Mayoritas meningkat, simak kinerja emiten Grup Triputra hingga kuartal ketiga 2021

Selasa, 23 November 2021 | 21:09 WIB   Reporter: Kenia Intan
Mayoritas meningkat, simak kinerja emiten Grup Triputra hingga kuartal ketiga 2021

ILUSTRASI. Aktivitas pekerja pabrik perkebunan kelapa sawit PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).


EMITEN - JAKARTA. Emiten yang bernaung di bawah Grup Triputra membukukan pertumbuhan kinerja yang positif. Bahkan, pertumbuhan labanya ada yang mencapai tiga digit sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021 ini. 

Mengutip laporan keuangannya, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) membukukan kenaikan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk paling signifikan. TAPG meningkat 186,30% year on year (yoy) menjadi Rp 713,16 miliar. Sementara DSNG meningkat 153,94% yoy menjadi Rp 415,88 miliar.

Pertumbuhan dari sisi bottom line itu tidak terlepas dari top line yang juga meningkat. Tercatat, penjualan TAPG meningkat 24,90% yoy menjadi Rp 4,45 triliun. Adapun penjualan DSNG terkerek 15,33% yoy menjadi Rp 5,05 triliun. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mencermati, kinerja yang naik signifikan itu tidak terlepas dari kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) sehingga penerimaan perusahaan terkerek. Apalagi untuk TAPG memiliki tanaman berusia produktif, sehingga produksinya naik di saat harga CPO meningkat.

Baca Juga: IPO PT Dharma Polimetal Tbk, Upaya Triputra Boyong Anak Usaha Masuk Bursa Saham Lagi

Cheryl pun memproyeksikan, kinerja kedua emiten yang memiliki usaha pengolahan kelapa sawit itu punya prospek menarik ke depan. Di samping perkiraan harga CPO yang masih akan meningkat hingga kuartal I 2022, kinerja kedua emiten juga akan terdongkrak pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat (AS).

Selain kinerja emiten CPO yang membaik, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) juga mencetak pertumbuhan kinerja yang memuaskan. Emiten Grup Triputra yang bergerak di sektor transportasi itu membukukan pertumbuhan pendapatan 61,65% yoy menjadi Rp 3,47 triliun. Sementara, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induknya terkerek lebih tinggi 56,69% yoy menjadi Rp 80,21 miliar. 

Cheryl mencermati, pertumbuhan kinerja ASSA ditopang oleh pesatnya bisnis jasa pengiriman barang Anteraja. Adapun melesatnya bisnis jasa pengiriman ini didorong meningkatnya tren belanja online di masyarakat. 

Senada, dalam risetnya Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan mengungkapkan, segmen bisnis delivery express Anteraja masih akan jadi penopang kinerja ASSA. Menurut catatan Kontan sebelumnya, Samuel Sekuritas melihat target Anteraja menembus satu juta parcel per hari bukan hal yang mustahil ke depan. Apalagi, dengan adanya kolaborasi dengan pemain parcel delivery besar dan dengan peningkatan total kurir. Mencermati kinerja sejauh ini dan prospek ke depan, saham ASSA pun disarankan buy dengan target harga Rp 4.300 per saham. 

Baca Juga: Triputra Agro Persada (TAPG) bukukan laba bersih Rp 736 miliar hingga September 2021

Sementara itu, Cheryl melihat saham ASSA masih mampu menguat walau sejauh ini sudah naik tinggi. Asal tahu saja, sejak awal tahun saham ASSA sudah menghijau hingga 389,02% menjadi Rp 3.520 per saham. 

Ia pun menyarankankan buy on weakness ASSA di harga Rp 3.430 per saham, dengan target harga Rp 3.950 per saham. Sementara itu investor bisa stop loss jika sahamnya melorot ke Rp 3.200 per saham. 

Adapun untuk saham TAPG dan DSNG, Cheryl merekomendasikan buy di harga masing-masing Rp 580 per saham dan Rp 550 per saham. Target harga TAPG berada di Rp 900 per saham dan target harga DSNG berada di Rp 700 per saham. 

"Justru saat koreksi adalah kesempatan untuk dapat sahamnya di harga murah," imbuh  Cheryl  kepada Kontan.co.id, Selasa (23/11). 

Baca Juga: Target pengiriman parsel berpotensi naik, intip rekomendasi saham Adi Sarana (ASSA)

Asal tahu saja, harga saham TAPG cenderung melorot 12,67% selama enam bulan terakhir menjadi Rp 655 per saham. Sementara, harga saham DSNG tertekan 4,10% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Cheryl mencermati, saat ini kedua saham itu memang sedang terkoreksi setelah menyentuh harga tertingginya di awal Oktober lalu. Adapun fluktuasi harga saham ini dinilai hal yang wajar dan biasa. 

Di antara saham-saham Grup Triputra, Cheryl hanya melihat saham PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) yang cenderung melanjutkan downtrend. KMTR sejak awal tahun memang masih menghijau 2,99%, akan tetapi sahamnya terlihat melorot sejak enam bulan terakhir hingga 23,21%. 

Ia pun merekomendasikan hold terlebih dahulu saham KMTR. Apabila ingin buy saham ini, investor bisa menunggu hingga sahamnya breakout di level Rp 390. Adapun target harganya berada di Rp 440 per saham. 

Dilihat dari kinerja keuangannya, beban pokok penjualan KMTR yang meningkat memang menggerus laba bersihnya. Mengutip laporan keuangan hingga kuartal ketiga 2021, KMTR membukukan penurunan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 39,47% yoy menjadi Rp 53,04 miliar. Padahal dari sisi penjualan bersihnya, KMTR meningkat cukup tinggi 52,41% yoy menjadi Rp 9,55 triliun. 

Baca Juga: Kirana Megatara (KMTR) bagikan dividen Rp 98,75 miliar, catat jadwalnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru