EMITEN - JAKARTA. Melonjaknya kasus Covid-19 masih menghantui pasar saham tanah air. Meski demikian, pencarian dana di pasar saham lewat skema rights issue dan private placement masih tetap semarak.
Sejumlah emiten berencana untuk melakukan aksi korporasi ini. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) misalnya, berencana untuk menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 7,17 miliar. Emiten petrokimia ini akan menggunakan dana hasil rights issue untuk belanja modal guna menambah kapasitas produksi perseroan atau anak usaha di masa yang akan datang.
Ada pula PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 28,67 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Jumlah ini setara sebanyak-banyaknya 23,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan perseroan dengan Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM.
Selain rights issue, penambahan modal melalui private placement juga cukup ramai. PT Atlas Resources Indonesia Tbk (ARII) misalnya, berencana untuk melakukan penambahan modal melalui private placement. Emiten tambang batubara ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 300 juta saham atau 9,58% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Baca Juga: Catat! Ini jadwal rights issue Energi Mega Persada (ENRG)
ARII akan menggunakan dana hasil private placement untuk pengembangan kapasitas infrastruktur hub Musi Rawas Utara (Mutara), meliputi jalan angkut dan pelabuhan batubara guna meningkatkan kapasitas produksi dan logistik.
Adapula PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 752,91 juta saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 10% saham baru dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh melalui private placement.
Adapun dana yang dihimpun nantinya akan digunakan oleh pengelola supermarket Hypermart ini untuk memperkuat struktur neraca dan modal kerja dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi bisnis ritel offline dan online.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, dalam kondisi pandemi seperti ini, penambahan modal dengan skema rights issue akan lebih membantu emiten. Hal ini karena rights issue akan mengurangi beban bunga ketimbang melakukan ekspansi dengan cara menambah utang.
Rights issue juga akan meningkatkan likuiditas saham dengan bertambahnya jumlah saham beredar. William menilai, memang saat ini investasi di instrumen saham rasanya kurang bagus. Misalnya jika melihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus mengalami konsolidasi.
“Tetapi ini hanya masalah waktu. Setelah pandemi berakhir akan terlihat perbaikan kinerja emiten tersebut,” terang William kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
William mengatakan, pelaku pasar perlu memperhatikan juga tujuan di balik gelaran rights issue ini. Sepengamatan dia, rights issue yang digelar dengan tujuan untuk ekspansi dan inovasi akan lebih diminati pasar.
Baca Juga: Gelar rights issue, Bank BRI (BBRI) diperkirakan raup dana Rp 96,5 triliun
Senada, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih menilai, rights issue memang salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan emiten. Dari segi biaya, menggelar rights issue mungkin lebih menarik daripada menerbitkan obligasi.
Dalam kondisi normal, lanjut Alfatih, minat investor memang dipengaruhi oleh peruntukan dana hasil rights issue tersebut.
Tetapi untuk saat ini, di saat kondisi keuangan secara umum sedang sulit, terutama di investor institusi, maka rights issue yang besar-besaran diibaratkan akan seperti rebutan dana yang sudah terbatas ini.
“Sehingga jika ada penawaran rights issue yang menarik, bisa menjadi penekan bursa saham karena dana berpindah. Apalagi akan ada rencana initial public offering (IPO) beberapa perusahaan besar,” terang Alfatih.
Alfatih menyebut, gelaran rights issue tentu bertujuan baik. Namun, rights issue yang dilakukan untuk menutupi kerugian tentu berbeda dengan rights issue yang dilakukan untuk memperbesar keuntungan.
Baca Juga: Mendapat pernyataan efektif rights issue, ENRG akan perbesar kepemilikan Blok Kangean
“Tentu lebih baik yang tujuannya untuk memperbesar keuntungan, misal ekspansi bisnis,” kata dia.
Pandemi memang masih terus bergulir. Bahkan, akhir-akhir ini kasus corona sedang melonjak tajam. Namun, William menilai, pelaku pasar sudah memasang sikap priced in terhadap sentimen ini.
“Kita bisa melihat pergerakan pasar sebelum adanya sentimen tersebut,” ujar dia.
Secar teknikal, dia memproyeksikan IHSG akan menguat menuju level 6.245 – 6.300 hingga akhir tahun.
Sementara Alfatih menyebut, IHSG saat ini sedang dalam konsolidasi di kisaran 5.700-6.130. Level 5.700 adalah support kuat sebagai worst case scenario, skenario moderate ada di 6.700, sedangkan skenario optimistis di level 7.200.
Selanjutnya: BNI dan BTN Juga Bakal Gelar Rights Issue
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News