REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Sarana Menara Infrastruktur Tbk (TOWR) tahun ini lebih memfokuskan ekspansi pada jaringan fiber optik. Analis melihat rencana tersebut sebagai hal positif di tengah tren operator telekomunikasi yang mengeksekusi fixed mobile convergence (FMC).
Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan, melihat arah dari mobile network operator (MNO), trennya ke arah FMC. Hal itu dilihat dari Telkom dan XL yang sudah mendengungkan strategi ini dari tahun lalu.
Oleh karena itu tower operator akan menyesuaikan strateginya dengan MNO agar selaras dan relevan. Sehingga TOWR pun mendorong ekspansi ke fiber optik dengan mayoritas belanja modal tahun ini diarahkan pada segmen tersebut.
"Dengan kombinasi antara fiber dan tower diharapkan saling menghasilkan sinergi dan pertumbuhan ke depan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Multifinance dari Analis Berikut Ini
Dengan begitu, Chandra menilai tahun ini kontribusi pendapatan dari segmen non-menara akan meningkat menjadi 27,3% dari total pendapatan. Tahun 2022, segmen tersebut berkontribusi sebesar 22% dari total pendapatan.
Adapun, di 2023 Yuanta Sekuritas memperkirakan total pendapatan TOWR mencapai Rp 12 triliun dengan EBITDA sebesar Rp 10,02 triliun. Sementara untuk laba bersih diperkirakan mencapai Rp 3,95 triliun.
Analis Sucor Sekuritas, Christofer Kojongian mengamini pertumbuhan segmen non-menara. Apalagi, TOWR sedang mengembangkan bisnis fiber to the home (FTTH) ke luar Jawa, memanfaatkan infrastruktur fiber sepanjang 180.000 km yang dimiliki perseroan.
Ia pun memperkirakan pendapatan TOWR dari segmen fiber akan tumbuh 30% sepanjang 2023. Sementara itu, pendapatan konektivitas tumbuh 20% di 2023 sehingga meningkatkan porsi pendapatan bisnis non-menara menjadi 26% di tahun ini.
Sementara dari pertumbuhan pendapatan dan penyewaan akan lebih rendah setelah merger ISAT-Hutchison.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan dari segmen menara tetap rendah pada negatif 0,5% pada 2023," katanya.
"Kami memproyeksikan pendapatan secara konservatif tumbuh 5,2% pada tahun 2023, didukung oleh pertumbuhan pendapatan dari segmen non-menara," lanjut dia.
Dari fundamental, Christofer menjabarkan bahwa rasio utang terhadap modal TOWR telah menurun menjadi 2,8 kali di kuartal I 2023 dari puncaknya sebesar 3,5 kali di tahun 2021 pasca akuisisi SUPR. Perusahaan berupaya untuk mempertahankan profil leverage bersih di bawah 3,0 kali.
Baca Juga: Saham Emiten Komoditas Energi Dinilai Siap Rebound, Cek Rekomendasi Sahamnya
Demikian pula, utang bersih terhadap EBITDA juga menurun menjadi 4,5 kali di kuartal I dari puncaknya pada level 5,3 kali di 2021. Ia juga mengingatkan, bahwa TOWR memiliki struktur pendanaan yang solid dengan biaya pendanaan yang rendah sebesar 6,3%.
Sucor Sekuritas memperkirakan TOWR memberikan ROE dan ROIC tertinggi di industri, mencapai 22,3 kali dan 5,9 kali di tahun 2023. Ia pun melihat perusahaan juga akan mendapatkan keuntungan dari konsolidasi industri telekomunikasi dan FMC yang sedang berkembang.
Oleh sebab itu, Chirstofer mengulangi rating buy untuk TOWR dengan target harga Rp 1.600. Sementara Chandra juga merekomendasikan buy TOWR dengan target harga Rp 1.210.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News