PROYEKSI IHSG - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup turun 0,53% ke level 6.616,03 pada perdagangan Senin (15/11), melanjutkan koreksi 0,60% di perdagangan terakhir pekan lalu. Padahal, pada awal perdagangan Jumat (12/11), IHSG sempat bergerak naik hingga menyentuh level 6.710,85.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menilai, IHSG saat ini masih terkonsolidasi di area resisten 6.400-6.750. Penurunan saat ini tergolong wajar karena level 6.650-6.725 memang masih menjadi area bagi para trader untuk mengambil keuntungan.
Menurut Yaki, jika IHSG terkoreksi lagi dalam minggu ini, maka level 6.350-6.400 potensial menjadi suport kuat IHSG. Sementara untuk kembali rebound, pasar masih menunggu kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang akan diputuskan ada 18 November 2021.
Meskipun begitu, pelemahan IHSG saat ini bisa menjadi kesempatan pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham big caps serta saham-saham yang akan melakukan aksi korporasi.
Sebut saja saham BBKP dan BNBA yang akan rights issue, lalu MIKA dan HEAL bakal buyback saham, serta TLKM dan ADHI yang anak usahanya bakal melaksanakan initial public offering (IPO).
Yaki pun melihat, IHSG berpotensi kembali naik pada akhir tahun 2021 seiring adanya sejumlah katalis positif.
"Window dressing dan January Effect akan menjadi sentimen untuk mengangkat IHSG, dengan resistnace terdekat 6.665-6.750. Jika tembus, maka potensial lanjut ke 6.810," tutur Yaki saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/11).
Baca Juga: Ada sejumlah faktor pemberat, simak prediksi pergerakan IHSG hingga akhir 2021
Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryananta juga mengatakan, IHSG tengah berada pada masa konsolidasi. Pada perdagangan hari ini, IHSG tengah menguji support 6.610-6.600
"Masalah saat ini adalah memperkirakan di mana support yang akan dituju oleh IHSG dan lumayan kuat untuk membendung pelemahan lebih lanjut," ucap Liza.
Jika IHSG jatuh ke bawah 6.600, berarti area 6.480-6.485 akan menjadi support selanjutnya. Apabila jebol 6.600, kondisi ini membuka ancaman terbentuknya pola reversal double bottom yang akan mampu mengakhiri tren naik ini secara signifikan.
Sementara itu, jika IHSG rebound, maka indeks potensial bergerak kembali ke atas level 6.693-6.714. Jika berhasil ditembus, IHSG bisa terus bergerak naik dengan resistance 6.750-6.850.
Liza menilai, angka neraca perdagangan bulan Oktober 2021 yang surplus US$ 5,74 miliar (melebihi perkiraan konsensus US$ 4,7 miliar) seharusnya membuat sentimen positif dari dalam negeri tetap terjaga. Aksi beli asing sama yang sebulan terakhir berada di angka Rp 6 triliun juga dianggap dapat membendung penurunan ini.
Liza memprediksi, konsolidasi ringan ini segera berakhir begitu memasuki bulan Desember 2021. Hal ini seiring dengan adanya IPO jumbo yang ada di depan mata seperti IPO anak usaha Telkom, yakni Mitratel.
Selanjutnya: Cegah lonjakan kasus Covid-19, pemerintah larang kerumunan perayaan Tahun Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News