DANA ASING - JAKARTA. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di pasar saham selama empat hari berturut-turut. Sejak perdagangan Senin (15/11) sampai dengan Kamis (18/11), nilai net sell asing secara berurutan sebesar Rp 678,61 miliar, Rp 349,01 miliar, Rp 824,89 miliar, dan Rp 417,93 miliar.
Berdasarkan data RTI, sepuluh saham dengan nilai net sell asing terbesar dalam seminggu terakhir adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukti Asam Tbk (PTBA).
Kemudian, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Terkecuali TLKM, sembilan dari sepuluh saham tersebut mencatatkan penurunan harga yang berkisar antara 0,95%-6,14% dalam empat hari terakhir.
Baca Juga: IHSG parkir di zona merah, saham-saham ini banyak ditadah asing
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia, Wisnu Prambudi Wibowo, menilai, aksi jual yang dilakukan investor asing selama empat hari terakhir ini tidak perlu menjadi kekhawatiran berlebih. Pasalnya, secara historis, tren penurunan pasar saham memang terjadi pada bulan November.
Rekam jejak tersebut lantas menjadikan para pelaku pasar tidak terlalu agresif untuk masuk ke pasar ekuitas.
"Terlebih lagi, investor asing saat ini juga masih cenderung ambil keuntungan karena di bulan sebelumnya sudah membeli secara masif seiring banyaknya sentimen positif," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/11).
Meskipun begitu, Wisnu tidak menutup mata atas sentimen-sentimen negatif yang menghiasi pasar saham pada bulan November ini. Menurut dia, kepastian bank sentral Amerika Serikat untuk melakukan tapering off mulai akhir bulan ini menjadi salah satu faktor yang menekan indeks saham global.
Baca Juga: IHSG merosot, saham-saham ini paling banyak dijual asing pada Kamis (18/11)
Kemudian, pelaku pasar juga memperkirakan, negara-negara maju mulai mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan mulai tahun 2022.
Dari dalam negeri, pemerintah juga berencana kembali menerapkan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia, khususnya pada 22 Desember 2021-2 Januari 2022 untuk menekan kemungkinan adanya lonjakan Covid-19 pada liburan Natal dan Tahun Baru.
"Faktor pemberat lainnya juga berasal dari harga komoditas seperti batubara dan gas alam yang mulai turun signifikan pada bulan ini, setelah melesat tinggi pada Oktober 2021," ucao Wisnu.
Baca Juga: IHSG melemah 0,59% ke 6.636 pada akhir perdagangan Kamis (18/11)
Terkait dengan saham-saham yang menghiasi sepuluh teratas net sell asing, Wisnu menilai penurunan ini justru bisa menjadi kesempatan untuk akumulasi. Investor bisa beli secara selektif lalu menunggu kenaikan saat adanya sentimen windrow dressing di akhir tahun yang berlanjut dengan January Effect.
Menurut Wisnu, saham-saham blue chip perbankan seperti BBRI dan BBCA menarik untuk dibeli ketika sudah mencapai area jenuh jual. Selain memiliki fundamental yang baik, harga dua saham ini biasanya akan naik didorong dua sentimen positif tersebut.
Selanjutnya: Investor asing net sell empat hari berturut-turut, jadi peluang buy on weakness
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News