EMITEN - JAKARTA. Setelah pontang-panting akibat pandemi, industri batubara tanah air kini mendapat angin segar. Kabar positif datang dari China, dimana Negeri Tirai Bambu tersebut bakal membeli batubara termal senilai US$ 1,467 miliar dari Indonesia tahun depan.
Mengutip pemberitaan Reuters, Rabu (25/11), kesepakatan perdagangan telah ditandatangani antara Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) dan China Coal Transportation and Distribution pada hari Rabu (25/11). APBI menyebut, diharapkan ada peningkatan ekspor batubara ke China sebesar 200 juta ton di tahun mendatang. Jumlah ini akan ditinjau ulang setiap tahunnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, rencana pembelian ini akan berimbas positif bagi emiten tambang batubara dalam negeri. Yang pasti, dengan meningkatnya permintaan maka akan meningkatkan volume penjualan dan secara total pendapatan akan meningkat pula.
Baca Juga: China borong batubara dari Indonesia, saham emiten batubara makin membara
“Secara kinerjanya akan jauh lebih baik dari tahun ini karena sempat terhenti akibat Covid-19. Kinerja mayoritas emiten batubara akan lebih baik di tahun depan,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (26/11).
Senada, Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menyebut, kabar rencana pembelian batubara Indonesia oleh China memang menjadi angin segar bagi emiten di sektor ini. Meski target ekspor tahun pertama dikabarkan akan sejumlah 200 juta ton, perlu dicermati bahwa target ini akan ditinjau ulang setiap tahunnya.
“Dalam catatan kami emiten yang memiliki porsi penjualan ke China diantaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM),” terang dia kepada Kontan.co.id, Kamis (26/11).
Menanggapi hal ini, Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan ADRO akan berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
“Kami juga akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan,” terang Febriati kepada Kontan.co.id, Kamis (26/11).
Baca Juga: China menyerok batubara dari Indonesia, Bumi Resources: Jadi angin segar bagi kami
Adapun penjualan batubara ADRO pada Sembilan bulan pertama 2020 sebesar 40,76 juta ton, dengan 49% penjualan ke pasar Asia Tenggara, dimana Indonesia dan Malaysia mengambil porsi terbesar.
Asal tahu, melansir data Refinitiv, impor batubara yang dilakukan China dari Indonesia menurun 24,5% dalam 10 bulan pertama tahun 2020 menjadi 86,88 juta ton, dibandingkan dengan 115,03 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya: China bakal impor batubara dari Indonesia senilai US$ 1,46 miliar di tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News