Fluktuasi Harga Emas ke Depan Dipengaruhi oleh Dua Hal Ini

Kamis, 21 Juli 2022 | 05:45 WIB   Reporter: Kenia Intan
Fluktuasi Harga Emas ke Depan Dipengaruhi oleh Dua Hal Ini


KOMODITAS EMAS -  JAKARTA. Inflasi dan resesi masih akan memengaruhi pergerakan harga emas pada kuartal III 2022. Kondisi ini serupa dengan yang terjadi sepanjang kuartal II 2022. 

Adapun Research and Development ICDX, Taufan Dimas Hareva, mengatakan pada kuartal II 2022 harga emas cenderung mengalami pelemahan. Ia menjelaskan, inflasi dan resesi menjadi faktor penekan karena memberikan butterfly effect terhadap perekonomian global.

Sebagai pengingat, di kuartal II 2022 Amerika Serikat (AS) mencatatkan inflasi tertinggi sepanjang 41 tahun terakhir yakni 9%. Kondisi tersebut menekan emas hingga mencapai nilai support di US$ 1.689.93. 

Inflasi yang meningkat tidak lepas dari naiknya harga energi dan lonjakan harga-harga makanan. Kondisi ini merupakan imbas dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Ditambah lagi, sentimen Covid-19 yang belum pulih sepenuhnya di China.  

Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis, Pasar Menunggu Keputusan Suku Bunga

Yang menarik perhatian, investor biasanya menjadikan emas sebagai instrumen pertama untuk lindung nilai asetnya di tengah inflasi. Akan tetapi, Taufan melihat ada anomali di kuartal II 2022.  Harga emas cenderung lesu ketika kondisi inflasi dan resesi.

"Kenaikan suku bunga 75 bps menjadi peluang bagi pedagang mengalihkan asetnya ke safe haven lainnya, yaitu imbal hasil obligasi. Dengan harapan bunga dan hasil yang lebih tinggi," jelas dia dalam media briefing ICDX yang digelar secara virtual, Rabu (20/7).

Asal tahu saja, The Fed memang  menaikkan suku bunga sebesar 75 bps yang berfungsi menekan tingginya inflasi. 

Melihat kondisi ekonomi  yang belum akan pulih sepenuhnya, potensi pergerakan emas di kuartal III 2022 diproyeksi akan mirip dengan pergerakan di kuartal II. Inflasi yang masih tinggi membuka peluang The Fed menaikkan suku bunga antara 75 bps - 100 bps di bulan Agustus-September 2022.  

"Kesamaan terjadi pola di kuartal II dan kuartal III ini akan semakin besar," imbuh dia. 

Sentimen lain yang memberatkan adalah kasus Covid-19 di China. Asal tahu saja China memegang prinsip zero covid. Dengan kata lain, ketika ditemukan kasus Covid di suatu wilayah, China akan melakukan pembatasan. Kondisi ini berpotensi mengganggu pasokan emas dunia. Apalagi, China merupakan produsen emas nomor satu di dunia. 

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat Disokong Pelemahan Dolar AS, WTI Incar Level US$ 100

Kondisi Geopolitik antara Rusia Ukraina yang masih panas menjadi sentimen negatif lain. Konflik yang belum usai mendorong AS, Jepang, dan Kanada melarang impor emas dari Rusia. Padahal, Rusia merupakan produsen emas terbesar ketiga di dunia. Larangan impor ini tentu akan berpengaruh pada pasokan emas.

Selain itu, inflasi yang tinggi akan mendorong The Fed mengeluarkan kebijakan-kebijakan lain yang bisa saja membuat harga emas semakin terkoreksi. 

Dikaitkan dengan kondisi fundamental, potensi penurunan emas diperkirakan semakin besar. Untuk saat ini, emas bergerak di kisaran 1.700, dengan kata lain telah menembus support 1 yang diberikan. Oleh karenanya, potensi pergerakan berikutnya akan menuju ke support 2.

Kendati dibayang-bayangi beragam katalis negatif, Taufan tetap tidak menutup kemungkinan adanya peluang kenaikan harga di kuartal III nanti. Mengingat, The Fed tidak akan membiarkan kondisi ekonominya semakin jatuh. Bank sentral AS itu bisa saja mengeluarkan kebijakan-kebijakan lain yang dapat menguatkan kembali kondisi ekonominya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru