Kata Pengamat Terkait Rencana IPO Perusahaan Milik Konglomerat

Jumat, 31 Desember 2021 | 06:45 WIB   Reporter: Dimas Andi
Kata Pengamat Terkait Rencana IPO Perusahaan Milik Konglomerat


BURSA EFEK INDONESIA / BEI - JAKARTA. Belakangan ini sejumlah konglomerat Tanah Air cukup gencar membawa perusahaan atau anak perusahaan yang dikendalikannya untuk mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Garibaldi Thohir misalnya. Konglomerat yang akrab dipanggil Boy Thohir ini tengah menggiring PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) ke pasar saham. Anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ini dijadwalkan akan resmi mencatatkan saham di BEI pada 3 Januari 2022 mendatang.

Adaro Minerals bergerak di bidang pertambangan dan perdagangan batubara metalurgi. ADMR berpeluang memperoleh dana segar sebanyak Rp 604,86 miliar dari proses IPO. Sebanyak 60% dari dana IPO tersebut akan dipakai ADMR untuk pemberian pinjaman kepada anak usahanya, Maruwai Coal, demi mendorong kapasitas infrastruktur pertambangan batubara.

Adapun 40% sisanya akan dipakai ADMR untuk mengembalikan sebagian pokok pinjaman dari Adaro Energy.

Baca Juga: Hingga November, Laba Mandiri Sekuritas Melesat 209% Secara Tahunan

Sementara itu, salah satu orang terkaya di Indonesia, Theodore Permadi Rachmat yang notabene pemilik Triputa Group juga beraksi dengan membawa PT Autopedia Sukses Lestari menggalang dana di BEI lewat IPO. Anak usaha PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) ini ditargetkan akan menuntaskan proses IPO-nya pada pertengahan Januari 2022.

Autopedia sendiri bergerak di bidang lelang dan jual-beli kendaraan bekas. Ketika IPO, Autopedia berpeluang meraih dana sebanyak Rp 703,59 miliar.

TP Rachmat juga telah melangsungkan IPO salah satu perusahaan yang berada dalam Triputa Group lainnya, yaitu PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) pada pertengahan Desember 2021. Perusahaan yang bergerak di bisnis komponen otomotif ini meraih dana segar sebesar Rp 350 miliar dari proses IPO. Mayoritas dana tersebut dipakai untuk belanja modal dalam rangka ekspansi bisnis.

Selain itu, IPO emiten rumah sakit, PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) tak luput dari campur tangan konglomerat. Sosok di balik perusahaan tersebut adalah Hungkang Sutedja yang merupakan anak kedua konglomerat The Ning King, pemilik emiten pengembang properti yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).

Baca Juga: Saham-Saham Sektor SDA dan EBT Bisa Kecipratan Dana Tax Amnesty Jilid II

RSGK meraih dana Rp 319,82 miliar dari IPO yang berlangsung pada September 2021. Dana tersebut dipakai untuk pengembangan RS Graha Kedoya, pengembangan sistem teknologi informasi, hingga pinjaman kepada PT Sinar Medika Sejahtera dan Sinar Media Sutera.

Lebih lanjut, ada sosok Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko yang telah membawa PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) IPO pada November 2021 lalu. Hermanto merupakan pemilik dari Tancorp Surya Sukses yang memegang 28,31% saham DEPO.

Lewat IPO, DEPO memperoleh dana segar Rp 493,57 miliar. Dana tersebut dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari perluasan jaringan gerai di beberapa kota, pelunasan pokok utang dan bunga, dan penyetoran modal kepada entitas anak PT Megadepo Indonesia.

Sebelumnya, Prajogo Pangestu, pemilik emiten PT Barito Pasific Tbk (BRPT) juga sempat dirumorkan akan mengantarkan anak usaha BRPT yaitu PT Star Energy Geothermal untuk melantai di bursa saham.

Namun, hal itu ditepis oleh Wakil Presiden Direktur Barito Pasific Rudy Suparman dalam keterangan resmi pada 22 Oktober 2021. Ia menyebut, BRPT tidak memiliki rencana untuk melaksanakan IPO pada Star Energy dalam waktu dekat.

Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada menyampaikan, tujuan konglomerat membawa perusahaannya IPO pada dasarnya tak jauh berbeda seperti perusahaan-perusahaan pada umumnya.

Baca Juga: Simak Prospek Bisnis dari Autopedia Sukses Lestari yang Bakal IPO

Dalam hal ini, IPO punya tujuan dasar untuk menggalang dana dari pihak ketiga, yakni investor publik yang belum punya relasi dengan perusahaan yang bersangkutan. Dalam praktiknya, dana hasil IPO ini dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Mulai dari pembiayaan akuisisi atau ekspansi bisnis, pembayaran utang, pemberian pinjaman kepada anak usaha, dan lain-lain.

“Penggunaan dana IPO juga dapat berubah di tengah jalan tergantung kondisi industrinya. Tentu hal ini harus melalui persetujuan RUPS terlebih dahulu,” ujar dia, Kamis (30/12).

Guru Besar Keuangan dari Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menambahkan, terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh konglomerat ketika berhasil melaksanakan IPO pada perusahaan yang dimilikinya.

Misalnya, perusahaan terbuka relatif lebih mudah memperoleh pendanaan ketimbang perusahaan private. Eksposur dari investor publik maupun media juga lebih tinggi diperoleh oleh perusahaan terbuka. Selain itu, perusahaan terbuka lebih transparan sehingga memudahkan konglomerat jika hendak membagi warisan.

Baca Juga: Lewati Thailand dan Singapura, Indonesia Pimpin Pasar IPO di Kawasan ASEAN Tahun Ini

“Hal ini supaya tidak terjadi sengketa antar anggota keluarga,” imbuh dia, hari ini.

Terkait ramainya IPO di akhir tahun, termasuk oleh para konglomerat, Reza berpendapat bahwa fenomena seperti itu lebih disebabkan oleh momentum pasar yang coba dimanfaatkan perusahaan yang bersangkutan.

Bisa saja perusahaan tersebut memandang bahwa kondisi pasar modal sudah lebih kondusif di akhir tahun, mengingat dampak pandemi Covid-19 sudah mulai berkurang. Alhasil, perusahaan bisa lebih mudah mendapat dana segar dari investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru