Punya Pangsa Pasar Terbesar, Begini Rekomendasi Saham Prodia Widyahusada (PRDA)

Rabu, 16 Februari 2022 | 20:35 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Punya Pangsa Pasar Terbesar, Begini Rekomendasi Saham Prodia Widyahusada (PRDA)

ILUSTRASI. Petugas melayani konsumen di kantor Prodia Jakarta, Rabu (29/7).


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) melihat permintaan terhadap layanan tes PCR terus meningkat. Hal itu seiring masifnya penyebaran varian Omicron di Indonesia.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewantoro memaparkan bahwa hal tersebut berimbas pada kinerja Prodia. Segmen tes terkait Covid-19 menyumbang hingga 18% dari total pendapatan Prodia per September 2021. Alhasil, hingga kuartal ketiga 2021, PRDA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,99 triliun atau tumbuh 65% yoy.

PRDA mencatatkan lebih dari 2,6 juta kunjungan pasien atau meningkat 37% secara tahunan. Emiten laboratorium klinik ini mencetak lebih dari 13,7 juta volume pengujian atau naik 48% yoy. Hal itu juga didorong kepemilikan 257 outlet yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Baca Juga: Imbas Omicron, Jumlah Pemeriksaan PCR di Prodia Widyahusada (PRDA) Melonjak

Menurut Pandhu, prospek PRDA terbilang positif dibandingkan kompetitornya lantaran menguasai pangsa pasar 39,5%. "Jika lima perusahaan lab klinik terbesar di Indonesia digabungkan, total market share mereka masih 32,7% atau masih di bawah Prodia," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (16/2).

Selain itu, rata-rata pertumbuhan pendapatan PRDA dalam tiga tahun terakhir 8,2%, masih unggul dibanding industri yang mencatatkan rata-rata pertumbuhan 7,4%. Kemudian, Prodia juga mengembangkan aplikasi digital bernama Prodia Mobile untuk memperluas pelayanan dengan jumlah sudah mencapai lebih dari 500 ribu unduhan.

"Tingginya kasus Covid-19 akhir-akhir ini tentu dapat menjadi katalis pertumbuhan sepanjang tahun ini," lanjutnya.

Baca Juga: Prodia Widyahusada membukukan pendapatan Rp 1,99 triliun hingga kuartal III-2021

Namun, kinerja PRDA tetap dibayangi dari meredanya kasus Covid-19. Sebab dengan begitu akan ada sebagian pendapatan yang hilang mengingat kontribusi dari test Covid yang cukup signifikan yaitu mencapai 18% dari total pendapatan.

Investindo Nusantara Sekuritas memproyeksikan pendapatan PRDA di tahun ini sebesar Rp 2,7 triliun atau hanya tumbuh 10% dibandingkan estimasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 30%. Investindo tidak terlalu optimistis pada pertumbuhan tahun ini lantaran diproyeksikan peningkatan kasus Covid-19 tidak akan berlangsung lama sehingga tidak akan mendongkrak pertumbuhan pendapatan yang signifikan seperti tahun lalu.

"Net profit margin PRDA yang sejak tiga kuartal terakhir stabil di sekitar level 25% menjadi dasar kami untuk memperkirakan laba, sehingga kami perkiraan laba tahun ini dapat mencapai sekitar Rp 675 miliar," proyeksinya.

Baca Juga: Prodia Widyahusada (PRDA) baru gunakan capex sekitar 40% sampai kuartal III-2021

Secara teknikal, harga saham PRDA saat ini masih berada dalam tren turun jangka pendeknya, masih terus bergerak melemah sejak mencapai level tertinggi di Rp 10.000 akhir tahun lalu. Hal ini menandakan belum ada respons dari pasar meski terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19, bahkan dua pekan terakhir harga saham PRDA turun cukup tajam dari level Rp 9.000, sudah turun 13% dan mencapai area oversold jika dilihat dari indikator stochastic.

Pandhu menilai bahwa area Rp 7.500-Rp 7.750 mungkin bisa menjadi level yang menarik untuk buy on weakness. Namun jika koreksi berlanjut, berpotensi menguji level terendah November tahun lalu di Rp 5.975. 

Berdasarkan proyeksi laba 2022, saat ini PRDA diperdagangkan pada level forward PE sekitar 10,8x, dengan PBV sekitar 2,9x. Posisi saat ini di bawah rata-rata PE 3 tahun terakhir sekitar 16x sehingga relatif murah jika melihat posisi PRDA sebagai market leader dengan tingkat pertumbuhan yang lebih kuat dibanding industri. "Kami menargetkan PRDA dapat menguat kembali mencapai level Rp 9.300, mencerminkan PE 13x untuk 12 bulan ke depan berdasarkan asumsi peningkatan kasus Covid-19 ini tidak akan berlangsung lama sehingga pertumbuhan terbatas," jelasnya.

Baca Juga: Hingga kuartal III-2021, Prodia Widyahusada (PRDA) baru gunakan capex Rp 80 miliar

Equity Analyst MNC Sekuritas, Muhammad Rudy Setiawan memandang secara umum untuk lab klinik akan diuntungkan dari anggaran kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah mengalokasikan Rp 255,3 triliun anggaran kesehatan, setara dengan 9,4% dari total pengeluaran pemerintah sebesar Rp 2,708,7 triliun di 2022.

Kementerian Keuangan memperkirakan anggaran penanganan Covid-19 di bidang kesehatan mencapai Rp 115,9 triliun, lebih tinggi dari amanat undang-undang sebesar 5% dari APBN. Anggaran yang dialokasikan akan difokuskan untuk membiayai program vaksinasi, mengintensifkan tindakan 3T (testing, tracing, and treatment), penggantian biaya rumah sakit pasien Covid-19, pengadaan obat-obatan, dan pemberian insentif bagi tenaga medis.

"Pengeluaran pemerintah untuk anggaran kesehatan terus tumbuh sebesar 22,59%, CAGR 2017-2022, menunjukkan permintaan yang lebih tinggi untuk layanan dan produk kesehatan, yang akan menguntungkan farmasi, rumah sakit, laboratorium klinis, dan pelaku medis," paparnya.

Baca Juga: Imbas Omicron, Jumlah Pemeriksaan PCR di Prodia (PRDA) Tembus 1.200 Tes per Hari

Disisi lain, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya perawatan medis di daerah pedesaan, mendorong penyedia telemedicine yang menerapkan layanan jarak jauh untuk tugas-tugas klinis berisiko rendah dan bervolume tinggi seperti konsultasi dokter umum untuk penyakit ringan dan isi ulang resep. Pihaknya memperkirakan kemungkinan M&A antara pemain Rumah Sakit dan penyedia aplikasi kesehatan yang menawarkan berbagai layanan, rantai pasokan, dan ekosistem terintegrasi ke depan.

"Telemedicine juga akan menguntungkan laboratorium kesehatan yaitu PRDA," sebutnya. Oleh sebab itu, dia juga merekomendasikan buy saham PRDA dengan target harga Rp 10.000 per saham.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru