EMITEN - JAKARTA. PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) berusaha mempertahankan kinerja bisnisnya di tengah tantangan industri media di era digital.
Kinerja VIVA memang menurun dalam beberapa waktu terakhir. Pada 2022, pendapatan VIVA turun 6,27% year on year (YoY) menjadi Rp 1,70 triliun. VIVA juga mengalami pembengkakan rugi bersih sebesar 93,37% YoY menjadi Rp 1,72 triliun.
Berlanjut pada kuartal I-2023, VIVA kembali mengalami penurunan pendapatan 30,1% YoY menjadi Rp 322,8 miliar. VIVA juga masih menderita rugi bersih per kuartal I-2023 sebesar Rp 77,5 miliar walau berkurang 64% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Arief Yahya, Managing Director Visi Media Asia mengatakan, industri media memang sedang mengalami penurunan. Secara nasional, kinerja industri media nasional turun 9,9% pada 2022. VIVA pun dianggap beruntung karena penurunan pendapatan yang dialami tahun lalu lebih rendah dibandingkan kinerja industri media secara umum.
Baca Juga: Begini Strategi VIVA di Tengah Persaingan Industri Media yang Ketat
Salah satu penyebab penurunan pendapatan tersebut adalah berkurangnya permintaan iklan dari merek-merek dagang. Para pengiklan tampaknya masih cenderung wait and see dan merek-merek besar biasanya lebih memilih untuk beriklan di platform digital. Namun, pihak VIVA berharap pasar iklan di Indonesia bakal kembali normal pada semester kedua 2023.
“Ke depannya kami harap kinerja VIVA Group tetap lebih baik dari industri,” ujar dia dalam paparan publik, Kamis (20/7).
Optimisme Arief muncul lantaran aset stasiun televisi VIVA memiliki branding yang kuat di masyarakat. ANTV diklaim sebagai kanal tv hiburan paling banyak ditonton di luar Jabodetabek. Selain itu, tvOne juga diklaim masih menjadi kanal siaran berita paling diminati pemirsa Tanah Air.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh VIVA di bisnis penyiaran free to air (FTA) adalah disrupsi digital seiring peralihan analog switch off (ASO) dan menjamurnya layanan over-the-top (OTT).
Maka dari itu, VIVA berusaha memutakhirkan infrastruktur penyiaran digital dan memperkuat daya pancar siaran. VIVA juga aktif melakukan sosialisasi migrasi siaran tv digital kepada masyarakat.
Perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie ini juga berupaya konsistent menyajikan konten yang lebih berkualitas dan beragam dengan fokus pada konsumen, serta terus berinvestasi dari segi konten maupun platform digital.
Terkait inovasi konten, VIVA telah menghadirkan konten berita tvOne dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau aritificial intelligent (AI) mulai 21 April 2023. Dalam hal ini, terdapat beberapa presenter tvOne yang tampil dengan balutan avatar atau human digital untuk membawakan informasi kepada penonton.
Dengan adanya AI, tim tvOne bisa melakukan kloning suara agar presenter berbicara ke 8 bahasa di dunia sekaligus mengganti wardrobe presenter hanya dengan teks. Sejauh ini, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang mengadopsi teknologi AI untuk konten berita.
“Berkat inovasi AI ini, tvOne kini dapat menyasar audience di dunia internasional, tidak hanya terbatas pada masyarakat Indonesia saja,” ungkap CEO tvOne Taufan Eko Nugroho dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Arief juga menyadari persaingan platform layanan OTT sangat ketat di Indonesia. Beberapa perusahaan media ada yang menggunakan platform pihak ketiga untuk meramaikan persaingan di segmen layanan OTT.
Namun, jika hanya mengandalkan platform pihak ketiga, perusahaan media tidak bisa mengendalikan iklan-iklan yang masuk. “Kami lagi mencoba membangun first party platform untuk meningkatkan direct sales,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News