Konsorsium WIKA raih kontrak pembangunan green building di UGM

Jumat, 20 November 2020 | 19:32 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Konsorsium WIKA raih kontrak pembangunan green building di UGM

ILUSTRASI. Konsorsium WIKA meraih kontrak pembangunan paket 1 gedung SGLC dan ERIC


EMITEN - JAKARTA. Konsorsium PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memperoleh kontrak pelaksanaan pembangunan paket 1 Japan International Cooperation Agency (JICA) Loan IP-576 untuk gedung Smart and Green Learning Center (SGLC) dan Engineering Research Innovation Center (ERIC) di Universitas Gadjah Mada (UGM). Penandatangan kontrak senilai Rp 218,79 miliar ini dilakukan di Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta pada Kamis (19/11).

Rencananya, proyek ini akan berlangsung selama 540 hari kalender kerja dengan masa pemeliharaan 360 hari kalender kerja. Lingkup pekerjaan Konsorsium WIKA meliputi struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan plumbing.

Direktur Operasi III WIKA Sugeng Rochadi mengatakan, Konsorsium WIKA terpilih setelah melalui evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi dan verifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "WIKA berbangga bisa menjadi bagian dalam pembangunan pembangunan universitas kelas dunia yang mengembangkan kewirausahaan sosial seperti halnya UGM. InsyaAllah, proyek ini dapat selesai tepat waktu dengan kualitas yang memuaskan,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/11).

Proyek yang berlokasi di bilangan Bulak Sumur, Yogyakarta ini merupakan tindak lanjut UGM sebagai Unit Pengimplementasi (Implementing Agency) Loan Agreement No. IP-576 Tahun 2017 antara JICA dengan pemerintah Republik Indonesia. Implementasi hibah JICA tersebut dimanfaatkan dalam pembangunan dan penyediaan sarana prasarana di kampus UGM yang tersebar di delapan fakultas.

Baca Juga: Kompak naik, kinerja sektor konstruksi baru akan pulih di pertengahan 2021

Menurut Sugeng, pembangunan gedung SGLC dan ERIC dengan Konsorsium WIKA sebagai kontraktor pelaksananya dirancang dengan beberapa keunggulan, antara lain berstandardisasi green building platinum & smart building, mengimplementasikan sistem teknologi peredam gempa dan IT dalam proses konstruksi, serta mengedepankan sinergi kemitraan dalam pembangunannya.

Dalam proses konstruksinya ke depan, proyek ini akan menerapkan teknologi peredam gempa dengan sistem viscoelastis vibration rubbers dampers pertama di Indonesia. Salah satu hal yang menjadi pertimbangannya adalah rawannnya gempa di wilayah Yogyakarta.

Viscoelastis vibration rubbers dampers merupakan sebuah sistem kontrol atau peredam getaran yang terdiri dari tiang penguat tegang dan karet viscoelastic yang mempunyai kekerasan yang tinggi. Karet di sini merupakan karet dengan kekerasan tinggi dan berkarakter sifat seperti: kekakuan besar, suhu kecil, dan ketergantungan frekuensi dibandingkan dengan sebagian besar peredam viscoelastic biasa.

Lebih lanjut, gaya penegang yang dimasukkan ke dalam tiang penguat akan mengurangi celah kecil pada bagian-bagian sambungan dan sistem ini memiliki kinerja untuk menyerap energi dalam kisaran amplitudo (getaran) mikro hingga besar.

"Implementasi teknologi peredam gempat tersebut semakin mempertegas portofolio WIKA yang sebelumnya telah berhasil membangun high rise building berteknologi peredam gempa dengan sistem base isolator," ucap Sugeng. Sebut saja WIKA Tower Jakarta, Gedung Prasarana Jalan di Padang, dan Rumah Sakit UI Depok.

 

Selanjutnya: Hingga Oktober 2020, Wijaya Karya Beton (WTON) catat kontrak baru Rp 2,96 triliun

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru