PENJUALAN RITEL - JAKARTA. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan memberikan insentif pajak untuk industri ritel dan pusat perbelanjaan atau mal.
Menurut catatan Kontan.co.id, Airlangga memang belum memberikan rincian jenis insentif pajak yang akan diberikan kepada industri ritel serta pusat perbelanjaan. Akan tetapi dalam waktu dekat, pemerintah akan mengumumkan insentif tersebut.
Menanggapi hal ini, Analis Philip Sekuritas Helen mengungkapkan, insentif pajak seperti pengurangan PPN atau PPN ditanggung oleh pemerintah dalam periode waktu tertentu dapat dijadikan pertimbangan. Selain itu, pengurangan PPh atas biaya sewa juga dirasa perlu oleh emiten ritel.
Menurutnya, Insentif ini dapat menopang kinerja emiten ritel. Apalagi jika bisa diterapkan di tengah momentum puasa dan Lebaran seperti saat ini.
"Apabila insentif tersebut jadi diterapkan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja emiten ritel, apalagi dengan momentum bulan puasa dan Lebaran yang umumnya konsumsi meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/4).
Baca Juga: Ini saham-saham yang banyak ditadah asing saat IHSG kembali turun, Senin (26/4)
Selain insentif dari pemerintah, program vaksinasi yang semakin luas menjangkau masyarakat juga dapat mendorong perbaikan kinerja emiten ritel. Sebab, pemulihan ekonomi akan semakin cepat seiring dengan realisasi vaksinasi.
Jika rencana insentif ini nantinya terealisasi, investor direkomendasi untuk tetap memperhatikan fundamental dan valuasi emiten. Kemudian untuk masuk ke pasar, investor bisa memperhatikan analisis secara teknikal.
" Untuk saham yang sudah naik signifikan dan ada tanda- tanda pembalikan arah diharapkan hati-hati karena ada potensi profit taking," imbuh Helen.
Tidak jauh berbeda, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menanggapi, insentif pajak akan berdampak positif, apalagi jika dapat mengurangi fixed cost seperti beban rental.
Christine memprediksi, dampak insentif juga akan positif terhadap pergerakan saham-saham ritel. Oleh karenanya, ia cenderung menyarankan investor untuk buy on weakness saja.
Senada, Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian mengungkapkan, insentif pajak seperti penundaan pembayaran pajak ataupun pengurangan beban pajak akan membantu emiten ritel. Sebab, hal ini akan meningkatkan profitabiltas emiten, sehingga berpeluang mengerek harga sahamnya.
Baca Juga: Saham-saham ini banyak dilego asing saat IHSG turun, Senin (26/4)
"Akan positif saya rasa, untuk investor tetap hold saja untuk investasi jangka panjang, longterm investing," kata Robert kepada Kontan.co.id, Senin (26/4).
Sementara itu, Helen menyarankan investor untuk mencermati saham -saham ritel seperti MAPI, RALS, ACES, dan ERAA. Sepengamatannya, MAPI berpotensi melemah disebabkan pola candle bearish terbentuk di perdagangan hari ini.
Ditambah dengan indikator stochastic yang sudah bergerak di area overbought, semakin membuat harga MAPI rentan terkoreksi. Di samping itu, harga MAPI juga tidak mampu menembus garis trendline.
Pergerakan harga MAPI dalam jangka yang lebih panjang menunjukkan pola descending triangle yang membuat harganya berada pada fase rentan untuk melanjutkan pelemahan.
Ia menyarankan investor untuk memperhatikan level 775 sebagai entry level jika terdapat pola pembalikan arah untuk jangka pendek dan menggunakan resistance di level 835.
Sementara itu, ERAA masih bergerak dalam fase bullish dengan peningkatan volume yang terjadi pada perdagangan hari ini. Akan tetapi, indikator stochastic menunjukkan pergerakan harganya rentan terkoreksi. Investor bisa menggunakan strategi buy on weakness untuk saham ini dengan level entry di kisaran 590-570 dan target harga di level 615-625.
Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut melemah pada Selasa (27/4), investor menanti data ekonomi
Untuk RALS, sahamnya berpeluang terkoreksi terlebih dahulu dengan indikator stochastic yang bergerak turun setelah deathcross di area overbought. Perhatikan level entry di 820-810 dengan target harga di di 875-890.
Adapun saham ACES berpotensi bergerak di fase bearish-nya dikarenakan pergerakan harga yang belum mampu menembus dynamic resistance di EMA 13&24.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News