Meneropong prospek kinerja Adaro Energy (ADRO) di tengah kenaikan harga batubara

Selasa, 12 Oktober 2021 | 06:10 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Meneropong prospek kinerja Adaro Energy (ADRO) di tengah kenaikan harga batubara


BATUBARA -   JAKARTA. Prospek PT Adaro Energy Tbk (ADRO) diyakini masih menjanjikan, seiring dengan mendakinya harga batubara. Dalam riset yang dipublikasikan Rabu (6/10) Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Samuel Glenn Tanuwudjaja, mempertahankan proyeksi terhadap pendapatan ADRO tahun ini sebesar US$ 3,6 miliar atau naik 45,6% secara year-on-year (YoY)dari tahun lalu.

NH Korindo Sekuritas juga mempertahankan perkiraan laba bersih ADRO di tahun ini, yakni US$ 200 juta atau naik 38,1% (YoY). Proyeksi ini dengan memperkirakan bahwa kenaikan harga batubara dan naiknya permintaan batubara menjelang musim dingin akan mendorong penjualan ADRO. Selain itu,  rebound ekspor batubara ke pasar China dan Jepang akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan ADRO.

Oleh karena itu, NH Korindo memperkirakan bahwa return on equity (ROE) tahun penuh ADRO pada 2021 – 2022 masing-masing akan mencapai 4,9% dan 9,7%.

Baca Juga: IHSG turun 0,30% ke 6.462 pada Senin (11/10) siang, sektor energi justru melesat

Sebagai gambaran, emiten tambang batubara ini membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 169,96 juta, meningkat 9,58% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 155,09 juta.

 

 

Hal ini tidak terlepas dari kenaikan pendapatan ADRO di semester I-2021. ADRO membukukan kenaikan pendapatan bersih  sebesar 14,7% menjadi US$ 1,45 miliar. ADRO mencatatkan  volume penjualan batubara sebesar 25,78 juta ton sepanjang enam bulan pertama 2021. Jumlah ini menurun 5% jika dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,29 juta.

Glenn menyebut, penjualan batubara termal ke konsumen di China dan Jepang tumbuh masing-masing sebesar 15,3% dan 11,8%. Kenaikan pendapatan dipicu oleh harga jual batubara termal diperkirakan melebihi US$ 65 per  ton.

Dari sisi produksi, konstituen Indeks Kompas100 ini  mencatatkan angka produksi sebesar 26,49 juta ton, atau turun 3% dari tahun sebelumnya sebesar 27,29 juta ton.

Selanjutnya: Harga batubara sedang panas, berikut rekomendasi saham sejumlah emiten batubara

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru