EMITEN - JAKARTA. PT Samindo Resources Tbk masih gencar mencari peluang kontrak baru. Kepala Hubungan Investor Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir menyebut, saat ini emiten dengan kode saham MYOH tersebut sedang berfokus untuk mencari klien baru.
Untuk diketahui, Kinerja topline dan bottomline MYOH kompak mengalami penurunan di kuartal ketiga 2020. MYOH membukukan pendapatan bersih senilai U$ 132,24 juta atau turun 30% bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 188,90 juta.
Bila dirinci, pendapatan dari jasa pemindahan tanah dan pengambilan batubara masih menjadi segmen yang menyumbang pendapatan terbesar yakni sebesar US$ 94,74 juta atau mencapai 71,6% dari total pendapatan MYOH. Disusul segmen jasa pengangkutan batubara senilai US$ 36,04 juta, serta jasa pengeboran, eksplorasi, dan lainnya senilai US$ 1,45 juta.
Baca Juga: Pertumbuhan kinerja Wijaya Karya (WIKA) diprediksi masih melambat tahun depan
Adapun hampir seluruh pendapatan MYOH merupakan kontribusi dari PT Kideco Jaya Agung yang mencapai US$ 132,23 juta. MYOH juga mencatatkan penurunan beban-beban di kuartal ketiga 2020. Beban pokok pendapatan turun 33,28% secara tahunan menjadi US$ 105,76 juta. Sementara beban umum dan administrasi turun 15,35% menjadi US$ 5,67 juta.
Namun, penurunan beban ini belum mampu mencegah penurunan bottomline MYOH. Tercatat, laba bersih yang diatribusikaan kepada pemilik entitas induk menurun 23,4% secara year-on-year (YoY) menjadi US$ 14,29 juta. Sebagai perbandingan, di periode yang sama tahun sebelumnya, MYOH mengempit laba bersih hingga US$ 18,67 juta. Alhasil, laba bersih per saham dasar MYOH juga turun menjadi US$ 0,0065 dari sebelumnya US$ 0,0085.
Untuk menjaga kinerja, MYOH telah melakukan efisiensi yang sudah dimulai sejak awal tahun. Samindo juga sudah mulai mengurangi ketergantungan terhadap Full Maintenance Contract (FMC). Alhasil, MYOH sudah mulai melakukan maintenance mandiri.
Untuk penggunaan spare part, MYOH juga sedang meninjau ulang mana saja vendor-vendor yang harganya tidak kompetitif dan melakukan negosiasi.
Baca Juga: Jababeka (KIJA) belum punya rencana ekspansi pasca gagal di tender Patimban
Sementara MYOH memutuskan untuk mem-freeze penggunaan belanja modal (capex) tahun ini. Hal ini menimbang ketersediaan alat pertambangan yang masih cukup serta belum ada kepastian terkait harga batubara. “Kalaupun ada kontrak baru, kami masih bisa pake alat yang sudah ada (existing),” ujar Zaki kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
MYOH juga tidak menutup diri untuk melakukan tender proyek energi baru terbarukan (EBT). Hanya saja sampai sekarang MYOH belum mendapat informasi mengenai pembukaan tender proyek EBT.
Selanjutnya: Ini empat proyek yang sedang diincar Adhi Karya (ADHI) sebelum tutup tahun 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News