Harga sudah naik tinggi, begini rekomendasi saham emiten tambang batubara

Selasa, 12 Januari 2021 | 19:07 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Harga sudah naik tinggi, begini rekomendasi saham emiten tambang batubara

ILUSTRASI. Kenaikan harga batubara ini turut mengerek harga saham emiten yang bergelut di sektor ini.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Awal tahun 2021 menjadi momentum yang baik bagi harga batubara. Pasalnya, pada perdagangan Senin (11/1), harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Maret 2021 berada di level US$ 85,3 per ton yang merupakan rekor tertinggi sejak Mei 2019.

Kenaikan harga batubara ini turut mengerek harga saham emiten yang bergelut di sektor ini. Misalkan saja saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Meskipun hari ini melemah 1,72% ke level Rp 2.860, namun secara year-to-date (ytd), saham emiten tambang pelat merah ini menguat 13,49%. Pun demikian dengan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang sudah menguat 31,74% secara ytd.

Saham pertambangan batubara lainnya yang menguat signifikan adalah PT Indika Energy Tbk (INDY) yang menguat 56,22% secara ytd ke level Rp 1.820 per saham. Sementara saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melemah tipis 1,01% secara ytd. Meski demikian, saham ADRO menguat 3,51% dalam sepekan perdagangan.

Sebagai catatan, prospek harga batubara dalam negeri juga ditunjukkan dari membaiknya harga batubara acuan (HBA). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) pada Januari 2021 sebesar US$ 75,84 per ton. Angka tersebut naik 27,14% dari posisi Desember 2020 yang sebesar US$ 59,65 per ton.

Baca Juga: Permintaan dari China meningkat, begini prospek batubara ke depan

Penguatan yang terjadi pada harga batubara global maupun dalam negeri dinilai Analis NH Korindo Sekuritas Maryoki Pajri Alhusnah bakal menguntungkan emitan dengan orientasi penjualan ekspor maupun domestik.

Namun, perlu dicatat, HBA hanya merupakan harga acuan/benchmark perusahaan dalam menetapkan harga jual produk batubaranya. Dia menjabarkan, HBA ini mengacu pada batubara yang memiliki kalori 4.200 kcal/kg - 5.700kcal/kg. Misalkan, jika HBA naik 5% atau 10%, maka belum tentu batubara yang berkalori lebih rendah juga naik dengan besaran yang sama.

“Jadi, untuk bisa mengetahui lebih menarik mana (antara emiten dengan orientasi ekspor atau domestik), maka harus membedah penjualan emiten-emiten tersebut terlebih dahulu,” ujar Maryoki kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1).

Baca Juga: Ini deretan faktor yang membuat harga batubara terus membara

Di sisi lain, regulasi pemerintah terkait penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligations (DMO) juga tidak bisa dilupakan. Setiap emiten batubara wajib mengikuti regulasi ini, yakni dengan menjual minimal 25% dari rencana jumlah produksi tahun 2021 yang disetujui oleh pemerintah ke pasar dalam negeri.

Tambah lagi, pemerintah telah mematok harga jual maksimal US$ 70 per ton untuk segmen pembangkit listrik. Oleh sebab itu, meskipun misal HBA mencapai US$ 100 per ton, maka DMO akan tetap di harga US$ 70 per ton. “Walaupun belum tentu 25% dijual ke pembangkit listrik semua, namun menurut saya sebagian besar penjualannya akan mengarah ke pembangkit listrik,” sambung dia.

Pulihnya ekonomi China yang bisa meningkatkan permintaan batubara, ditambah penandatanganan  perjanjian antara China dan Indonesia, merupakan pendorong fundamental perusahaan dan industri batubara saat ini. NH Korindo Sekuritas menyematkan rekomendasi overweight saham ADRO dengan target harga Rp 1.580 per saham.

Baca Juga: Produksi alat berat nasional diproyeksikan mencapai 4.500 unit pada tahun ini

Sementara Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery merekomendasikan hold untuk saham-saham batubara. Michael memberi rekomendasi hold PTBA dengan target harga Rp 3.000 per saham, hold ADRO dengan target harga Rp 1.600 per saham, dan hold ITMG dengan target harga Rp 13.200 per saham.

Menurut Michael, reli harga batubara belakangan ini disebabkan oleh ketatnya pasokan batubara domestik China, meskipun negara tersebut telah merelaksasi kebijakan impor batubara.

Baca Juga: Harga komoditas energi hingga logam atraktif pekan ini, simak rekomendasi sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru