Minim sentimen positif, begini rekomendasi saham HM Sampoerna (HMSP) untuk tahun 2021

Rabu, 06 Januari 2021 | 07:30 WIB   Reporter: Danielisa Putriadita
Minim sentimen positif, begini rekomendasi saham HM Sampoerna (HMSP) untuk tahun 2021


EMITEN -  JAKARTA. Kinerja keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) proyeksikan cenderung stagnan di tahun 2021. Penyebabnya, daya beli masyarakat yang belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Selain itu, kenaikan tarif cukai diprediksi turut menekan kinerja perusahaan.

Asal tahu saja, hingga September 2020, penjualan HMSP tercatat turun 12,55% menjadi Rp 67,78 triliun. Hal ini membuat laba bersih HMSP juga melorot 32,25% menjadi Rp 6,91 triliun hingga kuartal III-2020 lalu.

Namun, secara kuartalan penjualan HMSP menunjukkan peningkatan 9,51% hingga Rp 23,04 triliun. Laba bersih pun terangkat di periode Juli hingga September sebesar 29,37% hingga Rp 2,02 triliun. 

Jennifer Natalia Widjaja, Analis Sucor Sekuritas mengatakan, kenaikan penjualan HMSP secara kuartalan di kuartal III-2020 tersebut berpotensi terus berlanjut bila daya beli masyarakat membaik. Penjualan juga berpotensi tumbuh bila jumlah konsumen yang melakukan down-trading ke merek rokok yang lebih murah berkurang. 

Baca Juga: IHSG menguat 0,53% ke 6.137 pada Selasa (5/1), asing catat net buy Rp 476,32 miliar

Sayangnya, saat ini daya beli masyarakat masih belum cukup pulih seperti sebelum pandemi menyerang. Apalagi, cukai rokok yang naik signifikan di tahun ini juga berpotensi menekan penjualan. Jennifer pun mengestimasikan average selling price (ASP) atawa rata-rata harga jual rokok HMSP naik sekitar 10% di 2021.

"Sales volume diproyeksikan menurun cukup dalam karena adanya kenaikan harga jual untuk pass through cukai yang tinggi," kata Jennifer, Selasa (5/1). Alhasil, dia pun memproyeksikan penjualan HMSP di sepanjang tahun ini relatif flat. 

Sementara itu, Sukarno Alatas, Analis Kiwoon Sekuritas juga memproyeksikan penjualan maupun total pendapatan di sepanjang 2020 menurun 12%-14%, meski diproyeksikan di kuartal IV masih torehkan pertumbuhan penjualan 3%-9% secara kuartalan. 

"Sentimen pelemahan daya beli yang melemah akibat pandemi menjadi penyebab penurunan penjualan," ungkap dia. 

Tidak hanya itu, kenaikan harga rokok juga mempengaruhi daya beli masyarakat turun. Apalagi, kini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan baru. Upaya masyarakat menjaga kini lebih sadar menjaga kesehatan juga turut mempengaruhi daya beli. 

Sukarno juga memproyeksikan ASP HMSP naik 10,2% karena cukai rokok SKM dan SPM naik. Sementara itu, cukai SKT tetap. Dengan begitu, Sukarno memproyeksikan konsumen akan beralih pada SKT karena memiliki ASP lebih murah. 

Padahal, kontribusi penjualan SKM jadi yang paling besar, yaitu 66,81% dalam menyumbang pada total pendapatan. Jennifer mengatakan SKM memang lebih diminati karena memiliki tar dan nicotine yang lebih tinggi. Namun, belakangan konsumen juga banyak meminati SKT karena harga jualnya yang lebih murah dari jenis SKM maupun SPM. 

Baca Juga: Tarif cukai rokok naik tahun depan, harga saham GGRM & HMSP mentok auto reject bawah

Tentunya, bila konsumen lebih banyak beralih ke SKT maka kinerja HMSP berpotensi turun secara keseluruhan. Sukarno merekomendasikan wait and see atau hold untuk HMSP di target harga Rp 1.400. Secara teknikal harga HMSP sedang berkonsolidasi dengan kecenderungan menurun. 

"Kemungkinan harga untuk turun lebih lanjut bisa terjadi ketika rentang konsolidasi terjadi breakdown harga," kata Sukarno.

Sementara, Jennifer merekomendasikan sell di target harga Rp 1.360 per saham.  

 

Selanjutnya: Ini daftar saham yang bisa dicermati di awal perdagangan 2021

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru