Rekomendasi

Saham RAJA terkoreksi 10% Usai Rekor Tertinggi, Investor Ritel Saatnya Beli / Jual?

Jumat, 24 Oktober 2025 | 07:51 WIB
Saham RAJA terkoreksi 10% Usai Rekor Tertinggi, Investor Ritel Saatnya Beli / Jual?

ILUSTRASI. Saham RAJA terkoreksi 10% Usai Rekor Tertinggi, Investor Ritel Saatnya Beli / Jual?


Reporter: Rilanda Virasma  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dalam tren melemah setelah melonjak hingga rekor tertinggi Oktober 2025. Saat harga turun, apakah investor saatnya beli atau jual saham RAJA?

Harga saham RAJA pada perdagangan Kamis 23 Oktober 2025 ditutup di level 4.360, turun 170 poin atau 3,75% dibandingkan sehari sebelumnya. Selama perdagangan lima hari terakhir, harga saham RAJA terakumulasi turun 500 poin atau 10,29%.

Penurunan harga saham milik Happy Hapsoro ini terjadi setelah melonjak ke level tertinggi Rp 5.675 pada 10 Oktober 2025. 

Baca Juga: Musim Dividen Interim 2025 Segera Tiba, Cermati Saham yang Bakal Beri Cuan

Di tengah tren penurunan harga, analis menyarankan investor siap-siap masuk ke saham RAJA. Analis menilai, RAJA memiliki prospek cerah pada periode mendatang.

Hal ini tak lepas dari strategi bisnis manajemen RAJA yang tengah menyiapkan sederet langkah ekspansi agresif di sektor energi dan infrastruktur. Langkah strategis ini dinilai analis akan menjadi katalis positif bagi kinerja jangka panjang perusahaan, terutama jika seluruh proyek berhasil dijalankan secara efisien dan risiko keuangan terkelola dengan baik.

Emiten yang terafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini tengah melakukan due diligence untuk mengakuisisi dua perusahaan pelayaran yang memiliki:

  • Dua unit kapal LNG Carrier (LNGC), dan
  • Satu unit kapal Very Large Gas Carrier (VLGC).

Langkah ini diharapkan memperkuat posisi RAJA dalam rantai pasok gas nasional, sekaligus meningkatkan kontribusi dari segmen pelayaran energi.

Selain itu, RAJA juga menyiapkan proyek terminal LNG di Banten, yang kini memasuki tahap finalisasi investasi, penyusunan skema komersial, serta proses perizinan.

“Perseroan bersama mitra tengah melakukan studi kelayakan untuk pembangunan terminal LNG di daerah Banten,” tulis manajemen RAJA dalam paparan publik, Selasa (21/10/2025).

Tak hanya fokus di gas, RAJA juga memperluas bisnis ke sektor energi baru terbarukan (EBT). Beberapa agenda yang sedang disiapkan antara lain:

  • Akuisisi pembangkit listrik tenaga air dan biomassa.
  • Pembangunan fasilitas sistem penyediaan air minum (SPAM) di wilayah Jabodetabek.

Ekspansi ini sejalan dengan arah transisi energi nasional, di mana RAJA berupaya memperkuat portofolio bisnis berkelanjutan.

RAJA juga tengah menyiapkan pembangunan pabrik LNG di Kalimantan, yang mencakup pengadaan lahan, perjanjian jual beli gas, serta pengajuan alokasi pasokan gas. Di waktu bersamaan, RAJA menargetkan fasilitas kompresor di Sengkang, Sulawesi Selatan mulai beroperasi komersial pada kuartal IV-2025.

Manajemen juga mengungkapkan rencana pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) di Kalimantan Timur yang akan dimulai pada kuartal I-2026.

Tonton: Target Kadin: Perdagangan Indonesia Brasil Tembus US$ 18 Miliar Tahun Depan

Ekspansi katalis positif

Menurut Sukarno, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, ekspansi besar-besaran RAJA akan memperkuat diversifikasi pendapatan dan sinergi antarsegmen bisnis. “Sentimen positif datang dari prospek jangka panjang LNG sebagai energi transisi dan potensi kenaikan valuasi sektor gas utilitas,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (23/10/2025).

Namun, ia mengingatkan bahwa agresivitas ekspansi bisa menekan arus kas dan margin laba jangka pendek, karena tingginya kebutuhan belanja modal (capex) dan potensi kenaikan utang korporasi.

Selain itu, risiko integrasi lintas bisnis, proses perizinan, serta fluktuasi tarif sewa kapal LNG/VLGC dan harga gas global juga perlu diantisipasi.

Sukarno memperkirakan pendapatan RAJA bisa tumbuh 10%–25% secara tahunan pada 2025, seiring mulai berkontribusinya unit perdagangan gas dan pelayaran.

Namun, margin laba kemungkinan akan stagnan karena efek ekspansi yang intensif. “Dampak positif baru akan terasa signifikan mulai tahun 2026 ketika proyek akuisisi dan energi terbarukan mulai beroperasi penuh,” jelasnya.

Untuk jangka menengah-panjang, RAJA tetap menarik sebagai emiten sektor infrastruktur gas dan energi bersih dengan potensi peningkatan valuasi jika seluruh proyek berjalan sesuai rencana.

Sukarno merekomendasikan beli saham RAJA dengan target harga Rp 5.000–Rp 6.000 per saham, namun menyarankan investor menunggu sinyal teknikal baru karena saat ini harga saham RAJA tengah menembus level support di 4.440.

 

Selanjutnya: Bayangan Perang di Taiwan: Beijing Siap Bergerak, Dunia Tahan Napas

Menarik Dibaca: Cara Mengatasi Postingan Instagram Teman Tidak Muncul di Beranda, Ini Langkahnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru