Hingga akhir tahun 2021, Timah (TINS) masih kejar target produksi sebesar 30.000 ton

Sabtu, 13 November 2021 | 15:25 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Hingga akhir tahun 2021, Timah (TINS) masih kejar target produksi sebesar 30.000 ton

ILUSTRASI. PT Timah Tbk. REUTERS/Beawiharta (INDONESIA - Tags: SOCIETY BUSINESS COMMODITIES)


EMITEN - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) masih mengupayakan mengejar target produksi hingga 30.000 ton sampai akhir 2021. Hingga September 2021, emiten timah plat merah ini mencatatkan realisasi produksi 59,76% atau 17.929 ton.

Sekretaris Perusahaan TINS, Abdullah Umar mengatakan, selama sembilan bulan pertama tahun ini, TINS mengalami dua kendala dalam produksi. Pertama, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung menghambat mobilitas mitra. "Lalu, kedua, juga masih adanya masalah klasik yaitu penambangan ilegal," ujar Abdullah di Jakarta, Kamis (11/11).

Ia menyebutkan, aktivitas penambangan ilegal terjadi khususnya pada penambangan di darat. Akibatnya, terjadi gap di lapangan.

Hingga kuratal III-2021, realiasisai produksi bijih timah mencapai 17.929 ton di akhir September 2021. Sebanyak 56% berasal dari penambangan di laut dan 44% dari darat.

Baca Juga: Harga timah bullish, Timah (TINS) bukukan laba Rp 612,04 miliar hingga kuartal III

Hingga tutup tahun, manajemen TINS memproyeksikan produksi hingga tutup tahun berkisar 24.000 ton. "Namun, kami masih akan terus mengupayakan tetap bisa mencapai 30.000 ton," tambahnya.

Berbanding lurus dengan produksi bijih timah, produksi logam timah mencapai 19.120 ton per September 2021. Pencapaian itu turun 49% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 37.588 ton karena masalah yang sama.

Sekedar informasi, Timah memiliki dua wilayah izin usaha pertambangan (IUP) di laut yaitu di Laut Bangka seluas 139.663 hektar dan di Laut Karimun-Kundur seluas 45.009 hektar. Sementara, jumlah luas IUP di darat mencapai 288,716 hektar. Luas IUP darat ini tersebar di tujuh wilayah yaitu Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan lintas kabupaten.

Hingga September 2021, Abdullah bilang, TINS masih memiliki cadangan sebesar 300.000 ton. Hingga periode tersebut, perusahaan juga telah menemukan kembali sumber daya sebesar 28.000 ton dan hingga tutup tahun perseroan menargetkan sumber daya sebesar 50.000 ton.

Dengan masih maraknya penambangan ilegal, Timah berharap terhadap UU Minerba yang baru. "Sehingga pada 2022 produksi menjadi lebih stabil," sebutnya.

Kendati produksi turun, hingga kuartal III-2021 TINS berhasil membalikan rugi bersih menjadi laba bersih sebesar Rp 612,04 miliar. Pendorong utamanya karena kenaikan harga timah dunia dan efisiensi biaya operasional perusahaan.

Pada periode sembilan bulan pertama tahun ini, harga rata-rata logam timah LME sebesar US$ 30.550 per ton, dengan level tertinggi US$ 37.600 per ton dan di level terendah US$ 20.965 per ton.

 

 

Selanjutnya: Timah (TINS) serap capex sekitar Rp 500 miliar hingga kuartal III 2021

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru