Inilah Investasi Paling Cuan Oktober 2025, Bukan Saham & Bitcoin

Kamis, 06 November 2025 | 05:25 WIB
Inilah Investasi Paling Cuan Oktober 2025, Bukan Saham & Bitcoin

ILUSTRASI. Inilah Investasi Paling Cuan Oktober 2025, Bukan Saham & Bitcoin


Reporter: Wafidashfa Cessarry  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kinerja portofolio investasi pada Oktober 2025 mencatat hasil yang menggembirakan di tengah kondisi global yang mulai stabil. Berdasarkan data Bloomberg, aset berisiko dan aset lindung nilai sama-sama menunjukkan penguatan yang solid.

Secara bulanan (month-on-month), emas Antam dan emas spot memimpin dengan kenaikan 3,18%, diikuti obligasi pemerintah yang naik 2,09%, serta IHSG yang menguat 1,28%.  

Sementara secara year-to-date (YTD), emas tetap menjadi bintang utama — emas Antam melonjak 42,28% dan emas spot naik 40,97%, disusul IHSG yang naik 14,84%. Di pasar valas, CHF/IDR memimpin penguatan dengan kenaikan 15,81%, sedangkan di instrumen reksadana, reksadana campuran mencatatkan imbal hasil tertinggi sebesar 8,65%, menurut data Infovesta.

Baca Juga: Saham Blue Chip Bank Diserbu Asing, Investor Ritel Baiknya Beli yang Mana?

Pasar Rebound di Tengah Stabilitas Global

CEO & Founder Finansialku, Melvin Mumpuni, menilai rebound di berbagai instrumen menunjukkan kepercayaan pasar mulai pulih.  

“Secara umum, kinerja portofolio investasi per Oktober 2025 menunjukkan rebound yang cukup baik di tengah dinamika global yang mulai stabil,” ujar Melvin kepada KONTAN, Rabu (5/11/2025).

Melvin menjelaskan, lonjakan harga emas dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga global. Obligasi pemerintah juga menikmati sentimen positif seiring turunnya yield dan ekspektasi pelonggaran moneter Bank Indonesia (BI) menjelang 2026.

Tonton: KFC Tutup 20 Gerai dan PHK 1.041 Karyawan Sepanjang 2025

Emas dan Obligasi Masih Jadi Andalan

Analis Komoditas sekaligus Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai emas tetap menjadi aset paling menarik bulan ini.  

“Kinerja emas Antam dan emas spot yang naik di atas 3% sebulan dan lebih dari 40% sejak awal tahun menunjukkan kuatnya minat terhadap aset lindung nilai,” kata Wahyu.

Ia menambahkan, tren positif juga terjadi di obligasi pemerintah dan reksadana pendapatan tetap, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga BI. Adapun IHSG masih solid berkat investasi dalam negeri dan proyek hilirisasi yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Juga: Buyback Rp 2 T, Saham Blue Chip Ini Terkoreksi, Investor Ritel Pilih Beli/Jual

Faktor yang Akan Mempengaruhi Pasar

Melvin menyoroti empat faktor utama yang akan menentukan arah pasar hingga akhir tahun:  

1. Kebijakan suku bunga global  
2. Inflasi domestik  
3. Harga komoditas dunia  
4. Tensi geopolitik internasional

Jika The Fed menurunkan suku bunga pada kuartal IV-2025, Melvin memperkirakan pasar saham dan obligasi berpotensi mencatatkan penguatan tambahan.

“Obligasi pemerintah dan reksadana pendapatan tetap menjadi instrumen paling menarik karena potensi capital gain dari penurunan suku bunga,” jelasnya.

Sektor saham juga berpotensi positif, terutama telekomunikasi, perbankan, dan pertambangan, sementara emas tetap direkomendasikan sebagai aset lindung nilai sekitar 5%–10% dari portofolio investasi.

Baca Juga: Diburu Asing, Harga Saham Blue Chip Bank Ini Mendaki Nov 2025, Pilih Beli / Jual?

Strategi Investasi Menjelang Akhir Tahun

Wahyu Laksono menyarankan investor untuk memperkuat diversifikasi portofolio dan menerapkan strategi bertahap (staggered buying).

“Pertahankan porsi yang sehat pada aset defensif seperti emas dan reksadana pasar uang, sambil menambah posisi di pendapatan tetap untuk mengunci return dari penurunan suku bunga,” ujarnya.

Untuk investor berprofil moderat, Melvin Mumpuni merekomendasikan komposisi ideal sebagai berikut:

  • Saham: dengan porsi 40% dari total investasi
  • Obligasi / Reksadana Pendapatan Tetap: dengan porsi 40% dari total investasi
  • Emas / Pasar Uang: dengan porsi 20% dari total investasi

“Kuncinya adalah disiplin terhadap tujuan keuangan, menjaga diversifikasi, dan tidak reaktif terhadap volatilitas jangka pendek,” tegas Melvin.

Baca Juga: Harga Saham Hanya 400-an, Tapi Dividen Interim Rp 600 Miliar, Catat Jadwalnya!

Aset Kripto Masih Tertekan

Berbeda dengan instrumen konvensional, aset kripto masih menghadapi tekanan berat. Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, melaporkan Bitcoin (BTC) turun 2,6% ke US$101.583, memperpanjang penurunan bulanan hingga 18,3%. Sementara Ethereum (ETH) anjlok 5,9% ke US$3.301.

“Prospek harga Bitcoin hingga akhir tahun masih tertekan oleh penguatan dolar AS dan keluarnya dana dari ETF Bitcoin senilai US$578 juta dalam lima hari,” ungkap Fyqieh.

Indeks Fear & Greed pun berada di level 20/100 (“Extreme Fear”), mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar. Namun, ia menilai potensi rebound jangka menengah masih terbuka menjelang upgrade Fusaka pada 5 Desember 2025, yang akan meningkatkan kapasitas blok Ethereum dan menurunkan biaya transaksi hingga 95%.

“Akumulasi 3,5 juta ETH oleh investor besar sejak Oktober 2024 menjadi sinyal positif menuju akhir tahun,” tambahnya.

Fyqieh menegaskan pentingnya strategi diversifikasi aset kripto dengan fokus pada Bitcoin dan Ethereum, serta pengelolaan risiko yang ketat.

Kesimpulan:  

Kinerja portofolio Oktober 2025 menegaskan tren positif lintas instrumen. Emas dan obligasi tetap menjadi aset defensif andalan, sementara saham dan reksadana berpotensi memberikan imbal hasil kompetitif menjelang akhir tahun. Investor disarankan tetap disiplin, terdiversifikasi, dan adaptif terhadap perubahan kebijakan global.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan rekomendasi investasi langsung. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

 

Proyek Tetap Jalan, Purbaya Jamin IKN Tidak Jadi Kota Hantu

 

Selanjutnya: Program Bagi-Bagi Bantuan Pemerintah Untuk Pemberdayaan Masyarakat

Menarik Dibaca: Jadwal Korea Masters 2025: 5 Wakil Indonesia Berlaga, Segel Satu Tiket Perempat Final

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Terbaru