Saham-saham BUMN ini mencatat penurunan nilai transaksi, ini kata analis

Rabu, 18 Agustus 2021 | 06:40 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Saham-saham BUMN ini mencatat penurunan nilai transaksi, ini kata analis


EMITEN -  JAKARTA. Sebagian besar saham-saham BUMN masih mencatatkan penurunan nilai transaksi belakangan ini. Kontan.co.id mencoba membandingkan posisi nilai transaksi pada awal PPKM Darurat, yakni 5 Juli 2021 dengan posisi per Senin, 16 Agustus 2021.

Dari data yang diolah, nilai transaksi 12 saham anggota indeks BUMN20 masih terkoreksi. Sementara sisa delapan saham sudah menunjukkan kenaikan nilai transaksi.

Pada periode tersebut, penurunan nilai transaksi terdalam terjadi pada saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Nilai transaksi KAEF merosot 82%, dari Rp 36,09 miliar pada 5 Juli 2021 menjadi Rp 6,51 miliar pada 16 Agustus 2021.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) lolos prakualifikasi proyek jalan tol Cikunir-Ulujami elevated

Secara berurutan, saham-saham yang mencatatkan penurunan nilai transaksi terbesar ke terkecil adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Timah Tbk (TINS), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Sementara itu, saham yang mencatatkan kenaikan nilai transaksi tertinggi adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yakni sebesar 272%, dari Rp 11,69 miliar menjadi Rp 43,44 miliar. Disusul oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, nilai transaksi saham-saham BUMN banyak yang merosot karena secara teknikal memang sedang dalam tren penurunan. "Saham-saham ini juga minim sentimen positif sehingga membuat investor pemburu saham-saham tersebut cenderung wait and see belum sepenuhnya melirik," kata Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/8).

Baca Juga: Gugatan Serikat Pekerja ditolak Pengadilan, restrukturisasi Pertamina tetap dilanjut

Sebaliknya, saham-saham yang nilai transaksi naik didorong oleh investor yang mulai kembali mengoleksi saham-saham tersebut. Pasalnya, harga saham-saham ini sudah turun dalam dan dinilai sudah mendekati area support-nya.

Sebagai contoh adalah SMGR. Sebelum naik 272% sejak awal pemberlakuan PPKM Darurat hingga saat ini, nilai transaksi SMGR sempat turun 85% sejak akhir kuartal I-2021. Sebaliknya, KAEF yang nilai transaksinya turun 82% akhir-akhir ini, sebelumnya justru sudah melesat 191%.

Meskipun nilai transaksi saham BUMN banyak yang turun, Sukarno menilai prospek saham-saham ini masih menarik. Menurut dia, saat sentimen positif mulai bermunculan dan harga sudah mendekati support-nya, maka nilai transaksi berpeluang kembali ke normal. "Justru saat ini bisa menjadi kesempatan untuk mengoleksi di harga yang lebih rendah dari harga seharusnya," ucap Sukarno.

Menurut Sukarno, saham-saham konstruksi menarik untuk dicermati karena sudah turun dalam. Investor tinggal menunggu momentum teknikal untuk kembali mengoleksi saham-saham tersebut. Sementara saham-saham yang sudah bisa dilirik untuk trading buy ada PTBA, SMGR, JSMR, PGAS, BMRI, dan BBRI.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, saham-saham yang nilai transaksinya turun, terutama emiten konstruksi masih cenderung dalam fase downtrend. Meskipun begitu, penurunannya sudah relatif terbatas.

Baca Juga: Bank-bank jumbo gencar memacu pertumbuhan aset

"Masih ada potensi turun namun sudah tidak sedalam yang lalu dan berpeluang untuk menguat," kata Herditya.

Di sisi lain, dalam jangka pendek hingga menengah, emiten-emiten sektor tambang dan perbankan secara teknikal pergerakannya masih menarik. Herditya menyarankan investor untuk mencermati dan buy on weakness PTBA, ANTM, TINS, BBRI, BBNI, BMRI, dan BRIS.

Menurut Herditya, level support-resistance yang perlu diperhatikan untuk PTBA adalah Rp 2.180-Rp 2.390, ANTM Rp 2.240-Rp 2.430, TINS Rp 1.425-Rp 1.560, BBRI Rp 3.800-Rp 4.070, BBNI Rp 4.950-Rp 5.250, BMRI Rp 5.775-Rp 6.100, dan BRIS Rp 2.220-Rp 2.760.

Ia menambahkan, investor saat ini memang cenderung beralih ke saham-saham mid cap dan small cap karena memiliki pergerakan yang lebih cepat ketimbang saham-saham BUMN. Meskipun begitu, hal ini tidak membuat saham-saham BUMN tidak menarik ke depannya karena ada siklus untuk saham BUMN untuk naik kembali.

Selanjutnya: IHSG ditutup melemah 0,84%, begini proyeksi untuk Rabu (19/8)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru