Kuartal I-2023, Kinerja Emiten Bank Lapis Dua Masih Solid

Rabu, 03 Mei 2023 | 07:00 WIB   Reporter: Selvi Mayasari
Kuartal I-2023, Kinerja Emiten Bank Lapis Dua Masih Solid


EMITEN - JAKARTA. Seiring dengan pemulihan ekonomi, emiten perbankan lapis dua membukukan kinerja yang positif di kuartal I/2023.

Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang berhasil mencetak laba bersih Rp 800,9 miliar pada kuartal I 2023, meningkat 3,42% dibanding kuartal I tahun sebelumnya.

Namun, dalam periode sama, pendapatan bunga dan bagi hasil bersih BTN turun 12,43% secara year on year (YoY) menjadi Rp 3,08 triliun. Turunnya pendapatan itu diimbangi dengan penyusutan beban operasional perseroan.

Pada kuartal I 2023 total beban operasional BTN Rp 2,06 triliun, berkurang dibanding kuartal I tahun lalu yang mencapai Rp2,32 triliun.

Baca Juga: Meski Makin Melandai, Tetap Ada Risiko yang Membayangi Inflasi

Sementara dari total aset, hingga akhir Maret 2023 BTN menjadi pencetak aset tertinggi mencapai Rp 401,5 triliun atau tumbuh 9,25% (YoY), dan penyaluran kreditnya tumbuh 8,16% (YoY) menjadi sekitar Rp300 triliun.

“Di tengah situasi ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada beberapa sektor industri di Indonesia, Bank BTN pada kuartal I-2023 berhasil membukukan kinerja yang positif. Kami optimistis hingga akhir tahun 2023, perseroan mampu meningkatkan kinerja sesuai target yang telah ditetapkan,” ujarnya dalam siaran pers beberapa waktu lalu.

Selain itu, penyaluran kredit BTN masih didominasi kredit pemilikan rumah (KPR), yang nilainya mencapai Rp264,57 triliun per kuartal I 2023.

Dia menuturkan, dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal I-2023 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 148,65 triliun tumbuh 10,90% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 134,04 triliun.

Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,37% menjadi Rp 88,81 triliun pada kuartal I-2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 84,28 triliun.

“Kami memacu kredit dengan  sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian. Maka itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kami terus membaik. NPL Gross di level 3,54%, lebih rendah dari sebelumnya di level 3,6%,” tuturnya.

Baca Juga: Intip Kinerja Perusahaan Multifinance Tanah Air pada Kuartal I 2023

Sampai akhir kuartal I/2023 perolehan dana pihak ketiga (DPK) BTN mencapai Rp 319,60 triliun, naik 10,01% (YoY) dibanding kuartal I tahun lalu. Sekitar separuh dari total DPK BTN merupakan dana murah atau current account saving account (CASA) dengan nilai Rp 166,80 triliun.

PT Bank CIMB Niaga juga berhasil mencetak laba Rp 1,60 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Realisasi itu tumbuh 32% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,20 triliun. Kenaikan laba bersih itu selaras dengan kinerja pendapatan bunga dan pendapatan syariah yang positif. Tercatat pendapatan bunga CIMB Niaga tumbuh menjadi Rp 4,27 triliun dan pendapatan syariah menjadi Rp 1,09 triliun.

Sementara dari sisi aset, perseroan berhasil membukukan kenaikan aset 12,97% menjadi Rp 347,28 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 307,42 triliun.

"Pencapaian kinerja kami mencerminkan pemulihan ekonomi Indonesia yang baik dan kesuksesan dalam penerapan 5 Pilar Strategi CIMB Niaga, yang berfokus pada pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan," ujar Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan.

Kinerja positif laba dan pendapatan CIMB Niaga sejalan dengan fungsi intermediasi perbankan yang tumbuh berkelanjutan. Tercatat kredit perseroan naik 1,33% secara tahunan menjadi Rp 193,25 triliun.

Lani bilang, pertumbuhan kredit itu disumbang oleh berbagai segmen. Dua segmen bisnis yang mencatat kenaikan pesat ialah, bisnis corporate banking tumbuh 16% dan consumer banking tumbuh 9,4%.

"CIMB Niaga terus mengoptimalkan kanal digital untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam mengajukan berbagai produk kami. Di antaranya melalui Online Form untuk pengajuan KPR, Kartu Kredit, serta Personal Loan secara mandiri," tuturnya.

Di sisi lain, pendanaan pembiayaan perusahaan tetap terjaga. Total dana pihak ketiga (DPK) CIMB Niaga mencapai Rp 240,1 triliun, dengan rasio CASA sebesar 61,2%. "Ke depannya, kami akan terus membangun dan memanfaatkan kapabilitas digital untuk meningkatkan customer experience dan mendorong pencapaian tujuan jangka panjang CIMB Niaga," ucap Lani.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) juga terus menunjukkan kinerja keuangan yang solid. Pada kuartal I-2023, BSI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,46 triliun, laba bersih bank dengan kode emiten BRIS ini melonjak 47,65% secara year on year (YoY) dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 987,68 miliar.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, BSI berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja positif dan sehat sepanjang Januari-Maret 2023 didukung oleh kesinambungan yang solid antara pendanaan dan pembiayaan.

Dari sisi pendanaan, BSI mampu mengoptimalkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dengan pencapaian sebesar Rp 269,26 triliun, tumbuh 12,88% secara YoY. Angka ini didominasi oleh tabungan Wadiah yang mencapai Rp 43,53 triliun.

Baca Juga: Reksadana Saham Cetak Return Tertinggi Selama Bulan April 2023

Saat ini total tabungan mencapai Rp 115,12 triliun dan menjadikan BSI berada di peringkat ke-5 tabungan secara nasional. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) BSI menjadi 1,97%, karena tabungan wadiah yang memberikan impact efisiensi pengurangan biaya bagi hasil.

Dari sisi pembiayaan, BSI mencatat pertumbuhan impresif dua digit yakni 20,15% secara YoY menjadi Rp 213,28 triliun. Pada periode tersebut, kualitas pembiayaan BSI terjaga dengan baik, tercermin dari NPF Gross di level 2,36%.

"Perseroan fokus pada pembiayaan jangka panjang, prudent dan mendiversifikasi alternatif pembiayaan yang sesuai segmen nasabah. Dengan demikian risiko pembiayaan dapat dimitigasi dengan baik sesuai dengan jenis pembiayaannya," kata Hery.

Lebih lanjut Hery menambahkan, pertumbuhan laba BSI diiringi dengan meningkatnya aset BSI yang saat ini mencapai Rp 313,25 triliun, tumbuh 15,47% secara YoY.

Adapun PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatatkan laba bersih Rp 755,94 miliar pada kuartal I/2023, tumbuh tipis 0,74% secara yoy. Kenaikan laba Bank Permata didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest margin/NII) yang tumbuh 20,77% secara yoy menjadi Rp 2,5 triliun pada kuartal I/2023. Pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga naik 6,72% yoy menjadi Rp 432,11 miliar.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit BNLI susut 0,77% menjadi Rp 119,70 triliun pada kuartal I/2023. Sementara total aset BNLI naik 4,89% yoy menjadi Rp 252,66 triliun.

Dari sisi pendanaan, BNLI telah mencatatkan DPK senilai Rp190,4 triliun, naik 3,57% yoy. Perolehan dana murah atau CASA BNLI juga naik 4,73% menjadi Rp 108,62 triliun pada kuartal I/2023. Porsi dana murah terhadap DPK BNLI mencapai 57,03%.

Di sisi lain, PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) membukukan penurunan laba bersih 5% sepanjang kuartal I/2023 menjadi Rp 818,12 miliar dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 860,05 miliar.

Penurunan laba perseroan salah satunya disebabkan oleh nilai keuntungan dari transaksi spot dan derivatif (realised) berbalik rugi Rp 70,37 miliar. Sementara pada periode yang sama pada sama tahun sebelumnya, bank mencatatkan keuntungan sebesar Rp 92,84 miliar.

Adapun dari sisi intermediasi, bank telah menyalurkan kredit mencapai Rp 115,92 miliar naik 13,20% dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yakni Rp 102,40 miliar. Sejalan dengan peningkatan tersebut, total aset BDMN hingga Maret 2023 tercatat mencapai Rp 203,51 triliun atau meningkat 3,84% dari tahun sebelumnya.

Selain itu, total Pendanaan tumbuh sebesar 2% YoY mencapai Rp 138,6 triliun. Danamon tetap konsisten dalam menerapkan pendekatan institusional dan pengembangan digital channel yang menghasilkan saldo CASA dan rasio CASA yang stabil.  

Dari sisi profitabilitas, Net Interest Margin (NIM) meningkat sebesar 50 basis poin (bps) YoY dengan tren kuartalan yang stabil. Sementara itu, Pendapatan Operasional meningkat sebesar 6% YoY menjadi Rp 4,4 triliun dan Laba Bersih Setelah Pajak (NPAT) mencapai Rp 818 miliar.

Danamon juga berkomitmen untuk memperkuat kualitas asetnya dengan rasio Loan at Risk (LAR) – (termasuk restrukturisasi Covid-19 under forbearance) yang dikelola menjadi 12,7%, membaik sebesar 270 bps YoY, serta meningkatkan Non-Performing Loan (NPL) coverage yang mencapai rekor tertinggi di 254%.

Daisuke Ejima, Direktur Utama Danamon, mengatakan bahwa, pihaknya mengaku akan terus berinovasi, mencari cara yang lebih baik dalam melayani dan memberikan solusi keuangan bagi para nasabah, mencapai rekor kinerja yang lebih baik serta memperkuat kolaborasi antara MUFG dan Adira Finance sebagai satu grup.

"Telah terbukti bahwa melalui kolaborasi dan ekosistem MUFG, kami dapat menjangkau lebih banyak lagi dalam memperluas bisnis kami dan memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia," ujar Daisuke.

Belum lama ini BDMN dan Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) juga menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi portofolio Pinjaman Ritel Konvensional SCBI dengan rekam jejak nasabah yang baik. 

Portofolio ini terdiri dari Kartu Kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Proses akuisisi diperkirakan akan selesai pada kuartal keempat 2023, mengikuti persyaratan regulator yang terkait.

Melalui akuisisi ini, Danamon bertujuan untuk memperkuat bisnis konsumer, yang merupakan salah satu penggerak pertumbuhan bisnis utamanya, serta menciptakan economies of scale dari investasi pada jaringan cabang, perbankan digital, dan kapabilitas lainnya.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menila, aksi korporasi BDMN dapat mendorong kinerja bisnis. "Namun tetap perlu dievaluasi kualitas dari portofolio kredit ritel yang diambil. Selama kualitas bagus, akan mendorong kinerja keuangan bank danamon," ujar Trioksa kepada kontan.co.id, Selasa (2/5).

Di sisi lain, terkait kinerja bank lapis dua, Trioksa menyatakan, proyeksi kinerja keuangan saham bank lapis kedua akan naik namun tidak sebesar bank besar atau lapis pertama. 

Sementara terkait prospek saham bank lapis kedua, disebut Trioksa masih menarik seiring dengan kinerja yang juga turut meningkat. Menurutnya, faktor penopang saham yang terbesar masih dari kinerja keuangan yang menunjukkan peningkatan di tahun ini. Namun tetap perlu diwaspadai tren kenaikan suku bunga dari the fed.

"Secara fundamental, saham bank yang bagus untuk dikoleksi ada saham BDMN, BRIS, BNGA dan OCBC NISP. Dengan target harga saham bisa naik sekitar 5%-10% dari harga saat ini untuk tahun ini," terangnya.

Baca Juga: Indonesia dan Laos Sepakati Perluasan Kerjasama Kebanksentralan

Adapun, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai terkait prospek kinerja bank lapis dua juga disebut Arjun masih bagus, karena ekspektasi pertumbuhan kredit tahun ini masih lumayan tinggi, bank lapis ke dua bisa mencaplok pertumbuhan kredit tersebut selain bank lapis satu.

"Terlebih suku bunga ekspektasi akan peak di semester I/2023 sebelum datar dan turun di akhir tahun ini akan memberi dampak positif ke bank tersebut karena biaya deposit mereka akan turun," kata Arjun.

Sementara bila dilihat dari prospek saham, bank lapis dua disebut Arjun mempunyai fundamentals yang kuat serta valuasi yang masih menarik yaitu under valued dan selain itu rasio keuangan yang lain masih di level aman seperti Non Performing Loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR). 

"Emiten perbankan untuk lapis dua ada BBTN yang menarik untuk dikoleksi. Dengan target saham BBTN Rp 1.350 buy," imbuhnya.

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru