AKR Corporindo (AKRA) dan Dian Swastatika (DSSA) akan stock split, ini rekomendasinya

Selasa, 16 November 2021 | 19:54 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
AKR Corporindo (AKRA) dan Dian Swastatika (DSSA) akan stock split, ini rekomendasinya

ILUSTRASI. AKR Corporindo Foto:Dok.AKR Corporindo


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Dua emiten sektor energi akan memecahkan harga sahamnya atawa stock split. Pertama, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berencana melakukan stock split dengan perbandingan 1:5.

Dengan aksi korporasi tersebut, nilai nominal saham AKRA akan menjadi Rp 20 per saham dari nilai nominal saat ini sebesar Rp 100 per saham.

Lalu, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) akan melakukan stock split dengan rasio 1:10. Jumlah saham DSSA sebelum stock split sebanyak 770,55 juta.

Setelah stock split, jumlah saham akan naik menjadi 7,70 miliar saham. Nilai nominal saham juga akan terpecah, dari semula Rp 250 per saham menjadi Rp 25 per saham.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto melihat dampak stock split terhadap harga saham emiten umumnya akan berlanjut seperti sebelum stock split. Dengan kata lain, jika sahamnya uptrend sebelum pemecahan harga saham maka setelahnya akan berlanjut uptrend.

Baca Juga: AKR Corporindo berencana stock split, begini rekomendasi saham AKRA

"Dan, saat ini kedua emiten harganya sedang dalam fase uptrend," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/11). Karenanya, William merekomendasikan buy untuk kedua saham tersebut.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menjelaskan bahwa dari harga saham saat ini, AKRA berpeluang untuk menguat. "Dengan catatan tidak menembus level support-nya di Rp 4.150 maka berpeluang menguat ke Rp 4.470 - Rp 4.600," paparnya.

Sementara untuk DSSA, dia melihat saat ini harga DSSA rentan terkoreksi ke area Rp 48.800 hingga Rp 46.150.

Dengan demikian Herditya merekomendasikan, pelaku pasar dapat buy on weakness untuk AKRA dan sell on strength untuk saham DSSA.

Baca Juga: Dian Swastatika Sentosa (DSSA) berencana stock split dengan rasio 1:10

Walau begitu, stock split tidak menjamin akan terus meningkatkan harga saham suatu emiten. Contohnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), sejak 1 bulan terakhir harga sahamnya terkoreksi 0,66%.

Hanya saja, kedua analis menilai penurunan BBCA merupakan hal yang wajar. "BBCA turun itu hal yang wajar karena ada profit taking, tidak mengubah tren yang sedang naik," tutur William.

Herditya menambahkan, secara teknikal saham BBCA memang sedang berada pada akhir fase uptrend dalam jangka menengah. "Jadi cukup wajar bila BBCA terkoreksi dan saat ini pun BBCA selama tidak break Rp 7.250, maka cukup menarik untuk dicermati," imbuhnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru