BURSA EFEK / BURSA SAHAM - JAKARTA. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell, Kamis (6/5). Investor asing mencatat net sell hingga Rp 51,88 miliar, setelah sebelumnya membukukan aksi beli bersih atau net buy selama empat hari secara berturut-turut.
Mengutip data dari Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (5/5), investor asing tercatat net buy hingga Rp 165,49 miliar. Jumlah ini lebih mini dibanding hari sebelumnya, Selasa (4/5), yang tercatat net buy hingga Rp 426,66 miliar.
Adapun pada Senin (3/5) investor masuk ke bursa hingga Rp 106,45 miliar. Begitu pula pada Jumat (30/4), investor asing mencatatkan net buy hingga Rp186,27 miliar.
Baca Juga: IHSG diprediksi berbalik menguat di akhir pekan, ini alasannya
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha mengatakan, masuknya investor asing ke bursa selama empat hari sebelumnya dipicu pelaku pasar yang meyakini bahwa The Fed tidak menaikkan tingkat suku bunga Fed Fund Rate hingga 2023.
"Hal tersebut yang akan membuat tingkat imbal hasil surat utang pemerintah US Treasury yang bertenor 10 tahun terus bergerak turun dan juga aset beresiko yang berpeluang kembali dilirik oleh investor," ujar Dustin kepada Kontan.co.id, Kamis (6/5).
Selain itu, terdapat rilis laporan keuangan emiten di kuartal I 2021 yang dilihat oleh investor asing sebagai cerminan kemampuan emiten mencatatkan kinerja keuangan di tengah situasi ekonomi yang belum stabil. Adapun beberapa emiten terlihat masih mampu meraih kinerja keuangan yang baik sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Dustin melihat, akumulasi yang dilakukan investor asing belakangan ini menyasar saham BBCA, TBIG dan ASII. BBCA menarik di mata asing mengingat kinerjanya di kuartal I 2021 yang mengalami kenaikan laba bersih hingga 6,97% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Hal ini terjadi karena beban bunga yang dapat ditekan oleh BBCA walaupun pendapatan bunga bersih turun 1,32%. Ditambah lagi dengan pertumbuhan kredit perbankan yang mulai positif secara year to date," imbuhnya.
TBIG juga dianggap menarik dengan selesainya akuisisi 3.000 menara dari IBST yang diharapkan dapat memperkuat bisnis emiten ke depannya. Adapun sentimen positif lainnya datang dari keputusan pemerintah yang menghapus sektor telekomunikasi dari Daftar Investasi Negatif. Sehingga, investor asing bisa melakukan penyertaan langsung ke sektor ini.
Sementara untuk ASII, walau kinerja sepanjang tiga bulan pertama 2021 kurang memuaskan baik dari sisi top line maupun bottom line, sahamnya masih dilirik asing karena sentimen kenaikan penjualan mobil nasional hingga 10,5% di bulan Maret 2021. Kenaikan penjualan mobil ini merespons relaksasi PPnBM yang mulai disambut positif oleh konsumen.
Rekomendasi saham
Senada, Analis Jasa Utama Capiral Sekuritas Chris Apriliony mengungkapkan, net buy yang sempat terjadi empat hari berturut di bursa dipicu data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tidak sebaik perkiraan dan potensi mata uang rupiah kembali menguat.
Baca Juga: Bakal menguat, ini sentimen yang menggerakan IHSG pada Jumat (7/5)
Chris berpendapat, net buy berpotensi masih berlanjut terdorong neraca perdagangan, ekonomi kuartal II yang diprediksi meningkat, dan rupiah yang menguat. Oleh karenanya, saham-saham berkapitalisasi pasar besar pun akan semakin dilirik. Mengingat, saham berkapitalisasi jumbo banyak dimotori oleh investor asing.
"Dengan kembali masuknya dana asing maka kecenderungan IHSG untuk kembali menguat terbuka," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/5).
Memperitmbangkan kondisi saat ini, ia melihat saham-saham perbankan menjadi lebih menarik mengingat koreksi yang dialami sudah cukup dalam. Di samping itu, ASII juga atraktif dengan penjualan yang kembali meningkat dan PPnBM yang diberikan oleh pemerintah.
Chris pun merekomendasikan saham BBCA dengan target harga Rp 35.000 per saham dan saham ASII dengan target harga Rp 7.000 per saham. Saham-saham berbasis digital yang akan banyak melakukan aksi korporasi pun juga patut dicermati.
Sementara itu, Dustin berpendapat, kendati investor asing rajin masuk ke pasar bursa beberapa waktu terakhir, pengaruhnya tidaklah signifikan.
"Saya rasa masuknya dana asing beberapa hari belakangan ini masih sangat tipis dibanding net inflow yang terjadi di awal tahun ini jadi dampak ke market juga belum begitu terlihat," katanya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, walaupun dukungan kebijakan pemerintah AS dan bank sentralnya memberikan angin segar bagi pasar keuangan di emerging market, momen ini masih riskan untuk berlanjut mengingat risiko Covid-19 di regional Asia juga masih tinggi
Adapun sentimen terbaru yang berpotensi mempengaruhi adalah pernyataan Menteri Keuangan Janet Yellen yang memandang The Fed perlu menaikan suku bunga untuk menjaga kestabilan pemulihan ekonomi.
Menurut Dustin, investor asing dapat masuk kembali ke bursa apabila kasus Covid-19 baik di Indonesia maupun di kawasan Asia mulai terkendali. Sebab, hal tersebut bisa mengembalikan kegiatan ekonomi masyarakat dan memulihkan tingkat konsumsi. Apalagi dengan didukung kebijakan pemerintah melalui program PEN 2021 dan adanya kebijakan fiskal yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tahun ini.
"Data ekonomi kita juga sudah menunjukan tanda pemulihan, hanya saja lajunya yang terhambat akibat masih diberlakukannya pembatasan kegiatan sehari-hari," ujarnya.
Lebih lanjut diungkapkan, rilis laporan keuangan sebagian besar emiten jumbo pun menunjukkan kineja yang memuaskan bahkan solid. Kinerja yang positif ini sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang diprediksi terjadi di tahun ini. Diharapkan, kinerja keuangan emiten-emiten tersebut menjadi lebih baik dan akhirnya akan berdampak pada penguatan pergerakan harga saham.
Selanjutnya: Harga nikel naik, analis kompak rekomendasikan beli saham Vale Indonesia (INCO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News