Wall Street: S&P 500 dan Dow Jones loyo, terseret data tenaga kerja

Kamis, 05 Agustus 2021 | 08:00 WIB Sumber: Reuters
Wall Street: S&P 500 dan Dow Jones loyo, terseret data tenaga kerja


WALL STREET -  NEW YORK. Wall Street kembali loyo dengan dua indeks utama ditutup melemah usai data terbaru mengisyaratkan perlambatan pertumbuhan pekerjaan pada bulan Juli.

Rabu (4/8), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,92% ke 34.792,67, indeks S&P 500 melemah 0,46% menjadi 4.402,66 dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,13% ke 14.780,53.

Sembilan dari 11 sektor pada indeks S&P lebih ditutup melemah dengan sektor industri dan energi tergelincir paling dalam. Ini terjadi usai data menunjukkan gaji swasta Amerika Serikat (AS) meningkat jauh lebih rendah dari yang diharapkan pada bulan Juli. Hal tersebut, kemungkinan dibatasi oleh kekurangan pekerja dan bahan baku.

Sementara itu, saham blue-chip pada indeks Dow, yang sangat bergantung terhadap saham-saham yang sensitif secara ekonomi, juga melemah.

Di sisi lain, indeks Nasdaq yang sarat teknologi berhasil melawan tren setelah laporan lain menunjukkan ukuran aktivitas industri jasa AS melonjak ke rekor tertinggi pada bulan lalu, menunjukkan rebound ekonomi yang lebih luas masih di jalurnya.

Baca Juga: Wall Street tertekan saat kenaikan pembayaran gaji swasta lebih rendah dari harapan

"Laporan ketenagakerjaan ADP pagi ini (adalah) kerugian besar dan membuat orang benar-benar terpaku pada data klaim awal besok dan kemudian laporan non-farm payrolls yang dirilis Jumat (6/8). "Bagi saya itu adalah pendorong besar (pasar saat ini)," kata Ross Mayfield, Investment Strategist Baird di Louisville, Kentucky. 

"Secara umum, evolusi lanjutan Covid-19, varian Delta selama beberapa minggu dan bulan terakhir semacam penilaian ulang terhadap prospek pertumbuhan, membuat pasar memahami apa artinya bagi perdagangan reflasi, dan apa artinya pasar obligasi," lanjut Mayfield.

Setelah kenaikan enam bulan berturut-turut, indeks utama S&P 500 kini telah berjuang untuk menguat karena kekhawatiran tentang pemulihan laju pertumbuhan dari resesi yang didorong oleh Covid-19, dan kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi membayangi musim kinerja pendapatan perusahaan yang luar biasa.

Turut menjadi sentimen, pernyataan Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral harus berada dalam posisi untuk mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2023.

Beban bagi Wall Street bertambah saat saham General Motors (GM) anjlok 8,9%, menggarisbawahi ketidakpastian yang dihadapi produsen kendaraan global ini pada saat gangguan teknologi dan ekonomi. Saham saingannya, Ford Motor Co, juga ambles 5,0%.

Namun, saham sektor teknologi dan sektor yang berdekatan dengan teknologi seperti Netflix Inc dan Facebook Inc, yang cenderung berkinerja lebih baik ketika suku bunga lebih rendah, mengungguli pasar yang lebih luas.

Baca Juga: New York mensyaratkan bukti vaksinasi Covid-19 bagi pengunjung restoran dan gym

Fokus sekarang beralih ke laporan pekerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja pada hari Jumat.

Dalam pergerakan terkait pendapatan, saham BorgWarner Inc jatuh bahkan ketika mengalahkan ekspektasi laba atas permintaan konsumen yang kuat untuk kendaraan baru, sementara Kraft Heinz Co jatuh setelah peringatan tekanan margin dari harga bahan yang lebih tinggi.

Saham Robinhood Markets Inc berhasil melonjak 50,4% karena minat dari fund manager Cathie Wood dan pedagang ritel mengatur saham untuk kenaikan sesi keempat setelah debut pasar yang mengecewakan minggu lalu.

 

Selanjutnya: Malaysia laporkan hampir 20.000 kasus baru COVID-19, rekor tertinggi anyar

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru