IHSG Lebih Unggul dari Bursa Negara Lain, Cek Sentimen Pendorongnya

Senin, 24 Oktober 2022 | 04:45 WIB   Reporter: Nur Qolbi
IHSG Lebih Unggul dari Bursa Negara Lain, Cek Sentimen Pendorongnya


IHSG -  JAKARTA. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jauh lebih baik dibandingkan dengan bursa saham Asia lainnya. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tercatat naik 6,63% sejak awal tahun atau year to date (ytd) sampai dengan Jumat, 21 Oktober 2022.

Sementara itu, indeks utama bursa Malaysia turun 8,09% ytd, Thailand terkoreksi 3,81%, dan Vietnam anjlok 31,93% ytd. Lalu, bursa utama Hong Kong merosot 30,71%, China turun 16,51%, Jepang terkoreksi 6,60%, dan Amerika Serikat minus 16,52% ytd.

Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, kinerja IHSG yang unggul tak terlepas dari kondisi perekonomian domestik yang kuat.

Baca Juga: Minim Sentimen, IHSG Diperkirakan Bergerak Sideways pada Pekan Akhir Oktober 2022

Indonesia dapat memanfaatkan dinamika global seperti konflik Rusia-Ukraina dan krisis energi di Eropa dengan mengekspor komoditas andalan.

Menurut Budi, dalam lima tahun terakhir, kenaikan income commodity Indonesia lebih tinggi dari cost commodity.

Income commodity merupakan komoditas yang diekspor Indonesia sehingga menghasilkan pendapatan seperti batubara, crude palm oil (CPO), dan nikel. Sementara itu, cost commodity adalah komoditas yang diimpor sehingga mengeluarkan biaya seperti minyak mentah.

“Upaya hilirisasi dalam sektor komoditas juga membuat hasilnya menjadi lebih baik karena menghasilkan nilai tambah,” kata Budi dalam acara Capital Market Summit & Expo 2022, Jumat (14/10).

Baca Juga: Ada 11 Perusahaan Mengantre IPO, Cermati Sektor dan Calon Emiten Berikut ini

Executive Director J.P. Morgan Securities Indonesia Henry Wibowo memprediksi, sektor komoditas Indonesia masih akan menjadi andalan seiring dengan keterbatasan energi di Eropa, sedangkan benua tersebut akan mememasuki musim dingin.

“Di harga saat saat ini, beli batubara masih lebih murah 40% dibanding membeli gas. Saya memprediksi, coal supercycle masih ada dalam tiga sampai dengan enam bulan ke depan,” ucap Henry.

J.P Morgan memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 4,8%, naik dari 2021 yang sebesar 3,7% dan 2020 yang minus 2%.

Pada tahun 2023, Henry juga optimis kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik dari negara lainnya meski tidak menutup kemungkinan akan terjadi perlambatan.

Pasar memprediksi, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 basis point menjadi 4,5% di kuartal I-2023. Sejalan dengan itu, Bank Indonesi diperkirakan juga akan menaikkan suku bunga lebih agresif.

Bernada serupa, Analis RHB Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan, pasar saham Indonesia lebih kuat karena ditopang oleh saham-saham berbasis komoditas. Secara ytd, saham komoditas terutama batubara memang menghiasi daftar top 10 leader IHSG, yaitu BYAN, ADRO, ADMR, dan UNTR.

Baca Juga: Asing Net Buy Jumbo Rp 2,63 Triliun dalam Sepekan, Ini Saham yang Banyak Dikoleksi

“Iya soalnya Indonesia net exportir di komoditas,” ucap Wafi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/10).

Sampai dengan akhir tahun 2022, Wafi memprediksi IHSG masih dapat naik lagi ke level 7.350. Per perdagangan Jumat (21/10), IHSG berada di level 7.017,77.

 

 

Menurutnya, saham-saham komoditas, perbankan, dan telekomunikasi akan menjadi penopang pergerakan IHSG ke depannya. Perbankan bakal jadi pendorong karena bersifat defensif dan performanya bagus, telekomunikasi karena valuasinya murah, dan komoditas karena harga jualnya yang masih tinggi.

Wafi menyarankan investor untuk mencermati BBNI, BBRI, TLKM, UNTR, dan PTBA. Target harga wajar fundamental untuk BBNI adalah sebesar Rp 10.400 per saham, BBRI Rp 5.800, TLKM Rp 5.100, UNTR Rp 42.700, dan PTBA Rp 5.600 per saham.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru