Harga batubara naik, cermati rekomendasi saham Bukit Asam (PTBA)

Minggu, 24 Januari 2021 | 19:56 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Harga batubara naik, cermati rekomendasi saham Bukit Asam (PTBA)

ILUSTRASI. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu emiten tambang di bawah naungan MIND ID yang memiliki prospek positif tahun ini.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Penguatan harga batubara membuat prospek emiten berbasis komoditas menjadi menarik tahun ini. Analis NH Korindo Sekuritas Maryoki Pajri Alhusnah menilai, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu emiten tambang  di bawah naungan MIND ID yang memiliki prospek positif tahun ini.

Selain karena masih bagusnya katalis-katalis dari industri batubara serta harga saham PTBA yang masih berada di bawah harga wajar, PTBA juga masih menyimpan senjata pamungkas, yakni sejumlah proyek hilirisasi. Salah satunya, proyek gasifikasi yang mengubah batubara menjadi Dimethyl Ether (DME).

Dia menilai, gasifikasi ini akan menjadi katalis yang positif bagi PTBA secara jangka panjang jika terlaksana sesuai dengan jadwal . Selain itu, selama harga batubara tetap stabil dan pemerintah tidak banyak melakukan intervensi dalam hal penjualan gas hasil gasifikasi, maka hal ini akan berdampak bagus bagi PTBA. Proyek ini juga akan meningkatkan permintaan batubara dari PTBA sendiri.

Di sisi lain, produk batubara akan memiliki zero royalty atau tidak akan dikenakan royalti jika dijual untuk  proyek gasifikasi.  Adapun proyek gasifikasi ini akan dimulai kuartal pertama tahun ini dan ditargetkan selesai pada tahun 2024.  

Baca Juga: Simak rencana bisnis ANTM, TINS, PTBA di tahun ini

Selain gasifikasi, PTBA juga dalam tahap merampungkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8. “Proyek PLTU Mulut Tambang ini kan proyek yang ditujukan untuk efesiensi PTBA sendiri, jadi kami melihat dengan lokasi PLTU yang dekat dengan tambang akan mampu menurunkan atau memotong biaya logistik,” terang Maryoki kepada Kontan.co.id, Minggu (24/1).

Selain itu,batubara yang dijual ke mulut tambang biasanya batubara yang memiliki kalori rendah, sehingga produk batubara PTBA yang kalori rendah bisa langsung diserap oleh PLTU tersebut.

Emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini memang belum mengungkapkan angka pasti terkait target produksi tahun 2021. NH Korindo Sekuritas memperkirakan produksi batubara PTBA sebesar lebih dari 22,2 juta ton pada 2021 dan 21,8 juta ton pada 2022. Proyeksi ini dengan menimbang fenomena  La Nina yang akan mengganggu aktivitas penambangan batubara pada awal 2021.

Adapun konsumsi batubara diperkirakan bakal meningkat pada 2021 karena adanya ekspektasi pemulihan ekonomi  di beberapa negara  seiring berjalannya vaksinasi Covid-19. Hal ini akan mempengaruhi volume penjualan PTBA yang diperkirakan sebesar 20,9 juta ton pada tahun ini dan 21,8 juta ton pada tahun 2022.

Hal ini berdampak pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP), yang pada tahun ini diiperkirakan lebih tinggi dari 2020. Maryoki memperkirakan ASP akan stabil pada Rp 1,1 juta  per ton untuk 2021 karena harga  batubara acuan (HBA) Indonesia pada Januari 2021 telah mencapai lebih dari Rp 1,1 juta  per ton.

Adapun harga batubara ICE Newcastle tahun ini diproyeksi akan berada pada kisaran US$ 60 - US$ 75 per ton. China dan India sebagai produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, tidak berencana untuk menghentikan produksi batubara mereka.

Sebaliknya, mereka justru berencana meningkatkan produksi batubara.  Di sisi lain, China juga telah meningkatkan impor batubaranya dari Rusia dan Mongolia. Selain itu, pemulihan ekonomi China akan menjadi katalis positif bagi harga batubara.

Maryoki menyematkan rekomendasi overweight saham PTBA dengan target harga Rp3.030. Jumat (22/1), saham PTBA ditutup melemah 3,15% ke level Rp 2.770.

 

Selanjutnya: Antara PTBA, ANTM dan TINS, ini yang paling menjanjikan versi analis

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat
Terbaru