Begini cara Ancora Indonesia (OKAS) kejar pendapatan US$ 109 juta di tahun ini

Minggu, 21 Februari 2021 | 15:10 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Begini cara Ancora Indonesia (OKAS) kejar pendapatan US$ 109 juta di tahun ini

ILUSTRASI.


EMITEN -  JAKARTA. Tren harga batubara yang terus naik berlanjut hingga awal tahun 2021. Hal ini diprediksi bakal mengerek kinerja PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) yang menargetkan pendapatan US$ 109 juta di tahun ini.

Direktur Utama OKAS Rolaw P. Samosir menjelaskan, segmen bisnis bahan peledakan komersil berkontribusi paling besar terhadap pendapatan OKAS, yakni sekitar 90%. Sektor batubara menjadi pelanggan terbesar, dengan kontribusi sekitar 60%.

Pendapatan dari segmen bahan peledak komersil pun diproyeksikan  terdongkrak seiring dengan menghangatnya pasar batubara. Kondisi itu antara lain tercermin dari Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2021 yang sudah menyentuh US$ 87,79 per ton. 

"Dengan kenaikan harga batubara, (pendapatan) dari bahan peledak diproyeksikan meningkat 10%," kata dia kepada Kontan.co.id, Sabtu (21/2).

Sebagai informasi, lini industri bahan peledakan komersil OKAS dikelola oleh anak usahanya, yakni PT Multi Nitrotama Kimia (MNK). Dengan produk amonium nitrat, emulsi dan blasting, serta aksesoris.

Baca Juga: Kinerja loyo, pendapatan Ancora Indonesia (OKAS) susut 30% hingga kuartal III-2020

Hingga Kuartal III-2020, penjualan OKAS tercatat turun 30% yang disebabkan oleh merosotnya penjualan amonium nitrat dan bahan peledak MNK. Ditambah dengan penurunan jasa peledakan dan perawatan sumur minyak (workoever of oil well) yang terdampak oleh pandemi Covid-19.

Rolaw menggambarkan, kinerja penjualan OKAS hingga akhir 2020 diperkirakan berada di angka US$ 108 juta. Dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih membayangi, tahun ini OKAS pun membidik target pendapatan yang konservatif, yakni sebesar US$ 109 juta.

Dari sisi EBITDA, pada tahun 2021 OKAS menargetkan US$ 12 - US$ 13 juta. Tak jauh beda dari proyeksi EBITDA sampai akhir 2020 yang sekitar US$ 11 juta - US$12 juta.

Meski target pendapatan masih relatif sama dari tahun lalu, namun OKAS akan memacu ekspansi bisnis di tahun ini melalui tiga anak usahanya. Pertama, PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) diharapkan akan ekspansi pada proyek blasting dan emulsi dengan memperoleh kontrak baru.

Selain itu, MNK juga berencana mendirikan pabrik booster dan pabrik cartrigde. Pembangunan pabrik booster rencananya akan dimulai pada Kuartal IV-2021 dan diperkirakan beroperasi pada 2022. Sedangkan pabrik cartridge rencananya akan dimulai pada tahun 2022.

Kedua, dari PT Bormindo Nusantara (BN) yang akan melakukan diversifikasi usaha dan pelanggan, dari jasa pengeboran minyak dan gas (migas) ke industri pertambangan mineral dan batubara (minerba).

Kata Rolaw, BN sudah memperoleh izin usaha pekerjaan drilling untuk dinsutri minerba, yang mana target pekerjaan pertama akan dilakukan pada proyek PT Indotan Lombok Barat Bangkit (ILBB) yang juga merupakan anak usaha OKAS.

"Diharapkan akan memperoleh beberapa kontrak drilling baru di tahun 2021 baik untuk sektor minyak maupun mineral," tegas dia. 

Baca Juga: Terhambat pandemi Covid-19, OKAS masih cari mitra untuk proyek tambang emas di Lombok

Ketiga, pengembangan tambang emas PT Indotan Lombok Barat Bangkit (ILBB). Setelah eksplorasi di area Raja, pengembangan selanjutnya akan menyasar area Mencanggah dan Pelangan.

Seperti diketahui, tambang emas ILBB memiliki tiga prospek, yakni Pelangan, Mencanggah dan Selodong. Pada tahap awal di Prespek Pelangan, ILBB fokus terlebih dulu menggarap area Raja.

Jadwal operasi dan produksi ditargetkan pada tahun 2023, setelah pembangunan infrastruktur dan pabrik rampung pada tahun 2022. 

"Setelah area Raja berproduksi, kami akan melakukan eksplorasi lagi di area lainnya di Pelangan dan kemudian di Mencanggah," ungkap Rolaw.

Adapun pada tahun ini, OKAS menganggarkan belanja modal alias capital expediture (capex) sekitar US$ 8 juta - US$ 10 juta. Capex tersebut terutama akan dialokasikan untuk kegiatan blasting, peralatan pabrik amonium nitrat, dan rencana pembangunan pabrik booster MNK.

"Juga untuk pembelian rigs di Bormindo dan kegiatan eksplorasi di ILBB," pungkas Rolaw.

 

Selanjutnya: Kinerja memuaskan, laba Itama Ranoraya (IRRA) melesat 82,27% di tahun 2020

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
Terbaru