REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Harga batubara yang tak lagi membara menekan bisnis emiten tambang batubara tahun ini. Terutama, kinerja emiten batubara yang berorientasi ekspor.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, harga batubara saat ini sekitar US$ 128 per ton, sudah anjlok dalam. Harga batubara turun mendekati level terendah dalam dua tahun terakhir.
Harga batubara terkoreksi karena berkurangnya secara drastis permintaan besar terhadap emas hitam, saat masa euforia harga komoditas di tahun lalu. Seperti diketahui, harga komoditas termasuk batubara naik tinggi di tahun lalu menyusul perang Ukraina dan Rusia yang menyebabkan krisis energi.
“Jadi saat ini harga batubara masuk ke era normal lagi,” kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (16/6).
Baca Juga: Menanti Hasil RDG BI Soal Bunga, Begini Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Pekan Depan
Selain itu, Praska melanjutkan, harga batubara anjlok karena rendahnya permintaan yang tidak bisa mengimbangi kenaikan produksi. Adanya kenaikan produksi di China membuat ketersediaan batubara melimpah di saat perlambatan ekonomi China tersebut.
Ditambah lagi, data produksi batubara India cenderung naik yang menandakan peningkatan suplai tidak hanya terjadi di China.
Mengutip Tradingeconomics, selama empat bulan pertama tahun 2023, China mengalami peningkatan moderat hanya sebesar 4,8% dalam produksi batubara mentah, namun impor melonjak sebesar 88,8%. Sementara India mencatatkan impor batubara naik 22% dan produksi batubara naik 14,8% pada kuartal I-2023.
“Harga batubara sudah berbalik normal dari permintaan ekstrem di tahun lalu. Apalagi saat ini sudah memasuki musim panas,” ujar Praska.
Kendati demikian, Praska berpandangan, investor sudah memprediksi akan terjadi penurunan harga batubara di tahun ini yang akan berdampak bagi kinerja emiten. Sejauh ini, pelaku pasar masih menilai wajar dan terus memantau apakah kejatuhan emiten batubara bakal lebih dalam dari ekspektasi.
Dia memperkiraan, harga batubara di akhir tahun akan berada di kisaran US$ 110 per ton – US$ 150 per ton. Data Tradingeconomics menunjukkan level harga batubara saat ini di kisaran Rp 128 per ton.
Dalam riset 10 April 2023 lalu, Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan menyebutkan, di tengah kuatnya pasokan global terutama di China dan India, permintaan batubara diperkirakan relatif lebih lambat tahun ini. Sentimen tersebut bakal semakin menghambat harga batubara, terutama untuk jenis batubara dengan nilai kalori yang tinggi.
Perlu diwaspadai juga dalam jangka panjang yakni target India untuk menghentikan impor batubara pada tahun 2025-2026. Langkah tersebut akan mempengaruhi harga batubara dunia relatif lebih cepat dari yang diperkirakan, yang pada akhirnya mempengaruhi emiten batubara di Indonesia.
Menurut Praska, investor masih dapat mencermati saham emiten batubara yang berorientasi menggarap pasar domestik dan memiliki kadar kalori tinggi. Sebab, penjualan dalam negeri masih relatif stabil dibandingkan permintaan batubara dari luar negeri yang berkurang akibat perlambatan ekonomi global.
Emiten yang memiliki cadangan batubara terbesar saja dirasa tidak cukup. Yang terpenting adalah permintaan stabil.
Karena itu, Praska menyarankan saham PTBA dengan rekomendasi buy on weakness pada target harga di Rp 4.100 per saham. Sementara, ADRO rekomendasi buy pada target harga di kisaran Rp 2.420- Rp 2.560 per saham.
Investor juga dapat buy saham ITMG dengan target harga di kisaran Rp 26.200 – Rp 29.500 per saham. Serta, rekomendasi buy saham HRUM untuk trading jangka pendek pada target harga kisaran Rp 1.800 per saham.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana masih melihat terdapat saham-saham emiten tambang batubara yang menarik dikoleksi. MNC Sekuritas mencermati saham batubara yang layak dipantau seperti ITMG, DOID, dan INDY.
Berikut analisis saham emiten tambang batubara beserta rekomendasi sahamnya dari beberapa analis. Simak ulasannya.
1. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
ADRO mencetak kinerja positif selama tiga bulan pertama 2023. Laba bersih tumbuh 14% YoY, terutama didorong oleh meningkatnya volume penjualan sebesar 29% Yoy pada kuartal I-2023. Meskipun harga batubara global turun 5% YoY, ADRO berhasil merealisasikan peningkatan ASP sebesar 14% YoY pada kuartal I-2023.
Meskipun hasil triwulan I-2023 positif, laba bersih ADRO untuk tahun 2023 dan 2024 direvisi turun, masing- masing menjadi US$ 1,44 miliar dan US$ 1,30 miliar. Hal itu karena harga batu bara yang terus melandai, biaya pemrosesan pengankutan batu bawa yang lebih tinggi, serta adanya peningkatan royalti kepada pemerintah selama 2023 dan 2024.
Terlepas dari perubahan laba bersih, Sinarmas Sekurtias masih mempertahankan perkiraan volume produksi dan penjualan ADRO berdasarkan kinerja solid yang diamati pada kuartal pertama 2023. Sebagai catatan positif, program pembelian kembali (buy back) saham selama 18 bulan yang sedang berlangsung dapat memberikan dukungan untuk harga saham.
Rekomendasi : Netral
Target Harga : Rp 2.200 per saham
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo dalam riset 30 Mei 2023
2. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Pendapatan Bukit Asam yang lemah di kuartal I-2023 diperkirakan akan berlanjut di kuartal mendatang karena biaya penambangan tinggi yang terus-menerus dan harga batubara yang cenderung turun. Selain itu, produksi batubara PTBA tahun ini direvisi sedikit turun karena adanya keterlambatan pengiriman akibat amblesnya rel kereta di di KM 206 antara lintas Stasiun Gilas – Sepancar, Sumatera Selatan pada awal Mei 2023.
PTBA memang sudah mulai berinvestasi di energi terbarukan, namun investasinya masih lebih kecil dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Investasi PTBA dalam energi terbarukan nampaknya tidak akan membantu mengubah citra PT Bukit Asam sebagai perusahaan batubara dalam jangka pendek hingga menengah, meskipun itu adalah langkah ke arah yang benar.
Rekomendasi : Hold
Target Harga : Rp 3.200 per saham
Analis Maybank Sekuritas Richard Suherman dalam riset 8 Mei 2023
3. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
HRUM disukai atas pengembangan berkelanjutannya di segmen nikel. HRUM menghasilkan kinerja laba bersih yang solid pada kuartal I-2023, didorong oleh volume penjualan yang lebih tinggi dan pendapatan dari entitas asosiasi. Hal tersebut mengimbangi sedikit penurunan harga jual (ASP) batubara.
Volume penjualan HRUM yang lebih tinggi disebabkan keterlambatan pengiriman. Segmen nikelnya juga terus menunjukkan peningkatan yang kuat berasal dari entitas asosiasi karena pulihnya margin kas Nickel Pig Iron (NPI).
Di sisi lain, HRUM berhasil menurunkan biaya tunai batubara menjadi US$ 75 per ton karena nisbah kupas yang lebih rendah, harga bahan bakar dan royalti. Nisbah kupas terlihat sebesar 7,5% jauh lebih rendah dari panduan manajemen sebesar 10x di 2023.
Rekomendasi : Buy
Target Harga : Rp 2.250 per saham
Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dalam riset 5 Juni 2023
4. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Rata-rata nisbah kupas akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, terutama karena kenaikan rasio nisbah kupas pada tambang Indominco yang mencapai 11,6x pada kuartal I-2023 dan diperkirakan sebesar 15,4x di kuartal II-2023. Hal itu karena perusahaan berupaya memasuki area penambangan dengan kualitas batubara yang lebih tinggi.
Manajemen ITMG menyebutkan kemungkinan akan terjun ke bisnis gasifikasi batubara dan sedang fokus pada ekspansi bisnis yang berfokus pada masa depan seperti akusisi tambang mineral. Namun, manajemen ITMG tidak menjelaskan lebih detail terkait ekspansi tersebut.
Rekomendasi : Hold
Target Harga : Rp 29.500 per saham
Analis Thomas Radityo dalam riset 17 Mei 2023
Baca Juga: IHSG Diprediksi Melemah, Simak Rekomendasi Saham untuk Senin (19/6)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News