Rekomendasi

Saham Blue Chip Bank Diserbu Asing, Investor Ritel Baiknya Beli yang Mana?

Rabu, 05 November 2025 | 07:52 WIB
Saham Blue Chip Bank Diserbu Asing, Investor Ritel Baiknya Beli yang Mana?

ILUSTRASI. Saham Blue Chip Bank Diserbu Asing, Investor Ritel Baiknya Beli yang Mana?


Reporter: Lidya Yuniartha  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham bank berkapitalisasi besar (big banks) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencuri perhatian investor asing. Investor asing gemar mengoleksi saham blue chip perbankan tersebut. Untuk investor ritel, cermati saran analis berikut sebelum mengekor langkah investor asing beli saham blue chip perbankan.

Arus dana masuk deras mengalir ke saham perbankan papan atas seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga masih mencatatkan akumulasi beli bersih sepanjang sepekan terakhir.

Pada penutupan perdagangan Selasa (4/11/2025), saham BBCA ditutup stabil di Rp 8.650 dengan nilai beli bersih asing mencapai Rp 316,3 miliar. Sepanjang sepekan, total net buy asing di BBCA menembus Rp 2 triliun — tertinggi di sektor perbankan.

Baca Juga: Buyback Rp 2 T, Saham Blue Chip Ini Terkoreksi, Investor Ritel Pilih Beli/Jual

Saham BMRI terkoreksi tipis 0,63% ke level Rp 4.730, namun tetap diborong asing dengan beli bersih Rp 101,6 miliar. Akumulasi beli asing sepanjang pekan mencapai Rp 734,2 miliar. 

Sementara BBNI ditutup naik 0,45% ke Rp 4.450 disertai *net buy* asing Rp 151,9 miliar, dan total beli bersih mingguan sebesar Rp 165,3 miliar.  
Untuk BBRI, meski mencatatkan aksi jual harian Rp 183,1 miliar dan turun 1,73% ke Rp 3.970, saham ini masih mengantongi *net buy* Rp 485,9 miliar sepanjang pekan.

Tonton: Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus Untuk Rokok Ilegal

Valuasi Murah Jadi Daya Tarik

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai saham big banks kini berada pada valuasi yang undervalued, sehingga menarik bagi investor asing untuk melakukan aksi bottom fishing.

“BBCA menjadi incaran utama berkat likuiditas tinggi dan fundamental yang kuat. Saham ini juga dianggap sebagai proksi ekonomi Indonesia,” ujar Wafi.

Ia menambahkan, stabilitas makroekonomi domestik menjadi faktor penting yang mendorong minat asing. Keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga acuan dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada awal 2026 turut memperkuat optimisme pasar.

Baca Juga: Diburu Asing, Harga Saham Blue Chip Bank Ini Mendaki Nov 2025, Pilih Beli / Jual?

Prospek Positif hingga Akhir Tahun

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai sektor perbankan berpotensi menguat hingga akhir tahun berkat efek *window dressing*.

“Sektor perbankan masih menarik karena fundamentalnya solid dan prospek jangka menengah-panjang tetap cerah, meski pergerakan jangka pendek mungkin masih terbatas,” kata Nico.

Senada, pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, menilai rotasi dana asing ke saham perbankan mencerminkan pulihnya kepercayaan terhadap stabilitas keuangan nasional.

“Saham big banks akan tetap menjadi penopang utama IHSG hingga awal 2026,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Saham Hanya 400-an, Tapi Dividen Interim Rp 600 Miliar, Catat Jadwalnya!

Rekomendasi Saham Big Banks

Hendra merekomendasikan speculative buy untuk BBCA, BMRI, dan BBRI dengan target harga masing-masing:

BBCA: Speculative Buy, target harga Rp 8.975
BMRI: Speculative Buy, target harga Rp 4.950 
BBRI: Speculative Buy, target harga Rp 4.370
BBNI: Trading Bu, target harga Rp 4.880

Sementara Wafi dari KISI menyebut BBCA dan BMRI sebagai pilihan aman (safe play) dengan target harga masing-masing Rp 10.200 dan Rp 6.200.  
BBRI dinilai menarik untuk strategi imbal hasil dengan target Rp 6.000, sedangkan BBNI berpotensi menjadi *catch-up trade* menuju Rp 6.800.

Dengan inflasi terkendali dan prospek penurunan suku bunga global, sektor perbankan berpotensi melanjutkan penguatan hingga awal 2026. Kombinasi valuasi rendah, posisi dana asing yang mulai berbalik arah, serta kinerja laba yang solid menjadikan saham big banks sebagai pilar utama penggerak IHSG.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan rekomendasi investasi langsung. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

 

KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid, Ini Profilnya

 

Selanjutnya: Enggak Gerak, Simak Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini Rabu (5/11)

Menarik Dibaca: Enggak Gerak, Simak Harga Emas Galeri 24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini Rabu (5/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru