Harga Saham BBCA Dalam Tren Melemah, Cek Rekomendasi Sebelum Jual atau Beli

Selasa, 19 April 2022 | 08:15 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Harga Saham BBCA Dalam Tren Melemah, Cek Rekomendasi Sebelum Jual atau Beli


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia segera membuka jam perdagangan saham edisi hari ini, Selasa 19 April 2022. Sebelum memulai transaksi saham, simak rekomendasi analis berikut ini. Salah satu rekomendasi saham hari ini adalah saham BBCA.

Harga saham BBCA dari PT Bank Central Asia Tbk sedang dalam tren melemah sebulan terakhir. Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkali-kali mencetak rekor tertinggi, harga saham BBCA malah melorot.

Harga saham BBCA pada perdagangan Senin 18 April 2022 ditutup di level 7.700, stagnan atau tidak bergerak dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya. Harga saham BBCA selama sebulan terakhir tercatat turun 200 poin atau 2,53%.

Padahal, IHSG sedang tren naik. IHSG pada perdagangan Senin 18 April 2022 ditutup di level 7.275,29 naik 39,76 poin atau 0,55%. Ini merupakan rekor tertinggi IHSG sepanjang masa pada penutupan perdagangan. Dalam sebulan terakhir, IHSG naik 320,11 poin atau 4,60%.

Maybank Sekuritas Indonesia memberi rating jual untuk saham BBCA dengan target harga Rp 6.400 per saham. Saham BBCA dinilai punya prospek yang kurang menarik pada tahun ini.

Baca Juga: TPIA Akan Bayar Dividen Tunai US$ 11 Juta, Kapan Jadwal Pembayarannya?

Kondisi fundamental yang mulai kendor hingga valuasi sahamnya yang disebut terlalu tinggi jadi dua faktor yang membuat BBCA dianggap kurang menarik.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2021, harga saham BBCA memiliki PER sebesar 29,90x. Lalu PBV saham BBCA sebesar 4,63x.

Sebagai pembanding, harga saham BMRI dari Bank Mandiri, ditutup dilevel 7.625, turun 50 poin atau 0,65% pada perdagangan Senin 18 April 2022. Saham BRMI memiliki PER 12,57x dan PBV 1,59x.

Analis Maybank Sekuritas Indonesia Rahmi Marina memperkirakan pada kuartal pertama 2022 ini, BBCA akan bisa mendapatkan laba hingga Rp 9 triliun atau tumbuh 28% secara year on year. Menurutnya, perolehan tersebut lebih didorong oleh faktor penurunan secara tahunan pada credit cost-nya.

Rahmi juga mengekspektasikan outstanding loans milik BBCA tidak akan banyak berubah secara tahunan pada kuartal pertama 2022. Hal ini lantaran periode awal tahun secara musiman memang memiliki permintaan kredit yang cenderung rendah. 

Ditambah lagi, dia melihat masih lemahnya permintaan KPR untuk properti mewah yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan pinjaman konsumen BBCA. 

“Kami masih memperkirakan akan ada pertumbuhan 8% secara yoy untuk portofolio pinjaman BBCA pada kuartal pertama 2022, namun ini utamanya lebih didorong oleh ekspansi pada kuartal IV-2021 yang kebanyakan adalah pinjaman korporasi,” ungkap Rahmi dalam risetnya pada 8 April. 

Lebih lanjut, Rahmi memperkirakan pertumbuhan deposito BBCA masih solid di kisaran 15-16% pada kuartal II-2022, sehingga pendanaan seharusnya tidak akan jadi masalah. Hanya saja, ia menyoroti bagaimana loan to deposit ratio (LDR) BBCA yang diperkirakan hanya 64% pada kuartal pertama 2022. 

Padahal, rata-rata LDR peers berada di level 85%. Menurut dia, ini mengindikasikan pertumbuhan permintaan pada BBCA yang cenderung lebih lemah dibandingkan bank besar lainnya. Pada akhirnya, hal tersebut bisa memperlambat pertumbuhan return on equity (ROE) BBCA ke depan. 

Selain itu, dia juga menyoroti kualitas pinjaman BBCA pada tahun ini. Pihaknya masih berasumsi non performing loan (NPL) BBCA pada akhir tahun masih sesuai target, yakni 2,1%. Hanya saja, jika dilihat dari trennya sejauh ini, terdapat potensi rasio tersebut naik ke level 2,3% pada kuartal I-2022 (kuartal IV-2021: 2,2%).

Rahmi menilai hal tersebut seiring dengan naiknya NPL pada segmen komersial dan UMKM. Dengan asumsi Maybank Sekuritas Indonesia bahwa credit cost ada di 1%, maka loan loss coverage (LLC) pada kuartal pertama 2022 akan sebesar 237%, di bawah 255% yang merupakan proyeksi rata-rata untuk LLC peers. 

“Agar BBCA bisa kembali mendapatkan buffer biaya pencadangan yang superior, NPL-nya harus bisa di bawah 2% atau credit cost naik jadi 1,4%. Hanya saja, untuk opsi kedua akan membuat pertumbuhan EPS-nya pada tahun ini lebih rendah dari ekspektasi kami yang sebesar 14,2% seiring outlook NIM maupun pertumbuhan pinjaman BBCA yang biasa saja,” imbuhnya.

Pada tahun ini, Rahmi memproyeksikan BBCA bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 81,4 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 35,89 triliun. 

Sementara itu, berdasarkan hitungannya, pertumbuhan pinjaman BBCA pada tahun ini akan berada di bawah rata-rata peers. Bahkan, ia juga mengantisipasi penurunan kualitas kredit dan buffer biaya pencadangan BBCA dari posisi akhir tahun lalu.

Itulah rekomendasi saham BBCA untuk trading hari ini, Selasa 19 April 2022. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham BBCA di atas menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto
Terbaru