Indeks Sektor Energi Naik 4,95% ytd Meski Tersandung Larangan Ekspor Batubara

Rabu, 19 Januari 2022 | 07:30 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Indeks Sektor Energi Naik 4,95% ytd Meski Tersandung Larangan Ekspor Batubara


EMITEN - JAKARTA. Laju emiten di sektor pertambangan batubara tersandung larangan ekspor yang diatur oleh pemerintah pada awal tahun 2022. Pada bulan Januari, emiten batubara dibayangi kondisi kahar hingga pendapatan yang berpotensi hilang. Tapi, indeks sektor energi tercatat masih menguat 4,96% sejak awal tahun.

Lima saham movers sektor energi menurut data Bloomberg sejak awal tahun berdasarkan poin terhadap indeks adalah:

  1. PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) menguat 650% ytd
  2. PT Bayan Energy Tbk (BYAN) menguat 19,07% ytd
  3. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menguat 19,55% ytd
  4. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 4,06% ytd
  5. PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) menguat 2,08% ytd 

Kebutuhan dan tingkat harga yang diprediksi masih tinggi di tahun ini diyakini bakal membuat kinerja perusahaan batubara tetap bertenaga. Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana menilai bahwa secara umum, larangan ekspor yang hanya satu bulan ini tidak terlalu signifikan merontokkan prospek emiten batubara sepanjang 2022.

Baca Juga: Emiten Batubara Menanti Pembukaan Ekspor

Apalagi, beberapa emiten yang sudah memenuhi kewajiban domestic market obligation (DMO) bisa mendapatkan relaksasi ekspor. Sementara dari sisi profitabilitas, Wawan berpandangan tahun ini masih sangat menjanjikan lantaran harga batubara sudah naik sekitar dua kali lipat dibandingkan awal tahun 2021.

"Untuk emiten yang sudah memenuhi DMO tentunya hal ini tidak menjadi masalah berarti. Sepanjang sudah memenuhi DMO, penjualan batubara berikutnya seharusnya bisa menutup kerugian yang ada," terang Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/1).

Terlebih, upaya pemulihan ekonomi memerlukan banyak asupan energi. Batubara, meski banyak dipandang sebagai energi kotor, nyatanya masih sangat dibutuhkan. Lantaran masih merupakan energi yang paling murah dan efisien.

"Dengan demikian permintaan batubara masih akan tinggi dan harga dapat terjaga. Saya melihat pendapatan emiten batubara menarik untuk dikoleksi terutama yang orientasinya ekspor," sambung Wawan.

Baca Juga: Kenaikan Harga Batubara Dinilai Hanya Sementara

Dengan asumsi tersebut, Wawan memperkirakan emiten batubara yang banyak melakukan penjualan ekspor akan diuntungkan. Misalnya saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu juga melihat bahwa kebijakan larangan ekspor ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi kinerja emiten jika berlangsung secara jangka panjang.

Namun karena larangan ini hanya berlangsung di bulan Januari dan masih ada evaluasi untuk perusahaan yang telah memenuhi DMO, Dessy meyakini emiten batubara tetap bisa mengejar target korporasi di sisa tahun 2022.

"Menurut saya seharusnya tahun ini masih sesuai target, dengan asumsi tidak ada lagi perpanjangan larangan ekspor," ungkap Dessy.

Dia menilai, perusahaan dengan porsi penjualan domestik yang besar seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan memiliki prospek yang menarik. Apalagi dengan adanya rencana penetapan skema harga DMO di atas US$ 70 per ton seperti yang berlaku saat ini.

Baca Juga: Harga Batubara Menguat 42% Sejak Awal Tahun

Sedangkan Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya melihat larangan ekspor ini menjadi katalis negatif bagi performa saham batubara. Apalagi, selain menghambat kinerja perusahaan eksportir batubara, larangan ekspor ini membuat Indonesia berpotensi kehilangan devisa sekitar US$ 3 miliar dalam sebulan. "Mereka berpotensi kehilangan pendapatan, dituntut oleh customer, dan mengganggu sistem produksi," kata Cheryl.

Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi melihat larangan ekspor ini cukup berdampak pada raihan top line emiten batubara. Penurunan pendapatan terutama akan diderita oleh emiten yang memiliki porsi pendapatan ekspor lebih tinggi dibanding penjualan domestik.

Sementara perusahaan seperti PTBA dinilai akan cukup diuntungkan dengan demand batubara dalam negeri yang meningkat. "Perkembangan harga saham batubara di awal tahun ini cukup bervariatif, diikuti sentimen pelarangan ekspor dan peningkatan harga batubara global dan domestik," ujar Aqil.

Aqil pun melihat outlook yang netral untuk sektor batubara dalam estimasi tahun 2022. Menurutnya, peningkatan demand domestik dan global, harga batubara yang berpotensi menurun, serta kebijakan yang diambil pemerintah seperti larangan ekspor akan menjadi katalis untuk sektor batubara.

Baca Juga: Ingin Jaga Stok, China Minta Penambang Batubara Beroperasi Normal di Masa Libur Imlek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru