Awal Tahun 2022, Harga Saham BUMN Tren Turun, Mana yang Bagus Dibeli?

Rabu, 19 Januari 2022 | 08:15 WIB   Reporter: Ika Puspitasari, Adi Wikanto
Awal Tahun 2022, Harga Saham BUMN Tren Turun, Mana yang Bagus Dibeli?


REKOMENDASI SAHAM -  JAKARTA. Harga saham badan usaha milik negara (BUMN) pada awal tahun 2022 banyak yang turun. Di tengah penurunan harga, saham BUMN apa saja yang bagus untuk investasi tahun 2022 ini?

Penurunan harga saham BUMN terlihat dari kinerja indeks IDX BUMN20. Kinerja indeks IDX BUMN20 terpantau terkoreksi 1,17% secara year to date hingga 18 Januari 2022.

Kinerja indeks ini lebih rendah dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode yang sama. IHSG hingga Selasa (18/1/2022) menguat 0,49% secara ytd ke level 6,614.06.

Pada hari yang sama, beberapa saham dengan penurunan harga terdalam ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang turun 20,89% secara ytd. Harga saham PT Bank Syariah Indonesia TBk (BRIS) melemah 16,01% ytd.

Harga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) ambles 11,11%. Harga saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 10,24%. Harga saham PT Elnusa Tbk (ELSA) koreksi 7,97%.

Di lain sisi, beberapa saham masih mencatatkan kinerja positif seperti saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menguat 5,20% secara ytd. Lalu harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 4,81%. Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan kenaikan 4,06% secara ytd.

Baca Juga: Koreksi IHSG Dinilai Masih Normal

Head of Research NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan, masih ada cukup banyak faktor yang menghambat pergerakan harga saham-saham BUMN. "Secara umum, potensi gelombang ke-3 pandemi Covid-19 serta rencana kenaikan suku bunga acuan the Fed masih membayangi pasar modal Indonesia," ujar Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Selasa (18/1).

Dia menyebut, secara spesifik terdapat beberapa sentimen yang kurang baik dari beberapa sektor. Semisal dari sektor pertambangan metal, rencana penerapan pajak progresif komoditas menjadi katalis pemberat.

Kemudian untuk sektor konstruksi dan semen, pasar masih menunggu kelanjutan rencana beberapa proyek besar seperti ibukota negara dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Adapun pencapaian kontrak baru tahun 2022 yang diperkirakan belum akan naik signifikan dan masih belum terealisasinya rencana investasi INA/SWF ke sektor ini masih jadi sentimen negatif.

Baca Juga: Indeks BUMN20 Masih Terkoreksi di awal 2022, Simak Rekomendasi Analis

Secara umum, Angga menjelaskan bahwa saham-saham BUMN masih cenderung memiliki valuasi yang wajar dengan kondisi fundamental solid. Selain itu, emiten BUMN juga mayoritas rajin dalam membagikan dividen. Menurutnya hal ini sekaligus menjadi daya tarik bagi investor yang mengantisipasi musim dividen berikutnya.

Lebih lanjut, Anggaraksa melihat saham-saham sektor perbankan seperti BBNI dan BMRI masih sangat menarik untuk dikoleksi seiring dengan terus berjalannya pemulihan ekonomi dan permintaan kredit di 2022.

"Di sisi lain, masih tingginya harga komoditas juga membuat saham-saham seperti PTBA dan ANTM tetap menjadi pilihan menarik," imbuh dia.

Beberapa saham-saham BUMN yang masih direkomendasikan beli oleh Anggaraksa meliputi saham BBNI dengan target harga Rp 9.000 per saham. Saham BMRI dengan target harga di Rp 8.600 per saham.

Saham TLKM dengan target harga di Rp 4.940 per saham. Saham PTBA dengan target harga Rp 3.420 per saham. Saham ANTM dengan target harga Rp 2.860 per saham.

Pada perdagangan Selasa 18 Januari 2022, harga saham BBNI ditutup di level 7,075, melemah 125 poin atau 1,74% dibandingkan sehari sebelumnya. Bersamaan itu, harga saham BMRI ditutup di level 7,250, naik 50 poin atau 0,69%.

Sedangkan harga saham ANTM ditutup di level 1,780, turun 75 poin atau 4.04%. Kemudian harga saham TLKM ditutup di level 4,250, naik 70 poin atau 1.67%.

Untuk harga saham PTBA, ditutup di level 2,820, naik 10 poin atau 0,36%.

Itulah rekomendasi saham pilihan di kelompok BUMN untuk portofolio investasi tahun 2022. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru