Berniat Menambang Token Kripto Sendiri? Pahami Risikonya

Kamis, 17 Februari 2022 | 17:00 WIB   Reporter: Danielisa Putriadita
Berniat Menambang Token Kripto Sendiri? Pahami Risikonya


MATA UANG KRIPTO - JAKARTA. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mendapat keuntungan dari pasar aset kripto. Selain bertransaksi aset kripto di perusahaan exchange, investor juga dapat menambang (mining) sendiri aset kripto dan berpotensi mendapat keuntungan.

Industri kripto dalam negeri kini berkembang pesat. Seiring perkembangan ini pemain kripto tidak lagi sekedar jual beli token kripto. Kini, banyak juga pemain kripto yang menambang sendiri token kripto.

Ini antara lain terlihat dari tingginya permintaan alat penambang koin kripto. Zain juru bicara Midas Mining, penyedia alat mining kripto mengatakan, permintaan rig mining yang menggunakan graphic processing unit (GPU) kembali meningkat. 

"Tahun lalu untuk jual rig mining cukup susah, kalau sekarang karena harga aset kripto mulai stabil jadi kami mulai meningkatkan penjualan rig mining lagi," kata Zain, Rabu (16/2).

Baca Juga: Binary Option Banyak Makan Korban, OJK Peringatkan Influencer

Perusahaan penyedia alat mining kripto Minestack juga gencar menawarkan alat mining kripto bermerek Helios. Yang menarik, Minestack tidak hanya menjual putus alat mining ke konsumen. Lantaran harga satu unit alat mining cukup mahal, bisa mencapai sekitar Rp 90 juta per unit.

Karena itu, Minestack juga membuka peluang menyewa alat mining kripto.

Leonardo Theonaldi Chief Executive Officer (CEO) Minestack mengatakan, jika pelanggan membeli mesin mining maka mereka akan dikirimkan alatnya yang sudah dirakit sehingga mesin bisa langsung disambungkan ke listrik dan internet.

"Customer sudah bisa otomatis menghasilkan keuntungan dari mining kripto," kata Leonardo, Jumat (11/2).

Sementara, jika pelanggan memilih untuk sewa alat mining maka mereka memiliki hak untuk mendapat hasil mining yang sesuai dengan jumlah hash rate (tingkat kecepatan jaringan atau kekuatan komputasi untuk menambang) yang disewakan selama masa sewa.

"Kelebihan sewa, customer tidak harus siapkan modal untuk beli alat dan tidak perlu mengatur maupun melakukan perawatan mesin Minestack," kata Leonardo.

Setiap penyewa dilindungi dengan kontrak dan selain dari itu customer juga memegang kunci wallet crypto masing-masing.

Artinya uang hasil dari sewa MineStack langsung dikelola oleh penyewa masing-masing, bukan dari MineStack atau pihak ketiga lainnya. Setiap transaksi di blockchain dapat diverifikasi dan ditelusuri secara terbuka dan transparan.

Baca Juga: Persaingan AS dan China Merambah ke Industri Metaverse

Sebagian pemain kripto memang lebih teratrik menambang kripto sendiri. Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir mengatakan, alternatif investasi dari alat mining menjawab kebutuhan investor di pasar kripto yang menginginkan bentuk fisik dari investasi mereka.

"Banyak investor yang tertarik menambang kripto karena bentuk fisik alat mining terlihat, bandingkan kalau beli koin, banyak investor yang merasa tidak ada bentuk fisiknya," kata Christopher.

Meski begitu, menambang sendiri toke kripto juga tidak bebas dari risiko. Menurut Christopher, tinggi atau rendahnya imbal hasil yang didapat dari alat mining bergantung pada potensi jumlah koin yang bisa didapatkan. Christopher mengatakan jumlah koin yang didapat bukan angka pasti.

Penurunan imbal hasil berpotensi terjadi bila terjadi penurunan hasil tambang yang disebabkan penyesuaian dari tingkat kerumitan alogritma yang diakibatkan semakin banyaknya penambang. Saar harga turun maka secara IDR juga akan turun.

Persaingan yang ketat antar penambang kripto juga bisa menjadi risiko. Robby salah satu pelaku mining kripto mengatakan semakin banyak munculnya penambang maka semakin besar tingkat kesulitan untuk mendapatkan hasil. Namun, dengan sulitnya hasil yang didapatkan maka akan membuat harga semakin tinggi.

Sementara, saat harga turun, banyak penambang yang menghentikan penambangan. Di sisi lain para penambang yang terus bertahan akan lebih mudah mendapatkan hasil dan otomatis akan dapat menutup biaya produksi.

Baca Juga: Kripto Lokal Menjamur, Harga Rawan Tersungkur

Roby menambahkan menyewa alat mining juga memiliki risiko, jika pengelola tidak bisa menutupi biaya operasional. "Risiko pengelola mengakhiri kontrak dan biaya tetap menjadi beban penyewa pernah terjadi di luar negeri pada Genesis Mining yang mengakhiri kontrak pada Agustus 2018," kata Roby.

Leonardo juga mengatakan hasil mining berpotensi berubah karena beberapa faktor, seperti tingkat kesulitan menambang, perubahan aturan protokol, perubahan harga pasar kripto, perubahan harga listrik, dan perubahan hukum dan undang-undang.

Christopher menyarankan sebelum membeli mesin mining, investor baiknya memahami betul cara kerja mining, perhitungan cuan dan ruginya, serta cara meningkatkan imbal hasil dan turunkan biaya operasional. "Jangan asal terjun karena ada yang tunggangi," kata Christopher.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru