ke 17.275,42. Sedangkan indeks Kospi juga naik 0,42% ke 3.138,33. Dan indeks ASX 200 berhasil menguat 0,72% ke 7.395,70.

Sementara itu, FTSE Straits Times naik 0,51% ke 3.077,10 dan FTSE Malay KLCI menguat turun tipis 0,01% menjadi 1.531,86.

Pergerakan bursa di kawasan bervariasi karena investor cenderung berhati-hati karena lonjakan harga minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun yang mengobarkan ketakutan inflasi.

Pada perdagangan pagi ini, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2021 naik 62 sen menjadi US$ 78,71 per barel.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2021 juga menguat 71 sen menjadi US$ 74,69 per barel.

"Kami memperkirakan bahwa reli ini akan berlanjut, dengan perkiraan Brent akhir tahun capai US$ 90 per barel dibandingkan target sebelumnya di US$ 80 per barel," tulis analis di Goldman Sachs dalam catatan kepada klien yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Analis rekomendasi beli saham BUKA, EMTK, MTDL, ini alasannya

"Defisit pasokan-permintaan minyak global saat ini lebih besar dari yang kami harapkan, dengan pemulihan permintaan global dari dampak Delta bahkan lebih cepat dari perkiraan konsensus kami di atas," tambah Goldman Sachs.

Peningkatan defisit itu dapat memicu spekulasi bahwa inflasi global akan terbukti bertahan lebih lama dari yang diharapkan dan mempercepat berakhirnya era kebijakan super-longgar, mendukung perdagangan reflasi di saham bank dan energi sambil merusak harga obligasi.

Hal tersebut juga memperburuk kondisi usai pernyataan hawkish yang dilontarkan Federal Reserve di pekan lalu.

Di sisi lain, pelaku pasar juga menanti nasib Evergrande Group yang kembali buram usai melewatkan pembayaran obligasi luar negeri minggu lalu, dengan pembayaran lebih lanjut akan jatuh tempo minggu ini.

Saham di Hong Kong telah merasakan tekanan paling besar, meskipun pemerintah di Beijing memang menambahkan lebih banyak likuiditas ke sistem keuangan.

"Kami mengharapkan pembuat kebijakan di China untuk mengizinkan deleveraging utang sektor properti untuk mengurangi moral hazard, tetapi yakin bahwa mereka akan secara aktif mengelola restrukturisasi dan secara efektif membatasi limpahan keuangan," kata analis di JPMorgan dalam sebuah catatan.

Perhatian juga akan tertuju pada kebijakan fiskal AS dengan Dewan Perwakilan Rakyat karena pemungutan suara pada tagihan infrastruktur senilai US$ 1 triliun yang akan dilakukan minggu ini. Sementara tenggat waktu 30 September untuk pendanaan lembaga federal dapat memaksa dilakukan goverment shutdown kedua dalam tiga tahun terakhir.

 

Selanjutnya: IHSG diprediksi lanjut menguat pada Senin (27/9), saham-saham ini bisa ditimbang

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
Terbaru