Harga Saham PTBA Melemah Pada Senin (6/6), Analis Rekomendasi Buy, Ini Alasannya

Selasa, 07 Juni 2022 | 08:30 WIB   Reporter: Adi Wikanto, Akhmad Suryahadi
Harga Saham PTBA Melemah Pada Senin (6/6), Analis Rekomendasi Buy, Ini Alasannya


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia akan kembali membuka jam perdagangan saham edisi hari ini, Selasa 7 Juni 2022. Sebelum bertransaksi, simak rekomendasi saham untuk perdagangan hari ini.

Salah satu rekomendasi saham hari ini adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Harga saham PTBA melemah cukup dalam pada perdagangan Senin 6 Juni 2022. Namun analis rekomendasi buy saham PTBA, kenapa?

Harga saham PTBA pada perdagangan Senin 6 Juni 2022 ditutup di level 4.310, turun 320 atau 6.91% dari sehari sebelumnya. Penurunan harga saham  PTBA terjadi setelah memasuki tanggal cum date dividen.

Analis RHB Sekuritas Indonesia Fauzan Luthfi rekomendasi trading buy saham PTBA dengan target harga Rp 5.050. Menurutnya, PTBA akan memiliki kinerja bagus tahun ini.

Krisis listrik yang melanda India turut mengangkat harga batubara. Ini tercermin dari harga batubara acuan (HBA) bulan Juni 2022 yang meningkat 17% per ton menjadi US$ 323,91 per ton.

Menurut Kementerian ESDM, Pemerintah India telah meningkatkan jumlah impor batubara seiring ketatnya suplai batubara dari produsen domestik untuk pembangkit listriknya. Selain itu, kenaikan HBA Juni juga dipengaruhi kondisi kebutuhan batubara Tiongkok.

Tak hanya HBA, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak perdagangan Juli  2022 masih berada di level yang cukup tinggi, yakni di level US$ 390,75 per ton.

Website Tradingeconomics mencatat harga batubara di pasar global pada perdagangan hari ini, Selasa 7 Juni 2022 di level US$ 415,25 per ton, naik US$ 2,75 atau 0,67% dibandingkan sehari sebelumnya.

Kenaikan ini turut membawa angin segar bagi emiten batubara, termasuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Meskipun PTBA harus mensuplai batubara ke pasar domestik, yang mana harganya berada di bawah harga acuan global, PTBA dinilai tetap menikmati kenaikan harga batubara. Sebab, PTBA mengalami kenaikan mixed selling price yang lebih tinggi.

Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat, Saham Amazon.com Jadi Penopang

Sebab, terdapat kenaikan porsi penjualan batubara ke pasar ekspor sepanjang kuartal pertama 2022. “Ada dukungan ke mixed selling price-nya yang cenderung lebih tinggi karena harga jual nya tidak di-cap“ terang Analis RHB Sekuritas Indonesia Fauzan Luthfi Djamal kepada Kontan.coi.id, Senin (6/6).

Fauzan menyebut, emiten pelat merah ini menangkap momentum kenaikan harga jual batubara dengan meningkatkan proporsi penjualan ekspornya menjadi 54%, dari sebelumnya hanya 31% di kuartal pertama 2021. Pada akhirnya, harga penjualan yang diraih PTBA menjadi lebih baik, yakni Rp 1,16 juta per ton atau naik 73% secara year-on-year (YoY).

Hal ini mengarah pada perluasan margin keuntungan atau net profit margin (NPM), yakni sebesar 28% dari sebelumnya hanya 13%.

Namun, Fauzan memasang perkiraan yang cukup konservatif terhadap harga batubara Newcastle tahun ini. RHB Sekuritas memasang target rata-rata harga batubara tahun ini di rentang US$ 250 per ton. Sebab, permintaan berpotensi melandai setelah musim panas usai.

Selain itu, pasokan batubara biasanya juga bertambah seiring dengan cuaca yang lebih kering di semester kedua.

Hanya saja, harga batubara yang diproyeksi konservatif ini masih tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan laba bersih emiten. Sebab, proyeksi harga rata-rata tahun ini masih lebih tinggi daripada realisasi harga rata-rata tahun lalu di kisaran US$ 136 per ton.

“Jadi secara sektoral, net profit kemungkinan masih bisa naik sekitar 40% YoY ke atas, dengan catatan target produksinya masih sama dengan yang dipasang di awal tahun,” kata Fauzan.

Fauzan melihat, sentimen  harga jua  batubara PTBA di kuartal kedua akan tetap solid. Sebab, biasanya pergerakan ASP  mengalami delay sekitar 1 bulan hingga 3 bulan dari pergerakan harga acuan batubara. “Operasional PTBA juga diharapkan bisa tetap stabil dari segi pencapaian output,” pungkas Fauzan.

Namun, risiko dari rekomendasi ini adalah adanya koreksi harga akibat faktor seasonal. Selain itu, rencana tambang PTBA juga dinilai fleksibel karena memiliki sumber daya batubara yang melimpah di Tanjung Enim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru