IHSG Semakin Berat Melangkah Jelang Akhir Tahun

Selasa, 21 Desember 2021 | 21:10 WIB   Reporter: Kenia Intan
IHSG Semakin Berat Melangkah Jelang Akhir Tahun

ILUSTRASI. Jika IHSG menunjukkan tanda-tanda kenaikan, investor bisa memperhatikan dan mengoleksi kembali saham-saham perbankan.


IHSG - JAKARTA. Penyebaran varian baru Omicron menjadi kekhawatiran pelaku pasar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot hingga 0,93%. Penurunan sebetulnya sudah terjadi sejak sebulan terakhir hingga 1,85%. 

Di sisi lain, investor asing juga mencetak net sell hingga Rp 986,05 miliar dalam sepekan. Capaian ini memperkuat net sell investor asing menjadi Rp 739,02 miliar selama sebulan terakhir. 

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengungkapkan, pelemahan yang terjadi dalam beberapa waku terakhir merupakan cerminan dari kekhawatiran pelaku pasar akan varian baru Omicron.

"Hal ini disinyalir menjadi kekhawatiran baru memasuki tahun 2022 nanti," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Selasa (21/12). Padahal semenjak kasus varian Delta mereda, pasar tampak mulai optimistis terlihat dari kenaikan IHSG di paruh kedua tahun ini. 

Baca Juga: IHSG Menguat 0,11% ke 6.554 pada Akhir Perdagangan Selasa (21/12)

Ivan menambahkan, secara teknikal, sebetulnya penurunan minat pelaku pasar sudah terlihat sejak akhir November. Ini ditandai dengan indikasi bearish divergence pada beberapa indikator. 

Selain sentimen Omicron, Ivan melihat pelaku pasar mengantisipasi dampak dari kebijakan tapering off oleh Federal Reserve yang sudah direncanakan dan akan dieksekusi tahun depan. Termasuk, rencana menaikkan suku bunga yang diperkirakan dimulai pada pertengahan tahun 2022. 

"Dengan demikian, saya pikir jika ada penguatan di sisa hari perdagangan 2021 ini, masih cukup berat untuk dapat mencetak all time high baru lagi," imbuh dia. Ivan memperkirakan IHSG akan ditutup di kisaran 6.715 selama tidak menembus resistance 6.754 di sisa tahun ini. 

Baca Juga: Rupiah Menguat Signifikan Setelah Aksi Jual di Awal Pekan

Melihat kondisi tersebut, Ivan menyarankan investor agar lebih selektif dan berhati-hati dengan memperbanyak posisi cash. Nantinya, simpanan cash itu dapat dialokasikan untuk akumulasi ketika IHSG sudah terkonfirmasi melanjutkan uptrend atau setelah koreksi susulan yang dikhawatirkan akan terjadi pada kuartal pertama tahun 2022.

Ivan memproyeksikan, uptrend lanjutan akan terjadi pada bulan Maret hingga April. Ini terjadi seiring dengan tuntasnya tapering yang dilakukan The Fed. 

Apabila IHSG menunjukkan tanda-tanda kenaikan, investor bisa memperhatikan dan mengoleksi kembali saham-saham perbankan. Saham-saham CPO juga bisa dicermati karena memiliki prospek positif seiring harga CPO yang diperkirakan masih menguat stabil karena tingginya permintaan selama masa pemulihan ekonomi secara global. 

Baca Juga: Kinerja Indeks Barang Konsumen Primer Masih Minus, Simak Rekomendasi Sahamnya

Di sisi lain, Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengamati, dampak varian baru Omicron terhadap pergerakan bursa saham hanya bersifat sementara. Apalagi kasus yang ditemukan di Indonesia bukanlah kasus pertama, sehingga pelaku pasar memiliki cukup waktu untuk mempelajari sekaligus melakukan antisipasi dengan mengamati kondisi bursa di luar negeri yang terlebih dahulu terkena dampak. Adapun dilihat secara historis, IHSG cenderung lebih solid dalam menghadapi varian baru. 

Akan tetapi, Anggaraksa tidak memungkiri, varian Omicron memang berkontribusi terhadap terkanan di bursa selama beberapa waktu terakhir, di samping sentimen-sentimen pemberat lain seperti tapering off oleh The Fed. Saham-saham komoditas pun berpotensi akan terdampak, mengingat pembatasan yang dilakukan di beberapa negara dikhawatirkan akan menekan permintaan. 

Kendati begitu, pergerakan IHSG diperkirakan masih akan tertopang sektor-sektor lainnya. Di sisi lain, window dressing yang biasa terjadi di akhir tahun juga masih mampu mengerek pergerakan, walau memang cenderung terbatas. Oleh karenanya hingga akhir tahun, IHSG diproyeksiakan ditutup di zona hijau di kisaran level 6.700. Proyeksi ini tidak jauh dari target yang sudah ditentukan sebelumnya, yakni 6.800. 

Baca Juga: Pasar Saham Diramal Lebih Solid pada Tahun Depan, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik

Melihat kondisi tersebut, investor disarankan untuk tidak panik dan mencermati saham-saham yang memiliki prospek dalam jangka panjang.

"Selama perusahaan berfundamental baik, kalau ada koreksi harga malah semakin menarik untuk diambil,"  imbuh Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Selasa (21/12). 

Kemungkinan terjadinya koreksi pada saham-saham komoditas bisa dimanfaatkan untuk membeli beberapa saham atraktif seperti ANTM dan PTBA. Target harga terhadap dua saham itu masing-masing Rp 3.000 per saham dan Rp 3.400 per saham untuk jangka waktu satu tahun. 

Baca Juga: Pasar saham berpotensi naik, ini saham-saham yang perlu diperhatikan tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati
Terbaru