EMITEN - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) optimistis bisnis penjualan alat berat di tahun ini bisa melonjak. INTA pun menargetkan nilai penjualan alat berat tahun ini mencapai Rp 809 miliar atau melonjak 128% dari realisasi penjualan alat berat tahun lalu sebesar Rp 355 miliar.
“Untuk pendorong penjualan masih dari sektor pertambangan,” kata Sekretaris Perusahaan INTA Astri Duhita Sari kepada Kontan.co.id, Selasa (7/2).
Untuk mendukung pencapaian tersebut, INTA akan berkolaborasi dengan prinsipal, pelanggan, dan perusahaan pembiayaan (leasing). Penjualan alat berat juga didukung dengan penguatan kerja sama yang dilakukan pada seluruh cabang di Indonesia.
Adapun INTA menargetkan pendapatan mencapai Rp 1,2 triliun tahun ini. Berarti, target penjualan berat mencapai 67% dari target pendapatan INTA tahun ini.
Baca Juga: Targetkan Pendapatan Rp 1,2 Triliun, Simak Strategi Intraco Penta (INTA) Tahun Ini
Upaya yang dilakukan INTA antara lain dengan memaksimalkan usaha perdagangan alat berat LiuGong, Sinotruk, Bobcat, Tata dan Doosan.
Langkah lainnya adalah mendorong penjualan suku cadang dan produk after market techking tire dan undercarriage kotrack. Kemudian memperkuat hubungan dengan prinsipal, serta meningkatkan customer intimacy dan brand awareness.
Strategi korporasi juga dilakukan oleh anak usaha, yakni PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) yang sebelumnya bernama PT Intan Baruprana Finance Tbk. IBFN berencana melakukan perubahan lini bisnis menjadi distributor alat pengangkut komersial. IBFN diharapkan mampu menjadi kontribusi pertumbuhan INTA di tahun 2023.
Untuk mencapai target ini, INTA telah menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) hingga Rp 84 miliar untuk tahun 2023. Belanja modal ini naik 60% dari capex tahun 2022 sekitar Rp 52,53 miliar.
“Sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk pembelian alat berat dan peremajaan rental fleet serta pengembangan software enterprise resource planning (ERP),” kata Astri.
Sebagai informasi, INTA meraup pendapatan pada sembilan bulan pertama 2022 Rp 497,16 miliar atau naik 12,03% dari periode sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 443,78 miliar.
Dari sisi bottom line, INTA membukukan kerugian bersih senilai Rp 52,367 miliar, menyusut dari kerugian di periode yang sama tahun 2021 yang mencapai Rp 196,48 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News