EMITEN - JAKARTA. Pandemi Covid-19 turut menekan kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM) sepanjang tahun lalu. Emiten pertambangan ini mencatatkan penjualan 2,8 juta ton batubara sepanjang 2020. Capaian ini menurun 32% dari realisasi penjualan tahun 2019 yang mencapai 4,1 juta ton.
Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara menyebut, Perseroan berencana untuk meningkatkan produksi batubaranya di tahun ini untuk mengambil manfaat dari pulihnya kembali harga batubara sejak akhir tahun lalu.
“Perseroan secara konsisten memprioritaskan perolehan marjin operasinya dengan memperhatikan keseimbangan tingkat produksi dengan biaya produksi dan keberlanjutan produksi batubara dalam jangka panjang,” terang Ray. Adapun HRUM menargetkan peningkatan produksi batubara sekitar 25% pada tahun ini.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) kembali bayar bunga utang US$ 6,9 juta
Tahun ini, HRUM menganggarkan sekitar US$ 7 juta untuk belanja modal atau capital expenditure (capex). Dana ini berasal dari kas internal dan akan digunakan untuk penambahan properti pertambangan batubara, pembelian alat berat dan prasarana tambang batubara, serta pemeliharaan kapal tunda dan tongkang.
Setelah babak belur tahun lalu, pasar batubara internasional (seaborne coal) mengalami perubahan dramatis menjelang akhir tahun, dan mulai menguat signifikan sejak tahun 2021.
Kenaikan harga terlihat dari Desember 2020 di mana indeks GC Newcastle rata-rata mendekati US$ 80 per ton, naik 25% dari US$ 64,0 per ton pada November 2020. Dinamika pasar berlanjut pada kuartal pertama 2021, dimana indeks GC Newcastle berakhir dengan rata-rata US$ 88,7 per ton atau naik 32% dari kuartal keempat 2020 yang hanya US$ 67,4 per ton.
Manajemen HRUM meyakini prospek pasar batubara di Negeri Tirai Bambu selama semester pertama tahun ini tetap menguntungkan bagi produsen dalam negeri, kecuali jika ada intervensi dari otoritas lokal.
Indonesia adalah penerima manfaat terbesar dari larangan China atas batubara impor asal Australia. Selama paruh pertama 2020, Australia mengirimkan 55,9 juta ton batubara ke China, di mana 31,6 juta ton diantaranya adalah batubara termal. HRUM menilai larangan China atas batubara asal Negeri Kanguru tersebut belum akan terselesaikan dalam jangka pendek.
Baca Juga: Meski kinerja tertekan, Pakuwon Jati (PWON) mulai perlihatkan pemulihan di kuartal I
Lebih lanjut, konsumsi batubara juga didukung oleh perekonomian yang pulih kembali. Permintaan listrik di China sepanjang 2021 diperkirakan tumbuh 6%-7% secara year-on-year (yoy). Aktivitas industri tetap kuat setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Tingkat operasi industri rata-rata telah mencapai di atas 90%, dengan sektor baja, energi dan bahan kimia telah mencapai 95%.
Terakhir, harga batubara berjangka China dari Mei hingga Agustus semuanya telah berada di atas renminbi (RMB) 700 per ton, seperti yang tercermin di Zhengzhou Commodity Exchange selama beberapa minggu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa investor berekspektasi adanya potensi kekurangan suplai batubara di musim panas.
“Bagi Perseroan, kinerja pada semester pertama 2021, termasuk harga jual rata-rata dan tonase diharapkan meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun 2020,” tulis manajemen HRUM dalam laporannya.
Selanjutnya: Kabelindo Murni (KBLM) masih jagokan penjualan kabel low voltage di 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News