REKOMENDASI SAHAM -
JAKARTA. Pekan lalu pemerintah mengumumkan memangkas cuti bersama untuk akhir tahun 2020 sebanyak tiga hari 28 hingga 30 Desember 2020. Dengan demikian, libur akhir tahun akan dimulai pada 24 hingga 27 Desember 2020, kemudian dilanjutkan dengan 31 Desember 2020 hingga 1 Januari 2021.
Menanggapi hal ini, Head of Investment Research Wawan Hendrayana bilang, pemangkasan libur justru menjadi berita positif bagi pasar. Sebab, pelaku pasar memiliki waktu lebih panjang untuk melakukan perdagangan.
Di sisi lain, pemangkasan hari libur akan mendorong aktivitas bisnis terus berjalan. Ini menguntungkan bagi emiten di sektor tertentu, misalnya saja sektor perbankan. Sebab, dengan aktivitas terus berjalan pendapatan operasionalnya akan meningkat.
Walau pelaku pasar menyambut baik, Wawan tidak memungkiri pengurangan hari libur ini memberatkan kinerja emiten-emiten di sektor transportasi, perhotelan, maupun restoran.
Baca Juga: Dana asing mulai masuk pasar saham, begini dampaknya terhadap IHSG
Akan tetapi, tekanan yang dirasakan tidak akan signifikan. Sebab, kekhawatiran masyarakat akan pandemi masih membayangi baik dengan adanya libur panjang maupun libur yang dipangkas.
Menurutnya, pemangkasan hari libur memang akan berdampak signifikan jika tidak sedang masa pandemi. Akan tetapi, di tengah pandemi seperti saat ini dampaknya justru lebih minim.
Ia mencontohkan, kunjungan pelanggan ke emiten restoran memang sudah tertekan selama pandemi Covid-19. Kondisi yang sama masih akan berlangsung di akhir tahun.
Di sisi lain, konsumen cenderung lebih nyaman membeli secara online, yang mana ini tidak terdampak baik di hari libur maupun hari kerja.
Mengingat pemangkasan hari libur menjadi kabar positif, Wawan melihat hal ini cenderung akan mengerek IHSG. Akan tetapi, sentimen yang lebih mendominasi peningkatan lebih pada proyeksi tahun depan yang diperkirakan akan membaik. Apalagi, untuk saat ini pemerintah Indonesia telah mendatangkan vaksin corona Sinovac dari China.
Jika vaksin bisa segera didistribusikan dan berjalan dengan lancar, bukan tidak mungkin IHSG menyentuh level 6.000 di akhir tahun.
"Harapannya hingga tahun depan ada sudah banyak masyarakat yang divaksin, sehingga bisa membantu pemulihan ekonomi," jelasnya, Senin (7/12).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, pemangkasan hari kerja menambah sisi kemenarikan saham-saham di sektor perbankan, sebab pendapatan operasionalnya berpotensi meningkat. Di sisi lain, menariknya saham perbankan juga terdorong momentum window dressing.
Ia pun masih menjagokan saham-saham perbankan buku IV seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Selain itu, ia juga melihat saham-saham bank menengah yang atraktif seperti BRIS dan BTPN. BRIS karena terdorong harapan merger. Sementara itu, BTPN karena memiliki laporan keuangan yang baik.
Baca Juga: Investor sudah mengantisipasi, efek kedatangan vaksin Sinovac ke pasar obligasi minim
" Tahun depan pelaku pasar melihat ada perbaikan signifkan dari sisi kinerja perbankan. Saat ini pun juga belum terlamat untuk masuk sebab secara historis masih murah," imbuhnya.
Ia pun paling menjagokan BBCA dari golongan saham besar dengan target harga hingga akhir tahun di 34.000. Sementara itu, dari golongan menengah ia menjagokan BRIS dengan target harga di 1.550.
Sementara itu, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat pemangkasan libur ini memang akan berdampak pada sektor transportasi, hotel, maupun restoran. Akan tetapi menurutnya, dampak yang dirasakan tidak terlalu besar. Sebab, hari libur dipangkas ataupun tidak, masyarakat cenderung berada di rumah. Selain itu, menurutnya, pelaku pasar akan memasuki puncak di minggu kedua bulan Desember ini. Sehingga, di minggu ketiga, perdagangan akan libur ataupun tidak, pergerakan harga saham tidak akan berdampak besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News