Berikut Sentimen yang Pengaruhi Pergerakan IHSG pada Pekan Depan

Minggu, 09 Januari 2022 | 19:32 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Berikut Sentimen yang Pengaruhi Pergerakan IHSG pada Pekan Depan

ILUSTRASI. Refleksi layar menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (7/1/2022).


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 47,96 poin atau 0,72% ke level 6.701,31 pada akhir perdagangan Jumat (7/1). Dalam sepekan, IHSG berhasil menguat 1,82%.

Direktur PT Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan ada sejumlah sentimen yang akan menyetir pergerakan IHSG pada pekan depan.

Salah satunya risalah yang dirilis dari pertemuan kebijakan Fed 14-15 Desember menunjukkan pejabat di bank sentral AS memandang pasar tenaga kerja sebagai "sangat ketat," dan inflasi yang tak henti-hentinya dapat mendorong Fed menaikkan suku lebih cepat dari yang diharapkan.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham JPFA, WIKA, TOWR untuk Senin (10/1)

Pelaku pasar semakin memperhitungkan Federal Reserve yang agresif. The Fed mencoba mengendalikan kenaikan inflasi berakibat naiknya imbal hasil. Pedagang mengantisipasi peluang lebih besar dari 80% untuk kenaikan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Maret.

"Konsensus menyatakan bahwa The Fed berpeluang meningkat suku bunga acuan sebanyak 3x di tahun atau 75 basis point setelah selesainya proses Tapering off pada Maret," ujarnya dalam riset, Minggu (9/1).

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa para pejabat The Fed sepakat untuk meningkatkan suku bunga acuan (fed funds) lebih cepat dari perkiraan dan bisa terjadi bulan Maret 2022. Bahkan sejumlah petinggi bank sentral AS The Fed yang paling dovish pun merasa perlu untuk memperketat kebijakan tahun ini.

Selain itu, penggerak penting pasar pada pekan ini adalah kenaikan yield US Treasury menyusul rilis risalah meeting the Fed bulan Desember. Yield US Treasury tenor 10 tahun tutup di posisi 1,7211 persen setelah mencapai level 1,7530.

Ia bilang, posisi 1,7530 adalah tertinggi sejak April 2021. Sedangkan yield tenor 2 tahun yang terkait erat dengan ekspektasi inflasi berada di level 0,8656% tak jauh dari posisi tertinggi di level 0,886%. Sektor perbankan menguat seiring penguatan imbal hasil US Treasury AS.

Indeks USD terlihat menguat akibat kenaikan yield ini. Yield US Treasury tenor 10-tahun melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir pada hari Jumat di tengah prospek kenaikan suku bunga Fed.

Dari dalam negeri, lebijakan pelarangan ekspor batubara pada bulan Januari punya beberapa dampak. Kebijakan ini bisa menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia sehingga menjadi sentimen negatif dan memberikan tekanan ke rupiah.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM resmi melarang ekspor batu bara selama satu bulan, 1 Januari sampai 31 Januari 2022. Larangan ini disampaikan dalam surat dari Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Ridwan Djamaluddin tertanggal 31 Desember 2021. Ketika baru di umumkan kebijakan ini memberikan tekanan kepada saham-saham batubara di bursa.

Baca Juga: Simak Prediksi IHSG, Senin (10/1) dan Sentimen Penggeraknya

"Tetapi saat ini investor saham tidak lagi mencemaskan masalah pelarangan kebijakan ekspor batubara. Larangan ekspor tersebut telah mendorong kenaikan harga coal. Perusahaan yang sudah memenuhi DMO sepertinya tidak terkena larangan tersebut," papar Hans.

Hans menambahkan, kecenderungan naiknya Yield US Treasury dan indeks USD setelah the Fed berpotensi menaikkan suku bunga lebih cepat dan rencana pengurangan balance sheet the Fed menjadi sentimen utama pasar.

IHSG cenderung koreksi dan ada potensi rotasi sektoral. Ia memproyeksi IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6.647 sampai 6.593 dan resistance di level 6.712 sampai 6.754 pada sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru