REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Usai tertekan sepanjang 2022, saham teknologi mulai memperlihatkan tajinya kembali di awal 2023.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor teknologi mencetak pertumbuhan 12,92% sejak awal tahun (ytd), mengungguli kinerja IHSG yang hanya naik 0,89% ytd.
Padahal, belum lama ini JD.ID memutuskan untuk hengkang dari Indonesia. Namun, hal tersebut dinilai memberi kesempatan bagi e-commerce yang tercatat di BEI untuk memperkuat eksistensi.
Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mengatakan, dengan keluarnya JD.ID dari Indonesia yang tidak dapat bersaing dan beradaptasi dengan e-commerce lokal seperti Tokpedia, Bukalapak, dan Blibli sempat memberikan kekhawatiran terhadap startup yang telah melantai di bursa.
Baca Juga: Masa Suram Perusahaan Teknologi Global
"Namun hal ini memberikan kesempatan untuk startup lokal untuk dapat memperkuat eksistensi e-commerce didukung juga jika melihat propek ekonomi Indonesia yang masih optimistis di tahun 2023," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/2).
Selain itu, prospeknya juga didorong dengan inflasi yang sudah melambat serta isyarat dari Bank Indonesia (BI) untuk tidak kembali menaikan suku bunga.
Menurut Lukman, hal tersebut dapat mengurangi tekanan pada saham teknologi selain yang dapat menurunkan risk apetite terhadap emiten, khususnya e-commerce yang masih membukukan kerugian.
Kemudian, di tahun 2023 sentimen postif masih datang dari perekonomian Indonesia yang masih optimistis sehingga mendukung emiten teknologi memiliki ruang untuk tumbuh hingga membukukan laba. Apalagi yang sebelumnya telah melakukan efisiensi dengan mengurangi beban pegawai sehingga diproyeksikan akan untung lebih cepat.
"Isyarat dari BI yang tidak menaikkan suku bunga lagi juga dapat menurunkan cost of fund sehingga secara keseluruhan dapat memberikan keuntungan emiten yang masih dalam pertumbuhan atau growth stock," paparnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga berpandangan, prospek sektor teknologi juga diperkirakan akan positif di 2023.
Berdasarkan perhitungannya, jarak inflasi berada di bawah 1%-1,5% dengan tingkat suku bunga the fed berpotensi tercapai di Juli-Agustus 2023.
"Artinya, semester II bisa menjadi harapan bagi sektor teknologi setelah mengalami tekanan bertubi-tubi sepanjang 2022," katanya.
Namun, ia mengingatkan sektor teknologi juga masih memiliki sentimen negatif, yakni faktor geopolitik. Nico mengatakan, hal tersebut dapat menjadi booster bagi inflasi.
Baca Juga: Ada 38 Perusahaan dalam Pipeline IPO di BEI, Berikut Daftarnya
Di sisi lain, analis Henan Putihrai Jono Syafei justru menilai pertumbuhan emiten e-commerce pada tahun ini akan melambat. Salah satunya karena sebagian masyarakat akan kembali berbelanja offline ke pusat perbelanjaan karena sudah tidak adanya PPKM.
Sementara itu untuk industri sendiri secara global memang mengalami perlambatan juga, karena pemain e-commerce akan mulai mengurangi promo demi mengejar profitabilitas.
Sehingga, akan tergantung seberapa kuat modal kerja yang dimiliki mengingat sebagian besar perusahaan teknologi masih membukukan kerugian bersih.
"Hal-hal tersebut bisa mengurangi minat masyarakat berbelanja online tentunya," jelasnya.
Dari berbagai hal tersebut, Jono menyarankan untuk saat ini jika ingin membeli saham teknologi sebaiknya kembali melihat kinerja dan potensi menuju profitabilitasnya, serta ekosistem yang dimiliki.
Dari berbagai emiten, menurutnya saham BELI bisa diperhatikan karena ekosistem dengan RANC dan tiket.com, ditambah dengan track record Grup Djarum yang baik. Adapun target terdekat area resistance di Rp 488 dan support di Rp 456.
Kemudian Nico merekomendasikan BUKA, GOTO, dan BELI.
Sementara Lukman merekomendasikan GOTO dengan target harga Rp 140 dan EMTK dengan target harga Rp 1.825.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News