Kinerjanya Charoen Pokphand (CPIN) membaik, ini rekomendasi analis

Senin, 12 Juli 2021 | 07:45 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Kinerjanya Charoen Pokphand (CPIN) membaik, ini rekomendasi analis


EMITEN -  JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membukukan kinerja yang solid pada kuartal I 2021. CPIN berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 12,4 triliun atau naik 23,8% secara year on year (yoy). 

Dari sisi bottom line, emiten poultry ini juga membukukan kinerja yang tak kalah apik. CPIN mengantongi laba bersih Rp 1,4 triliun atau naik 61,6% secara yoy.

Analis Panin Sekuritas Rigel Andriansyah dalam risetnya pada 6 Juli menuliskan, kinerja top line CPIN sudah in-line dengan estimasi Panin Sekuritas dan juga konsensus, yakni masing-masing 20,2% dan 24%.

Sementara kenaikan signifikan tersebut dinilai lebih diakibatkan oleh oleh low base-effect dari kuartal I-2020 lalu, di mana pandemi Covid-19 baru saja dimulai di Indonesia. 

Baca Juga: Sektor pertambangan paling dijagokan dari penghuni indeks LQ45

Rigel justru menyoroti adanya tekanan pada segmen pakan CPIN yang tercermin dari laba operasi tercatat sebesar Rp 687 miliar atau turun 26,4% secara yoy.

“Penurunan disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku utama untuk produk pakan ternak, yakni soybean meal dan jagung lokal. Kenaikan harga jagung ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di Desember tahun lalu, yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas musim panen di awal 2021,” kata Rigel dalam risetnya. 

Pada tahun ini, Rigel menilai, harga unggas yang stabil seiring adanya program culling dari pemerintah juga menjadi katalis positif untuk CPIN. Sebagai informasi, harga livebird pada kuartal I-2021 tercatat stabil di level Rp 19.430/ekor.

Sementara pada Mei 2021, harga livebird masih tercatat stabil di level Rp 20.655 ribu/ekor. 

Di satu sisi, pemerintah melalui Ditjen PKH juga telah mengumumkan kembali culling program pasca lebaran, berupa instruksi cutting HE umur 19 hari sebanyak 50,5 juta butir pada bulan Juni 2021, dan pengurangan DOC FS sebanyak 47 juta ekor. 

Baca Juga: IHSG melemah 0,07% ke 6.039 di perdagangan Kamis (8/7), net buy asing Rp 132,1 miliar

Hanya saja, sejak awal Juni, harga saham CPIN justru berada dalam tren negatif. Pada 9 Juni, harga saham CPIN sempat menyentuh Rp 7.300, namun per 9 Juli sudah berada di Rp 6.325 atau terkoreksi 13,35%.

Rigel meyakini pelemahan harga saham CPIN tersebut lebih disebabkan oleh dua sentimen negatif. Pertama, estimasi penurunan harga ayam pasca lebaran yang sering terjadi secara seasonality. Kedua, pemberlakuan PPKM Darurat yang akan membebani daya beli masyarakat.

“Namun, dalam pandangan kami, respon tanggap yang dilakukan oleh Pemerintah akan menjadi cushion untuk penurunan harga unggas lebih dalam di paruh kedua tahun ini. Di satu sisi, CPIN sebagai integrator unggas terbesar di Indonesia, memiliki segmen hilir untuk processed foods yang lebih diminati konsumen saat terjadi pembatasan sosial,” imbuh Rigel.

Baca Juga: IHSG menguat ke 6.050 pada perdagangan pagi ini (8/7), asing lepas BBCA, TOWR, TLKM

Dengan kinerja solid CPIN pada kuartal I-2021, Rigel pun merevisi proyeksi pendapatan dan laba bersih CPIN pada tahun ini. Perkiraan terbarunya, CPIN akan membukukan pendapatan Rp 51,9 triliun dengan laba bersih Rp 5,4 triliun.

Panin Sekuritas pun merekomendasikan untuk beli saham CPIN dengan target harga Rp 7.800 per saham.

Selanjutnya: Ini rekomendasi saham-saham sektor poultry dari Ciptadana Sekuritas

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru