REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Secara musiman, permintaan barang konsumsi biasanya meningkat menjelang akhir tahun. Tren ini tentu akan memberi angin bagi emiten sektor barang konsumsi. Apakah tren tersebut akan terjadi juga tahun ini?
Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan, potensi tersebut masih ada walaupun mungkin tidak akan sesignifikan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, dengan adanya pembatasan pada saat Natal dan tahun baru kali ini untuk membatasi penyebaran Covid-19, aktivitas belanja akan cenderung terbatas dan tidak maksimal.
"Perlu diingat juga, bahwa potensi kenaikan belanja ini lebih ke efek musiman saja. Jadi pada tahun depan, dengan pandemi yang masih berlanjut maka pemulihan belanja konsumen masih relatif berjalan lambat. Pun pertumbuhan kinerja di 2020 diprediksi masih akan lebih lambat dibanding 2019,” ujar Rendy kepada Kontan.co.id, Sabtu (28/11).
Rendy berujar, selama pandemi ini, aktivitas masyarakat masih berada di bawah level aktivitas normal dengan rata-rata di kisaran -10% sampai -15%. Hal ini turut berpengaruh terhadap penjualan produk-produk yang biasanya lebih banyak dibeli dari gerai-gerai ritel modern trade. Ini masih menjadi sentimen negatif yang menekan kinerja saham-saham sektor barang konsumsi.
Baca Juga: Intip saham-saham koleksi asing saat IHSG menguat pada perdagangan Jumat (27/11)
Sementara, analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika justru melihat menjelang Natal dan akhir tahun, tren positif sedang menaungi emiten barang konsumsi. Ia optimistis penjualan untuk barang konsumsi akan menigkat di kuartal IV 2020 dengan adanya momentum Natal dan Tahun Baru.
"Walaupun pemerintah membatasi perayaan ini, namun jika dilihat dari kuartal III-2020, sebenarnya daya beli masyarakat khususnya domestik sudah menujukkan tanda-tanda pemulihan. Tentu hal ini menjadi katalis positif bagi emiten barang-barang konsumsi," tutur Putu
Secara umum, Putu menilai, tahun ini bukanlah tahun yang baik bagi emiten barang konsumsi karena kehilangan momentum lebaran untuk menopang penjualan. Namun, ia memperkirakan tahun depan bisa jadi tahun yang lebih baik seiring peluang kembalinya penjualan saat Lebaran.
Putu melihat tren penguatan nilai tukar rupiah, inflasi yang cukup rendah serta pemerintah yang berencana untuk melanjutkan bansos tunai setidaknya selama 6 bulan (Januari hingga Juni 2021) bisa menjadi katalis positif bagi emiten barang konsumsi.
"Namun di sisi lain, tantangan yang dihadapkan oleh sektor barang konsumsi di tahun depan adalah beberapa daerah yang tidak menaikkan upah minimum. Belum lagi tren penguatan untuk beberapa harga komoditas yang berpotensi menekan margin emiten barang konsumsi," Putu menambahkan.
Setali tiga uang, Rendy juga yakin bahwa prospek emiten sektor barang konsumsi pada tahun depan masih akan menarik. Pertimbangannya adalah sektor ini mendapat dampak positif dari perbaikan daya beli masyarakat seiring meningkatnya kembali aktivitas perekonomian. Ia memperkirakan pertumbuhan kinerja akan berpotensi lebih tinggi dibanding tahun ini, walaupun belum akan kembali ke level 100% normal.
“Apalagi jika tahun depan stimulus dari pemerintah masih berlanjut. Mulai dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) hingga keputusan terkait subsidi gaji yang juga akan menjadi penentu daya beli masyarakat secara umum di tahun mendatang. Selain itu, jika vaksinasi berjalan lancar, tentu akan berpotensi mendongkrak kinerja emiten sektor ini,” tambah Rendy.
Diantara saham emiten barang konsumsi, Rendy sendiri menjagokan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebagai emiten pilihannya. Hal ini tidak terlepas dari ICBP yang punya kinerja solid didukung oleh segmen mie instan. Ditambah lagi, akuisisi Pinehill Company yang akan semakin mendongkrak kinerja ICBP ke depan.
Putu juga menjagokan ICBP dikarenakan faktor yang serupa, ditambah ICBP juga masih gencar melakukan inovasi produknya salah satunya dengan meluncurkan produk Pop Mie Pake Nasi (Panas).
Putu juga melihat PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebagai pilihan yang menarik seiring ditopang oleh kinerja yang positif dari segmen makanan & minuman.
Selain itu, beberapa destinasi ekspor MYOR seperti Filipina, Vietnam, Thailand juga menunjukkan adanya perbaikan bertahap dari sisi daya belinya setelah diterapkan pelonggaran lockdown.
Selanjutnya: Jelang Natal dan Tahun Baru, simak rekomendasi saham emiten barang konsumsi ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News