KONTAN.CO.ID - Jakarta. Initial public offering PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) berlangsung sukses. Tak hanya itu, harga saham SUPA langsung merekoet ke level tertinggi hingga mencetak auto reject atas (ARA) pada hari perdana perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu 17 Desember 2025.
Dalam penawaran umum perdana saham atau IPO ini Superbank melepas 4,4 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp635 per saham, setara dengan 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Walhasil, SUPA sukses meraup dana segar Rp2,79 triliun. Momen ini menjadi IPO terbesar di sektor bank digital.
Baca Juga: Harga Turun 28% Ytd, Emiten Energi Ini Akan Bayar Dividen Jumbo Rp 4 T+ Awal 2026
Pada hari pertama perdagangan, saham SUPA ditutup menguat 24,41% atau naik 155 poin ke level Rp 790 per saham. Tercatat, ada antrean beli saham SUPA di level tertinggi tersebut mencapai lebih dari 14 juta lot.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai, respons positif pasar terhadap saham SUPA didorong oleh kombinasi faktor fundamental, valuasi, serta kekuatan ekosistem pemegang saham strategis perseroan.
Menurut Indy, secara valuasi, price to book value (PBV) SUPA berada di kisaran 3 kali sampai 4 kali, sejalan dengan rata-rata saham bank digital lainnya yang juga diperdagangkan pada level premium. Dari sisi fundamental, SUPA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga yang agresif seiring ekspansi kredit, didukung rasio permodalan (CAR) dan net interest margin (NIM) yang relatif tinggi.
“Investor melihat sinergi ekosistem SUPA cukup kuat dengan dukungan pemegang saham strategis seperti Grab, Singtel, Emtek, dan KakaoBank, yang memperkuat kapabilitas teknologi dan jaringan,” ujar Indy kepada Kontan, Rabu (17/12/2025).
Tonton: Dua Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Prakirakan Gelombang Tinggi 16–19 Desember 2025
Selain itu, pasar juga mencermati rencana penggunaan dana hasil IPO, dengan sekitar 70% dialokasikan untuk modal kerja dan 30% untuk belanja modal teknologi. Langkah ini dinilai berpotensi mempercepat ekspansi penyaluran kredit sekaligus pengembangan platform digital perseroan.
Meski demikian, Indy mengingatkan masih terdapat sejumlah risiko yang perlu diperhatikan investor, terutama terkait beban bunga dan biaya operasional, serta fakta bahwa laba SUPA baru berbalik positif pada Juni 2025.
“PBV SUPA memang masih tergolong premium, tapi saham ini cocok bagi investor yang berorientasi pada pertumbuhan, khususnya melihat potensi sinergi Grab–OVO–Emtek dan fokus SUPA ke segmen ritel serta UMKM,” kata Indy.
Ke depan, penetrasi layanan digital yang masih terbuka luas dinilai memberi peluang bagi SUPA untuk memperbesar pangsa pasar, meski investor tetap perlu mencermati konsistensi kinerja dan profitabilitas perusahaan.
Selanjutnya: Jasa Marga Siapkan SPKLU di Periode Libur Nataru
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold7 Hasilkan Skor AnTuTu v10 hingga 1,9 Jutaan! Ini Detailnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News