Mengintip saham-saham tambang yang menguat sejak awal tahun

Jumat, 30 Oktober 2020 | 23:20 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Mengintip saham-saham tambang yang menguat sejak awal tahun


IHSG - JAKARTA. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melemah 18,59%.

Selain IHSG, sejumlah indeks yang sering dijadikan acuan dalam menyusun portofolio investasi juga masih mencatatkan pertumbuhan negatif.

Indeks LQ45 misalnya. Indeks yang berisikan 45 saham dengan likuiditas tinggi dan berfundamental baik ini melemah 22,08% sejak awal tahun. Indeks IDX30, yang konstituennya diambil dari LQ45 juga mengalami hal serupa, yakni terkoreksi hingga 22,59% secara Ytd.

Namun, sejumlah saham berhasil mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan IHSG. Saham-saham tersebut didominasi oleh emiten pertambangan logam, baik emas dan nikel.

Baca Juga: Ini saham-saham dengan net buy dan net sell asing terbesar bulan Oktober

Di urutan pertama penghuni Indeks LQ45 dengan keuntungan tertinggi adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang naik71,03% sejak awal tahun.

Di posisi kedua saham tercuan di Indeks LQ45 diisi saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang naik sebesar 25,6% sejak awal tahun. Saham ANTM menjadi saham dengan keuntungan pertama di Indeks IDX30.

Kemudian, ada pula saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang mencatatkan kenaikan sebesar 11,26% secara ytd, dan masuk dalam urutan keenam saham anggota LQ45 dengan gain tertinggi.

Di posisi terakhir saham dengan pertumbuhan terbaik diisi oleh saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan pelemahan 1,86%.

Baca Juga: Naik 5,30% bulan Oktober, IHSG belum mampu menutup penurunan September

Meski demikian, kinerja saham UNTR masih lebih baik ketimbang IHSG yang masih anjlok 18,59% sejak awal tahun.

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, kenaikan saham-saham berbasis komoditas logam ini tidak bisa lepas dari sentimen kenaikan komoditasnya.

Emas misalnya,  sempat  memecahkan rekor harga tertinggi sepanjang sejarah setelah melewati level US$ 2.000 untuk pertama kalinya. Bahkan, harga emas Antam  sempat menyentuh Rp 1.065.000 per gram pada perdagangan Jumat (7/10) yang merupakan rekor harga termahal.

Pun begitu dengan harga nikel yang saat ini masih cenderung stabil. Ditambah, adanya kabar mengenai  rencana pembentukan Indonesia Battery Holding dan rencana Tesla, salah satu produsen mobil listrik terkemuka dunia, yang santer akan membangun pabrik di Indonesia.

Baca Juga: Analis kompak rekomendasikan beli saham TOWR, simak alasannya

“Kenaikan harga saham yang berhubungan dengan komoditas sangat dipengaruhi oleh sentimen kenaikan harga komoditasnya,” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10).

Pada penutupan Selasa (27/10), saham INCO ditutup melemah 1,94% ke level Rp 4.050, ANTM melemah 0,47% ke level Rp 1.055, dan MDKA bergeming di level Rp 1.830.

Aria bilang, target jangka pendek ketiga saham ini sudah tercapai. Dus, investor bisa melakukan aksi beli saat pelemahan terjadi.  “Saya rekomedasikan beli untuk UNTR di kisaran harga 20.800 ke bawah,” pungkas dia.

Sementara itu, dua emiten menara telekomunikasi yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TWOR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) masuk dalam daftar penghuni Indeks LQ45 tercuan, dengan penguatan masing-masing 22,98% dan 21,95%.

Aria menyebut, prospek kedua emiten ini cukup cerah terkait tumbuhnya penyewaan menara seiring meningkatnya kebutuhan internet di masa pandemi.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham-saham paling cuan di bulan ini

Hanya saja, Aria menilai harga kedua saham ini sudah tidak murah alias premium. Untuk itu, investor bisa mempertimbangkan untuk membeli di harga yang lebih rendah dan menyesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

Kinerja yang berbeda justru ditunjukkan oleh dua saham emiten telekomunikasi, yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kedua saham ini memberi return negatif masing-masing sebesar 35,56% dan 33,11% sejak awal tahun.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, saham TLKM dan EXCL sedang mengalami fase downtrend. Hendriko menilai, level  support terdekat sekaligus support kuat EXCL berada pada harga Rp 1.900- Rp 1.915.

Sementara untuk saham TLKM support terdekat sekaligus support kuat berada pada level Rp 2.480- Rp 2.540.

 

Selanjutnya: Silakan cermati rekomendasi teknikal SSMS, SIDO, BBTN untuk Senin pekan depan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru