EMITEN - JAKARTA. PT PAM Mineral Tbk (NICL) mendukung program hilirisasi nikel di Tanah Air dengan ikut serta memasok bijih nikel ke sejumlah kawasan industri.
Direktur Operasional PAM Mineral, Roni Permadi Kusumah menjelaskan, saat ini pihaknya ikut berpartisipasi dalam beberapa pola kerja sama dengan sejumlah pihak. Misalnya saja melakukan kerja sama dengan beberapa kawasan industri baru, salah satunya di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
“Tentunya kami juga berharap bahwa dengan adanya dukungan dari pemerintah yang sangat baik untuk iklim investasi di bidang nikel dan turunannya bisa tetap konsisten sehingga kami bisa memaksimalkan dalam investasi hilirisasi ke depannya,” jelasnya dalam paparan publik secara virtual, Rabu (3/5).
Baca Juga: PAM Mineral (NICL) Kerek Volume Penjualan dan Produksi Nikel Hingga 24% di 2023
Adapun Roni optimistis, cadangan nikel yang dimiliki NICL saat ini dapat mendukung program hilirisasi, baik untuk smelter maupun ekosistem industri kendaraan listrik yang sedang gencar dilakukan pemerintah.
Melansir materi papara publik saat ini tambang nikel PAM Mineral di Desa Buleleng dan Laroenai, Bungku Pesisir, Morowali, Sulawesi Tengah memiliki area potensi IUP sebesar 198 hektare (Ha) dengan area tertambang 57,90 Ha. Adapun sumber daya tertunjuk di wilayah ini sebanyak 4,24 juta wet metrik ton (Wmt) dengan kadar nikel 1,54% Ni dan sumberdaya tereka sebanyak 1,74 juta Wmt (1,51% Ni).
Adapun jumlah cadangan (terkira) di tambang nikel milik PAM Mineral sebanyak 3,6 juta Wmt (1,51% Ni). Perinciannya nikel limonite sebanyak 0,32 juta Wmt dan saprolite 3,37 Wmt.
Adapun tambang nikel Indrabakti Mustika (IBM) yang merupakan anak usaha PAM Mineral, berada di Kecamatan Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara memiliki area potensi IUP seluas 576 Ha dengan area tertambang 60,72 Ha. Jumlah sumber daya terukur sebanyak 1,31 juta Wmt (1,66% Ni), sumberdaya tertunjuk 3,79 Wmt (1,57% Ni), dan sumberdaya tereka 5,01 juta Wmt (1,49% Ni). Maka itu total sumber daya di tambang IBM sebanyak 10,11 juta Wmt.
Jumlah cadangan (terkira dan terbukti) di tambang IBM sebanyak 4,3 juta Wmt dengan kadar nikel 1,56% Ni. Perinciannya nikel limonite 2,35 juta Wmt dan saprolite 1,94 juta Wmt.
Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka menyatakan rencana hilirisasi akan dilakukan dengan ikut serta dalam proses pengolahan bijih nikel kadar rendah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi), untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.
“Kami akan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi di tahun ini seiring dengan pertumbuhan kinerja dan tingginya kebutuhan nikel, terutama industri manufaktur, konstruksi, dan bahan baku produksi baterai kendaraan listrik atau EV,” kata Ruddy.
Menurut Ruddy, prospek bisnis PAM akan ditopang oleh prospek tingginya permintaan bijih nikel kadar tinggi, terutama karena industri pengolahan (smelter). Hadirnya industri baterai nasional, seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hydrometalurgi, juga akan mendorong kinerja PAM dengan diserapnya nikel kadar rendah.
Selama periode 3 bulan pertama tahun 2023, NICL mencatatkan penjualan yang meningkat sebesar 14,71% menjadi Rp 254 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 222 miliar.
Dari sisi laba usaha NICL mencatatkan kenaikan 216,77% YoY menjadi sebesar Rp 77 miliar dibandingkan laba usaha pada periode yang sama 2022 senilai Rp 24,5 miliar. Sedangkan laba bersih NICL melonjak sebesar 135% menjadi Rp 58,21 miliar dari sebelumnya Rp 24,73 miliar.
Ruddy mengatakan cukup gembira atas kinerja di tiga bulan pertama di tahun ini di tengah kondisi operasional yang cukup menantang yakni adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi. Meski demikian, dia mengklaim pihaknya bisa meningkatkan kinerja operasional yang cukup signifikan.
Pada sisi neraca hingga 31 Maret 2023, NICL membukukan peningkatan total asset sebesar 15,18% menjadi sebesar Rp 692 miliar jika dibandingkan posisi neraca pada 31 Desember 2022 serta pertumbuhan ekuitas sebesar 15,05% menjadi sebesar Rp 572 miliar dari posisi ekuitas pada 31 Desember 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News